Bagian ke 19- Adagio Albinoni

497 9 7
                                    

Selama di Vancouver, tak kusangka kami tinggal sebuah apartemen dikawasan Robson Street, kawasan yang cukup prestisius . Aku tak menduga dengan rezeki yang aku alami sekarang, ditampung disebuah apartemen for free ,oleh kakak senior, mengingat dari berbagai informasi life cost di Vancouver cukup mahal. Aku tak yakin Kang Haidar setajir itu, memiliki apartemen dan minicooper yang biasa dipakai sewaktu-waktu. Ternyata inilah yang namanya Barokah . Ceritanya, dosen pembimbing Kang Haidar harus ke Jerman untuk beberapa tahun, daripada apartemen disewakan, Profesor Muallaf itu lebih lega jika ditinggali sementara oleh Kang Haidar. Untuk waktu 3 tahun kedepan, menempati sebuah apartemen tanpa biaya adalah rezeki yang tidak disangka-sangka.

Benak Fadhol sejenak melayang-layang mengagumi kejadian demi kejadian yang ia lihat dan alami. Seperti nasib seniornya ini. Seusai bercengkrama dalam ritual diwaktu dhuha , perjalanan berikutnya bersama Kang Haidar akan dimulai jika kemarin seharian menyusur Stanley Park untuk hari ini, beberapa titik-titik wisata di Vancouver siap dijelajahi Fadhol dan Haidar.

"Fadhol! Hari ini kita akan keliling Downton Vancouver ,yah. Gak pake mobil. Lebih seru kalo pake public transportation."
Mata Fadhol berbinar, "Wah! Essipp,Kang! . Aku lebih suka travelling ala backpacker. Kita kemana saja , aku pasrah,Kang."

Berjaket, membawa ransel, bersepatu kets, sangat tepat bila dua pemuda ini seperti peserta reality show "The Amazing Race" ,suatu acara yang temanya adventure.
Setelah keluar apartemen mereka berjalan-jalan saja menikmati selasar Robson Street ,hal ini menjadi hiburan tersendiri. Dimana-mana berderet etalase, kedai, butik. Sepanjang jalan adalah toko. Enaknya tinggal di Robson Street karena ada supermarket diseberang apartemen. Lengkap. Mau naik skytrain atau stasiun juga dekat. Benar-benar lokasi yang cukup strategis.

Rupanya Kang Haidar tak sekedar mengajakku jalan-jalan di kota, sebuah pulau kecil yang letaknya di False Creek

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rupanya Kang Haidar tak sekedar mengajakku jalan-jalan di kota, sebuah pulau kecil yang letaknya di False Creek. Adalah publik market, toko-toko dan restoran. Ada taman dan danau juga meskipun kecil. Dan seperti ciri khas kota Vancouver dimana ada danau disitu banyak sekali bebek disini bebek cukup banyak populasinya.

Nah! Salah satu hal yang membuat Fadhol sangat excited adalah menikmati public transportation nya.
Skytrain mirip MRT , di Vancouver ini kemana-mana bisa dicapai dengan naik Skytrain. Nyaman dan cepat. Trainnya datang setiap 2 menit. Jadi jika train satu sudah berangkat, 2 menit berikutnya datang train lagi.
Selain skytrain dan train itu sendiri, tak kalah menarik adalah transportasi air bernama Aquabus , yaitu kapal kecil yang di isi maksimal 10 orang saja. Fadhol dan Haidar mencoba naik transportasi ini untuk menyebrang dari Yaletown ke Granville Island , jadi termasuk menyusuri False Creek tadi. Sekitar 10 menitan saja, jalan-jalan ringan plus dapat view yang bagus pula.

 Sekitar 10 menitan saja, jalan-jalan ringan plus dapat view yang bagus pula

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jalan-jalan tak lengkap rasanya kalo tidak nguliner. Tak salah kalau Pak Bondan menjadi host di acara bertajuk wisata dan kuliner. Sebab menariknya wisata adalah kulinernya, dan kuliner itu sendiri merupakan representasi dari budaya suatu daerah. Mencicipi suatu hidangan sama dengan bersentuhan dengan suatu budaya daerah atau negeri.

Di downtown Vancouver banyak kita jumpai kios-kios makanan dan foodtruck,model kedai nomaden yang lagi ngetrend di Amerika. Kali ini yng direkomendasikan Kang Haidar untuk aku cicipi adalah menu vietnam. Haidar mengajak Fadhol masuk ke sebuah restoran vietnam. Karena udara sangat dingin, mereka sepakat memilih menu "pho" rebus dengan sayur sawi segar dan tauge besar. Rasanya cukup mantap. Maknyus.

Fadhol cukup lahap menikmati semangkuk besar pho panas, kepalanya mendekat ke arah mangkok, menandakan ia sedang dilanda rasa nikmat.

	"Piye,dik Fadhol ?" Enak,to?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Piye,dik Fadhol ?" Enak,to?. Cocok kan sama lidahmu? Tanya Haidar,sambil sesekali menyeruput Lemon hangatnya. Fadhol mengacungkan jempol kirinya lalu melanjutkan lagi untuk menikmati hidangan tersebut.

"Mmmm,maknyus tenan,kang. Agak mirip mie ayamnya Mbak Mah, yang jualan dikantin kampus kita itu."
"Orang asia macam kita memang cocoknya ya menu ala asia, kapan-kapan aku ajak kamu ke resto jepang,atau Thailand,menu indonesia juga ada, tapi harganya maknyusss,mehong. Taulah kamu harga di Vancouver itu bagaimana. Kalo pengen menu ala kampung halaman ya lebih sip aku masakin sendiri."

Sambil menyeruput lemon hangat,keduanya terlihat diam menikmati sendunya alunan instrumen bertajuk Adagio Albinoni yang di mainkan Maestro violis muda David Garret terdengar syahdu dan menyayat-nyayat. Fadhol membisu dan Haidar membiarkannya dalam hening. Lintasan masa lalu bersama Syarifah kembali berkelebat-kelebat. Wajah Fadhol kian sendu. Lagu ini adalah lagu mereka saat Fadhol menyatakan perasaannya pada Syarifah, disebuah taman wisata di daerah puncak. Kalau di LA. ada kawasan BaverlyHills, lokasi penuh kenangan itu adalah Blessing Hills. Saat -saat indah menikmati ranumnya sebuah hubungan.

Fadhol tercenung. Bibirnya mengguman.
"Syarifah, engkau masih disini."

Author :
ALhamdulillah akhirnya bisa updet lagi, pelan tapi insyaallah secepatnya jika tdk ada halangan akan segera updet lagi......thank for read this story..hope u ll enjoy....
Jangan lupa vote n commentnyaa......dan coba nikmati adagio albinoni nya david garret , biar dikit baper......

ISTIKHARAH CINTAWhere stories live. Discover now