I Miss U

2.7K 189 10
                                    

    Giselle mengusap-usap matanya perlahan, lalu berjalan menuju jendela kamar .  Langit masih belum menampakkan terangnya,  hanya sebagian bintang yang masih bertaburan menerangi ketika Giselle membuka jendelanya. 

Giselle langsung pergi untuk shalat Subuh, setelah selesai mengambil wudhu Giselle langsung berjalan menuju ke musholla mini dirumahnya. Sudah ada mama disana,  hanya mama memang. Merekapun shalat, selesai shalat Giselle dan mamanya mendengar suara ketukan dari gerbang luar rumah Giselle.

   " Siapa yah ma , subuh -subuh gini udah berkunjung kerumah orang ?" Giselle bertanya sambil membuka mukenah yang dipakainya.
 
   Mama tersenyum. " Yaudah , kita lihat saja dulu nak." mama Giselle melipat mukenah yang ia digunakan .

     Setelah selesai melipat mukenah juga sajadah yang mereka gunakan dan meletakkannya disudut ruangan ,Giselle terlebih dahulu berlari menuju gerbang rumah yang menjadi sumber suara itu tanpa membawa kunci gembok gerbang. Subuh ini giselle tidak pergi ke musholla dikarna kan memang biasanya Giselle kemusholla setiap maghrib dan isya. Setelah sampai didepan gerbang,  Giselle hendak membuka gembok gerbangnya. Namun, Giselle sadar bahwa dia telah melupakan membawa sesuatu.

     " Astaga ma. " teriak Giselle sambil memukul dahinya  setelah ia menyadari bahwa tidak membawa kunci gerbang. 

Bagaimana bisa dia lupa,  padahal biasanya kunci gerbang selalu Giselle yang menyimpan. Karna Giselle lah yang paling sering dirumah. Keluarga Giselle tidak menggandakan kunci, dari itu setiap kunci dirumah ini hanya ada satu.

     " Kenapa sayang? " Mama Giselle bingung karna melihat raut wajah anaknya yang berubah drastis.

     " Kuncinya ma hehehe." jawab Giselle nyegir.

     Setelah izin mengambil kunci,  Giselle pun berlari menuju kamar dan langsung mengambil kunci ditempat Giselle biasa menyimpannya. Lalu Gisellepun berlari menemui mamanya dengan perasaan penasaran akan tamu yang datang. Giselle langsung membuka gembok gerbang, dan dapat dilihatnya seseorang yang dia sayang dan rindukan sedang berada didepannya.

Gisellepun langsung berhambur kepelukan seseorang tamu yang datang. Papa Giselle mengusap lembut rambut anaknya yang dibiarkan terurai itu. Sebenarnya sudah berkali - kali papa Giselle menyuruh Giselle untuk menutup auratnya.  Memakai hijab. Namun Giselle selalu beralasan kalau dia belum siap untuk berhijab.

    " Papa.... Ma , papa pulang." teriak Giselle karna mamanya masih berada di belakang gerbang, mengingat tadi Giselle yang membuka gerbang dan langsung berhambur begitu saja kepelukan papanya tanpa memberi tahu mama siapa yang datang.
    
     " Assalamu'alaikum pa." mama mencium punggung tangan papa.

Mama membuka suara. " Giselle papanya diajak masuk dulu nak, diluar dingin. " Giselle pun mengajak papanya kedalam rumah. Mama Giselle mengunci gerbang terlebih dahulu lalu berjalan mengikuti Giselle dan papanya kedalam rumah.

     Giselle tersenyum. " pa,  Giselle mau nagih oleh - oleh kepapa. " ucapnya ketika mereka sudah duduk disofa ruang tamu.

" Papa bawa apa untuk giselle? " lanjut Giselle yang tidak sabar karna sedari tadi papanya diam.

     " Giselle,  papa masih capek baru pulang dinas,  kamu malah minta oleh - oleh." mama menasehatkan.

     " Pa,  ini tehnya. " sambung mama saat sampai diruang tamu, karna tadi mama langsung kedapur untuk membuat teh papa.

" Makasih yah ma. " jawab papa tersenyum.

    "  Ihhh papa buat sebel deh, bete Giselle yang tanya gak dijawab,  eh mama baru ngomong papa jawab. " Giselle melipat tangannya didepan dada,  lalu duduk membelakangi papanya. Wajah Giselle berubah menjadi kesal.

Beginilah Giselle, walaupun sudah SMA namun kelakuannya melebihi anak-anak.  Giselle adalah bidadari kecil bagi papa dan mamanya meskipun Giselle sudah beranjak remaja. Prinsip dihidup Giselle adalah...

' lebih baik kekanak - kanakan daripada sok dewasa terus salah pergaulan. '

     " Jadi anak papa merajuk nih. " goda papa giselle dan berpindah duduk menjadi berhadapan dengan giselle.

" Yaudah,  oleh - olehnya papa kasih untuk kak Dania dan bang Dava aja deh. " tambah papa Giselle lagi. 

     " Yaudah kasih aja sana,  kejepang papa sekalian kasih oleh - olehnya. Karna Giselle nggak perduli. " Giselle bangkit dari sofa, namun tangannya ditahan oleh papanya.

     " Cie ngambek, Giselle nanti pagi kak dania pulang kok."

     " Pasti papa bohong lagi, Giselle udah kenyang deh dibohongi. " Giselle memasang wajah juteknya.

     " Nggak kok sayang. " papa Giselle mencubit pipi anaknya yang tembem itu.

     " Kan,  sakit tau pa,  maaaa papa nih. " Giselle memegang pipinya sendiri.  Dan mengarahkan pandangannya ke mama yang duduk di sofa berbeda. Yang di tatap malah tersenyum.

     " Giselle ke kamar dulu ah,  mau bikin kejutan untuk kak dania. " Giselle langsung berlari kekamarnya meninggalkan papa dan mamanya diruang tamu. Begitu saja tanpa mengucapkan salam atau apapun itu. 

Sudah berkali - kali juga mama dan papa Giselle memberitahu jika berjumpa ataupun hendak meninggalkan seseorang, jangan melupakan ucap salam. Tapi, putri kecil mereka sepertinya belum menerapkan akan hal itu.

     Setelah sampai didepan kamar Giselle pun membuka pintu . Dan berjalan menuju laci yang letaknya dibawah meja belajar Giselle. Laci kayu tempat biasa Giselle dan kak dania menyimpan berbagai peralatan menghias.

Giselle mengambil gunting, kertas manila, pita jepang, origami, dan alat bantu menghias lainnya. Giselle melepas sebagian foto dan lukisan yang ada dikamarnya untuk lebih mempercantik kamar dan memperluas area yang akan di dekorasinya.

     Giselle memulai dengan menggambar huruf I diatas kertas manila menggunakan twinpen dan rol . Lalu dia menggunting huruf yang telah dia gambar dengan sempurna. Setelah itu dia lanjutkan dengan menggambar huruf M dan mengguntingnya. Begitu seterusnya hingga giselle merangkai kata.

" I miss U kak Dania."

Giselle memang sangat dekat dengan Dania, terlebih dengan Dava karna bagi giselle Davalah yang sangat mengerti tentang dia. Dava selalu berhasil membuat giselle tersenyum kembali saat Giselle menangis.

     Jadi sangat wajar kalau Giselle sangat merindukan kakak dan abangnya itu. Bagaimana tidak? Sudah tiga bulan Giselle tidur sendiri tanpa ditemani Dania. Dan sudah 3 bulan juga giselle tidak mencurahkan semua perasaannya ke Dania,  katanya study banding Dania tidak boleh memegang hp.

Dava juga 4 bulan yang lalu pergi,  namun hingga sekarang belum pulang. Giselle jarang mencurahkan perasaannya kepada mama ataupun papanya karna Giselle masih belum siap dan masih ragu untuk mengatakannya. Giselle belum terbiasa akan hal itu.

     Setelah selesai menghias kamar,  Giselle melihat ke sekeliling kamarnya. Nuansa cat dinding berwarna hijau dipadukan beberapa huruf dari kertas manila berwarna- warni yang Giselle buat untuk menyambut kedatangan kakaknya itu, ditambah warna coklat khas kayu jati meja belajar Giselle yang terdapat disudut kamarnya.

Tidak lupa Giselle mengambil sticker minnie mouse yang selalu disediakannya dilaci meja belajarnya dan menempelkan didepan pintu kamar.

     Giselle melirik kearah jam dinding berwarna biru laut yang terdapat dikamar. Jam sudah menunjukkan pukul 6.00, yang artinya sudah setengah jam lebih Giselle menghias seisi ruangan kamarnya itu.

Namun, tak sedikitpun Giselle menyentuh gambar yang tertempel dibalik pintunya,  tidak tahu dia lupa atau malah disengaja melakukannya.

Tiba - tiba saja Giselle merasakan matanya sudah tidak sejelas tadi. Benda-benda disekelilingnya terlihat berbayang - bayang dimatanya.  Rasa yang hampir dia rasakan disetiap harinya kini mulai merasukinya.

Dan yah , dia tertidur.
Lagi dan lagi. 
   

❤_____❤

Sebagai readers yang baik, vote dan koment yah 😊

You Are Spirit Me " Cowok Musholla"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang