A Duck Who Tell Us About Himself and the Swan
Duck a.k.a Anto pov
Apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya jatuh padaku? Tidak ada. Karena seseorang yang memiliki ketampanan dan reputasi sepertinya tidak akan meneteskan keringat hanya untuk melihatku yang jelek di pinggiran danau ini.
Ini seperti bebek yang jatuh cinta kepada angsa. Mereka unggas tapi beda spesies. Namanya Berdinan. Nama panggilannya Erdi, Pangeran, Prince Charming, The Heart Thief, dll.
Hari ini pun aku yang hanya seorang jelek dan bodoh ini melihatnya dari kejauhan. Dari lantai dua, tempat dimana semua buku berkumpul, aku melihatnya yang tengah tersenyum karena berhasil melempar bola basket dan masuk ke ringnya.
Kulitnya terlihat sangat cemerlang. Maksudku, lihatlah betapa putih dan bersinarnya kulit itu yang disinari mentari siang waktu makan siang. Rambutnya yang diwarnai coklat sangat kontras dengan kaosnya yang berwarna hitam. Dia mengenakan kacamata. Kacamata berframe merah yang kontras dengan sepatu dan celananya.
Dia baik. Dia ramah. Kadang dia marah. Tapi dia selalu bisa beragumen menggunakan logikanya. Dia keren. Dari segala aspek dia itu seorang elit. Meski ayahnya hanya seorang pekerja kantor biasa dan ibunya seorang ibu rumah tangga, tapi dengan cekatan dia bekerja paruh waktu disebuah toko buku dekat kampus. Prestasinya di kampus tak diragukan lagi, dia selalu menempati 5 urutan teratas di kampus. Fashion sense yang tidak ada duanya. Banyak yang meniru gayanya tapi tidak ada yang bisa menandinginya. Karena apapun yang ia kenakan nampak bagus ia kenakan.
Sedangkan aku ... Trianto Vario.
Seorang anak dari keluarga sederhana... sangat sederhana. Aku juga mengenakan kacamata, bekas ayahku dulu saat beliau SMA. Kulitku nampak kusam dan berwarna coklat, agak gelap. Rambutku hitam, kusam dan kasar. Bajuku, biasa saja. Aku introvert, hanya menghabiskan waktu dengan membaca buku di perpustakaan kampus, walau aku tidak paham apa yang aku baca. Nilai... rata-rata. Tidak ada yang bisa dibanggakan dariku.
Aku tidak pernah menjadi pusat perhatian. Aku hanya bayangan yang tidak diperhatikan, tapi aku tidak membencinya justru aku sangat menyukainya. Sedangkan Erdi, selalu dikelilingi semua orang. Selalu menjadi pusat perhatian meskipun dia hanya berdiri diam sambil melihat teman-temannya bertanding di lapangan.
Ini hanya cinta satu arah. Dari seorang bebek yang memandang angsa dengan pandangan romantis yang ia sembunyikan selama setahun lebih.
YOU ARE READING
A Swan & a Duck [On Hold]
Fiksi UmumAnto seorang bebek dan Erdi seorang angsa. Mengagumi Erdi yang seorang angsa tidak begitu buruk bagi Anto yang seorang bebek karena setidaknya dia bisa merasakan debaran nikmat dan sesak di dadanya. Walau harus sering kecewa karena melihat sang angs...