(P-46) Elegi Anak sayu

3.4K 133 60
                                    

Alunan elegi pilu dialunkan sang anak bermata sayu
Di tengah teriknya sang surya yang kian menyilaukan mataku
Tapi anak itu, tak putus sumangat sampai bait itu radu
Suara itu, merdu dan mendayu-dayu
Tak terdengar sumbang meski masih wagu
Buat ku ikut mendendangkan senandung itu.

Anak itu, buatku ragu lalu bertanya dengan kalbu;
Tidakkah seharusnya ia meregup waktu bersama bendu?
Namun bersusah, dia bergulat dengan gitar nan bertandu di bahu

Jreng jreng

Sekali lagi, petikan gitar terdengar meramu lagu
Satu petik, dua petik ... kembali ke vocal satu

Payah ....

Lelah ....

Namun dia beralah, percayalah ini bukan ajujah!

Karna aku menangkap nadanya, jeritan hati dibalik irama itu
Kudengar rintihan kelu seraya tembang itu terus berlalu
Kerling matanya tersorot rindu akan bahtera terbelenggu

Bakdahu elegi itu teradukan, dia mendengu
Saat tangannya masih kosong tak dibantu
Hanya dinikmati melodi tanpa imbalan seribu

Namun dia hapus kusut air muka, kembali mengusung gitar lusuh
Mengitari jalan demi kenyang yang tak keburu
Bergesa dia, takut diluru sang waktu
Takut tak sempat bertandang ke tempat mengadu

Saat langkahnya tak berjarak di mukaku, aku memberhentikannya dan mengeluarkan opini benakku.

Dan dia menyahut,

aku nak pergi kerjakan kewajiban pada tuhanku. Lalu sambung mencari rupiah untuk ayahanda yang tak berdaya di gubuk bambu.

Jawabnya buatku terenyuh,
dimana mereka yang mengumbar janji akan sejahtera secara menyeluruh?

Ve (11.10.16)

***

Sajak Sang PemimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang