Lembayung senja yang mengantarku bertemu sang rembulan
Membawaku sekejap terhanyut dengan pesona sang malam
Bertemu dengan ribuan bintang yang menyapaku dalam diam
Dan mengantarkanku ke dunia yang beranjak kejam
Menjadi saksi bisu dalam semangatku yang jadi korban kehidupanAku memulai malam dengan tas tersandang
Menyeret kaki menuju sebuah peraduan yang malang
Mirisnya diri luntang-lantung menggelandang
Mencari makan sekadar untuk mengisi ajangTerikku dan gelapku tak ada beda
Semua sama sahaja
Sama-sama lapar yang dirasa
Sama-sama mengadu nasib di ibukota
Dimana letak yang tidak sama?Terikku, membakar kulit yang tak lagi terurus
Gelapku, menusuk kulit hingga makin tirus
Namun sepanjang waktu, takkan lupa ku bertadarus
Karena kuyakin Tuhan bersama orang di jalan yang lurusBiar saja tidurku di emperan
Biarkan saja hakku diselewengkan
Biarkan ... yang penting wajibku terjalankan
Biarkan rakyat fakir ini terabaikan
Yang penting aku tidak melupakanSudahi saja!
Karena suara di penghujung resah tak pernah di dengar mereka, yang tertutup kicauan para kolega
Dan aku hanya berharap Tuhan yang kan mendengarnya, tangisan sang gelandang tanpa suara.-Ve (22.09.16)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Sang Pemimpi
PuisiSelamat datang di dunia yang bertabur gemerlap aksara. Persembahan dari seorang yang mempunyai banyak mimpi, namun terlalu banyak luka yang menghalangi. Terima kasih teruntuk kalian yang sudah menjadi inspirasi bagiku untuk menulis puisi-puisi ini. ...