Tidak ada suasana yang keindahannya melebihi pagi. Mentari yang hangat, rumput yang hijau keramas oleh embun. Udara sejuk dan bersih memenuhi rongga paru-paru. Energinya menghembus dicabang-cabang pembuluh vena dan memompa jantungku pagi ini. Subhanallah. Segala puji bagi Engkau yang menganugerahkan sepotong pagi yang indah untuk dinikmati.Selain suasana pagi ini yang menceriakan hatiku. Tempat yang akan kujelajahi lagi-lagi bersama Sadiqeh, adalah kota Qom. Kota yang pertama kali kulintasi setiba ditanah Parsi ini. Saat melintasi sebuah bangunan megah mirip masjid. Saat itu aku hanya melihat ujung kubah kuning keemasan, pohon-pohon palem menjulang disekeliling bangunan tersebut.
Seperti apakah gerangan keindahan didalamnya,jika dibagian luarnya saja sudah cukup mempesonakan aku. Dan kini, bersama Sadiqeh , aku akan mengunjunginya, tak hanya Mousoleum Sayyidah Ma'shumah namun juga beberapa tokoh besar para penyair yang melegenda.Dikota Qom ada satu pusat pertokoan, termasuk toko Souvenir yang terletak di "Holy Shrine" , Haram Sayyidah Ma'shumah . harga barang-barang souvenir dipasar ini cukup terjangkau apalagi dibeli dalam jumlah banyak . naluri wanitaku terpanggil. Belanja bagi wanita adalah kegiatan yang menyenangkan. barang-barang seperti asesoris, pakaian, tas, sepatu, perhiasan adalah penyejuk mata kami.
Memandangnya saja kami lega, apalagi bisa menyentuh, menawar memilih lalu membelinya. Tentu saja yang paling menentramkan adalah kala uang kita menjangkaunya. Dipasar ini rupanya senada-seirama dengan isi dompetku. Hiasan dinding berupa kaligrafi ayat kursi dari sulaman benang emas, tasbih, quran mini yang biasa digantung di kaca mobil, sajadah, minyak wangi dan jilbab.
Tak jauh dari pasar souvenir di seputar haram, ada pasar tradisional yang menjual lauk pauk dan sayuran bernama pasar Guzarkham namun lebih sering disebut pasar Irak. Dipasar itu, celotehan bahasa Arab Amiyah akan terdengar riuh rendah dilorong-lorongnya yang sempit. Disalah satu lorong ada tempat tinggal keluarga Al Hakim pejuang revolusi Irak yang melarikan diri ke Iran karena dikejar-kejar Saddam. Setelah rezim Saddam tumbang, kepala keluarga itu, Ayatullah Sayyid Baqir Al Hakim, kembali ke Irak namun tak lama kemudian gugur akibat ledakan bom usai sholat jumat di Haram Imam Ali di kota Najaf.
Haram adalah istilah dalam bahasa persia yang berarti "Holy Shrine " atau mousoleum yaitu makam yang sudah dibangun dan diperindah. Setiap hari makam sayyidah makshumah selalu dipenuhi para peziarah atau orang-orang yang sekedar duduk didalamnya untuk berlindung dari panasnya kota Qom. Beberapa pelajar yang duduk didalamnya untuk menghafal pelajaran mereka.
Shalat berjamaah lima waktu duha mereka selenggarakan disini, tapi shalat dhuhur dan ashar dilakukan beriringan. Segera setelah adzan dhuhur berkumandang, sholat jamaah dhuhur selenggarakan, usai shalat dhuhur, kembali terdengar adzan dan orang-orang menunaikan sholat ashar. Demikian pula dengan sholat maghrib dan isya. Berbagai pengajian dan majelis ilmu juga digelar dikompleks ini.
Berada di mousoleum sayyidah mashumah ini mengingatkanku pada sebuah suasana yang tidak asing. Kemegahan disebuah masjid agung, qubahnya yang besar berwarna biru, menara yang dilengkapi lift, pengunjung datang silih berganti, menikmati megahnya arsitektur bangunan nernuansa timur tengah. Banyak kegiatan dimasjid ini, seminar-seminar ilmiah, workshop metode baca quran dan kajian rutin kitab Riyadhus Shalihin.
Bersama ketiha sahibku farida, Aisy, dan zahra, berbekal mukenah dan quran kecil, selepas jalan-jalan keliling kota. Disinilah kami berlabuh. Menyegarkan diri dengan air wudhu, tadarrus sejenak, lalu merebahkan diri menatap megahnya langit-langit masjid. Hanya saja tidak ada makam dimasjid ini.
Meskipun kami berempat sering juga menziarahi makam orang suci untuk tawassul dan uzlah merefresh sisi spiritual kami. Mendoakan mereka dan menghayati sejenak makna kematian. Agar seimbang dunia dan akhirat. Kadang tak keberatan ada yang menjuluki kami "Sarkub "atau sarjana kuburan. Mengacu pada kaum akademisi yang masih gemar menziarahi makam. Tak apalah bagi kami makam wali memiliki energi positif yang positif.
Ibarat hots spot, sinyalnya besar maka koneksi dan akses menjadi lancar. Demikianlah mata pandang kami. Berdoa kepada Allah dengan mendekati kekasihnya ibarat mengakses internet dilingkaran wifi. Dengan analogi ini, kami meyakini doa kami lebih mudah diterima.
Dan disini bersama Sadiqeh di mousoleum megah makam sayyidah Ma'shumah salah satu keturunan Nabi SAW, menikmati liburan semester disebuah tempat dimana berkumpul para pecinta Nabi dan Ilmu.Bila kita memasuki haram dan masuk diruangan dimana makam sayyidah Ma'shumah berada yang dipagari oleh zarih, yaitu pagar besi berwarna emas dan beratapkan hiasan cermin, yaitu cermin yang dipotong kecil lalu disusun pada pola tertentu dengan sangat rapi dan indah. Suara tangis dan ratapan akan segera memenuhi gendang telinga. Orang yang membaca doa sambil menangis tersedu-sedu.
Ada juga yang hanya diam menatap makam dengan bersimbah airmata. Kebiasaan masyarakat iran menziarahi makam bagiku tak asing karena keluarga saya hampir memiliki tradisi yang sama. Sejak kecil aku sudah sering diajak ke makam wali hanya saja ratapan tangis berlebih-lebihan tak kami temui. Yang ada orang-orang yang membaca tahlil dan mengkhatamkan alquran.
Dalam sejarah Iran kontemporer, Qom merupakan tempat munculnya benih-benih revolusi islam. Para ulama pemimpin revolusi antara lain Imam Khomaeni hampir pasti pernah menuntut ilmu agama di Qom. Namun ketika aku membaca sejarah kota Qom saya mendapati bahwa kota ini bisa disebut sebagai kota pemberontak pada abad permulaan islam, Bani Alawwiyin yaitu keturunan Sayyidina Ali bin abi Thalib atau dalam istilah umum disebut syi'ah.
Mendapati banyak gangguan dan siksaan dari para penguasa dinasti Umawiyah dan dinasti penerusnya, Abbasiyah. Merekapun melarikan diri ke berbagai kawasan dan Qom menjadi salah satu tempat pelarian utama. Agar tak pernah berhenti melawan kedzaliman penguasa. Sejarah mencatat kota Qom pernah diporak porandakan oleh khalifah Al Makmun pada tahun 200 an tahun Hijriyah karena penduduknya menolak membayar pajak dan upeti. Khalifah pengganti al makmun juga menerapkan kebijakan represif terhadap penduduk Qom begitupun khalifah-khalifah selanjutnya bahkan hingga rezim Pahlevi berkuasa. Ketika inggris dan Rusia bercokol di Iran, Qom juga menjadi pusat militer dan politik para aktifis pejuang Iran.
Spirit perjuangan kota Qom konon juga bersumber dari Haram Sayyidah Ma'shumah. Fathimah Ma'shumah adalah adik perempuan Imam Ali Ridho. Sayyidah Ma'shumah melakukan perjalanan panjang dari Madinah menuju Mashad untuk menemui kakaknya itu. Ditengah perjalanan saat sampai ke kota Qom masih seribu kilo menjelang Mashad, dia jatuh sakit dan wafat. Jenazahnya dimakamkan di Qom secara bertahap. Makamnya dijadikan Mousoleum. Kini makam Sayyidah Ma'shumah sudah cukup megah dengan kubah emas dan kompleks yang luas.
Sementara itu, makam kakak Sayyidah Ma'shumah Imam Ridho juga secara bertahap dibangun menjadi megah dan indah. Makam itu semula berlokasi didesa bernama Sanabad namun kemudian berubah nama menjadi Mashad Ar Ridho yang berarti "tempat gugur syahidnya Imam Ridho "lama-lama orang menyebutnya Mashad.
Penulis:
kita rehat sejenak, ya... perjalanan akan berlanjut dikota Naysabur. Masih edisinya syarifah...

YOU ARE READING
ISTIKHARAH CINTA
SpiritualBlurb: "Berpihak pada isyarat langit adalah suatu ikhtiar pada hati seorang hamba yang diliputi suatu keraguan, rasa takut dan ketaatan pada sang pemilik hati yang hening dan bening dari nafsu maupun ego. Termasuk cinta. Kepada siapakah cinta diper...