Blurb:
"Berpihak pada isyarat langit adalah suatu ikhtiar pada hati seorang hamba yang diliputi suatu keraguan, rasa takut dan ketaatan pada sang pemilik hati yang hening dan bening dari nafsu maupun ego. Termasuk cinta. Kepada siapakah cinta diper...
Bandara Vancouver memang spektakuler,megah dan modern. Di dalamnya bahkan dibuat air terjun buatan yang sangat besar. Suara air mengalirnya cukup memberi efek relaks terutama bagi pengunjung sembari menunggu flight atau mungkin saja sebagai pengusir jenuh saat delay.
Sambil menenteng tas punggung dan troli penuh dengan koper besar, Fadhol mendorong perlahan-lahan sambil pandangan mengedar ke sudut-sudut terminal kedatangan. Banyak kerumunan orang membawa papan nama atau lembaran kertas bertuliskan nama. Mata Fadhol memicing. Ia ingin meyakinkan diri bahwa nama yang tertulis di lembaran kertas itu adalah F -A -D -H -O -L.
Dibawa oleh seorang pemuda berkulit bersih mengenalan jaket coklat bercelana jins biru,rambut hitam legam khas orang melayu. Ia masih ingin meyakinkan diri juga bahwa itu adalah seniornya, Haidar yang sedang melanjutkan studi dan riset di Vancouver. Tak ragu lagi, Fadhol melambaikan tangan dan berteriak kearahnya. "Kang Haidaar ! Kang Haidaar !. Ia berteriak sekencang mungkin karena bersaing dengan ratusan orang lainnya.
Fadhol mendorong troly lebih cepat menuju Haidar yang melambaikan tangan dan tersenyum lebar. Kedua pemuda ini berpelukan. Dua insan bertanah air yang sama,sekolah di universitas yang sama dan sama-sama pernah nyantri pada KH.Maftuh Zuhdi Demak.
"Alhamdulillah ! Sampai juga kau dik Fadhol ! Bagaimana penerbanganmu ?" . Sambil tangan kanan menggenggam erat telapak tangan Fadhol. "Alhamdulillah, Kang . Cukup lancar. Ternyata Canada Adoh tenaan, kaang, he he he". Jawab Fadhol dengan nada bercanda.
"Ya tentu ,dik Fadhol. Adoh tenan di banding Jombang, kampung halaman gadis pujaannmu itu, he,he,he. Memangnya gimana kabar Syarifah ?"'
Deg! Sejenak hampir copot rasanya jantung Fadhol. Ketika Haidar , seniornya ini menyebut nama Syarifah. Sambil berjalan ke arah parkiran, Fadhol sedang memilih kata-kata untuk menjawab pertanyaan seniornya ini. Tak mungkin ia tidak menjawab sebab seniornya ini cukup paham apa yang telah dilaluinya bersama Syarifah .
Sering juga mereka hangout bareng dengan Hanna, pacar Haidar. Mereka berempat banyak menghabiskan waktu bersama saat di Semarang. Setelah waktu berjalan, Hanna lebih dulu menikah, bukan dengan Haidar. Karena kedua orangtuanya terlanjur menerima pinangan. Dan Hanna adalah sejenis wanita yang taat pada kedua orangtuanya. Sebagaimana Fadhol, Haidar lebih dulu meraih beasiswa dan saat ini sedang riset tepatnyadi University of Vancouver Canada.
Menyadari pertanyaannya tidak segera dijawab, Haidar melontarkan sebuah kalimah tebakan. "Apa nasibmu sepertiku,Fadhol ?. Kekasihmu disunting orang lain ?". Fadhol masih diam lalu tersenyum masam, datar. Bibirnya seperti mau terbuka tetapi kata-kata sulit untuk keluar. Mengo mingkem istilah orang jawa.
Memahami adik juniornya yang cenderung introvert ini Haidar menyibukkan diri dengan mengangkat koper-koper dan tas Fadhol di bagasi belakang Minicooper silvernya. " Sudahlah, Kita nikmati saja keindahan kota ini,kawan. Akan kutunjukkan tempat-tempat fantastis." Ujarnya sambil menutup pintu bagasi mobil,lalu Fadhol dipersilahkan duduk dijok mobil depan dengan dikemudikan sendiri oleh seniornya siap mengantar Fadhol ke apartemennya.
Dalam perjalanan Fadhol diam dan merasa sedikit rikuh,melihat kerepotan seniornya ini, melayani, menjemput, mengantar, dan menyediakan tempat tinggal selama beberapa hari sebelum ke McGill.
"Wah, jadi nggak enak aku ,Kang . Merepotkan sampean . Bakal repot beberapa hari nih karena kedatanganku."
"Sudahlah dik Fadhol ! Simpan basa-basimu. Kamu tahu sendiri kan, nasehat Kyai Maftuh. " Man yu'min billahi wal yaumil aakhiri falyukrim dhoifahu.". Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan RasulNya maka muliakanlah tamu. Eleng, Nggak. ? Bahkan Kyai mengumpamakan datangnya tamu itu dapat menghapus dosa tuan rumah. Ibaratnya tamu itu pulang dengan membawa keranjang-keranjang dosa lalu dibuang ke sungai." Anyway, Welcome to Canada, Fadhol."
Fadhol tersenyum. Dibelahan bumi manapun santri adalah tetap santri. Mau berpijak di bumi para Atheis, kapitalis, sekularis, atau liberalis seorang santri tetap membawa nilai-nilai religi, tradisi dan kebangsaan. Dan dinegeri ini,Fadhol merasakan ujian-ujian yang harus dihadapi sebagai seorang santri.
Minicooper silver itu meluncur dengan kecepatan sedang di Downtown Vancouver. Dimana-mana terlihat gedung-gedung berarsitek modern. Dan kebetulan apartement Haidar ini berada di jantung kota Vancouver. Cukup strategis. Hanya beberapa langkah saja dari dari kawasan toko-toko tepatnya di Robson Street. ---ooo----
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.