Kami menyusuri jalan
Di mana biasa yang dilihat adalah tumbuhan
Dan di mana sebagian kawasan
Merupakan dominasi dari hutanTapi, sekarang apa?
Apalah kami yang tak ada daya
Kami tak punya siapa-siapa
Mana pihak yang berkuasa
Mana pihak yang punya rencana
Oh, ternyata tidak ada
Apa ini sebuah tipu daya?Bukan lagi udara yang kami hirup
Melainkan asap yang kian menyusup
Ke semua rongga tertutup
Dan kami tinggal memilih mati atau hidupBukan lagi asri yang nampak
Melainkan kabut yang menyeruak
Penglihatan pun tak lagi berjarak
Dekat jauh semua nya tak berdampakTanah kami telah banyak terbakar
Membuat kami harus terus bersabar
Dan terus menunggu datangnya sebuah kabar
Di mana ada hujan akan terdengar
Dan uluran tangan kan tergelarSesak napas kami
Pedih mata kami
Pilu hati kami
Ke mana kami mengadu nasib ini?Ini sebuah problematika
Yang sengaja dianggap biasa
Dan ditutupi dengan sensasi drama
Tak tahukah apa yang kami rasa?
Kami menanggung banyak derita!Tolong, selamatkan paru paru dunia!
Bersihkan udara yang tersisa
Dan berikan lagi canda tawa ceria
Pada masyarakat kami yang sekarang dalam bahaya.(17 Oktober 2015)
______________Masih ingat waktu kabut asap?
Ini puisi gue bikin waktu masa-masa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sang Pemimpi
PoetrySelamat datang di dunia yang bertabur gemerlap aksara. Persembahan dari seorang yang mempunyai banyak mimpi, namun terlalu banyak luka yang menghalangi. Terima kasih teruntuk kalian yang sudah menjadi inspirasi bagiku untuk menulis puisi-puisi ini. ...