Scene 13

800 107 14
                                    

A Duck

Varid masih berjalan di sampingku dengan menenteng beberapa barang yang dia beli tadi. Aku yang tidak membeli apa-apa masih memperhatikan Varid yang memiliki rambut ikal, kulit putih, mata biru dan bibir pink. Dia tinggi, tidak lebih tinggi dibanding Zidan, juga tidak pendek sepertiku.

"Hm? Apa?" tanya Varid yang wajahnya sudah berada satu centimeter di depan wajahku.

"Uh! Ti—tidak..." Aku memalingkan wajahku secepat mungkin dari Varid, panas menjalar dari leher hingga telingaku.

"Apa benar kamu suka Erdi?" tanya Varid padaku, aku yang memang mudah gugup ini segera salah tingkah.

Bagaimana, ya, menjelaskan pada Varid bahwa apa yang aku rasakan kepada Erdi merupakan bentuk kekaguman. Suatu bentuk kecemburuan sosial yang positif. Aku lebih, ingin menjadi Erdi, dibanding menjadikannya sebagai kekasihku.

Em, tunggu... kekasih?

"Eng... Varid, kamu tahu, aku ini bukan em..." bagaimana aku mengatakan ini dengan benar, ya? Aih, kenapa aku menjadi sangat linglung seperti ini?

"Bukan apa?" tanya Varid dengan pandangan ingin tahu. Aku semakin bingung harus bagaimana menjelaskan ini. Uh, bahkan kata-kataku sekarang berbelit tidak jelas begini.

"Bukan gay..." bisikku pelan sembari menutup mata.

"Oh! Aku tahu. Kamu memang tidak terlihat seperti penyuka sesama,"--Varid berhenti lalu memandangku"--benar apa yang dikatan Zidan, semakin dilihat semakin menarik kamu. Bahkan aku yang tidak gampang tertarik dengan lelaki normal bisa terpikat olehmu."

...?

"Ahahah! Maksudku, aku ini gay dan aku tertarik denganmu. Bukankah ini hal wajar? Manusia yang satu menarik yang lain, seperti magnet. Karena itu jatuh cinta itu hal yang mudah dirasakan namun sulit dilakukan,--" Varid menatapku intens dan entah mengapa aku tidak bisa menolak untuk tidak menatapnya kembali "--apalagi bila lelaki mencintai lelaki yang lain."

Varid benar. Jatuh cinta itu memang mudah, juga tidak mudah diprediksi. Karena itu, bila seorang lelaki menyukai lelaki yang lain, itu terjadi begitu saja, tanpa ada persetujuan apapun hati sudah jatuh pada orang tersebut.

"Mau jadi pacarku? walau kamu bukan gay, tapi setidaknya cobalah untuk menjalain hubungan yang dianggap terlarang oleh kebanyakan orang ini."

"Tapi... bukankah Zidan... erm, aku tidak mau terlihat seperti orang yang terlalu percaya diri, hanya saja, dia... pernah..."

"... menciummu di perpustakaan? Ya, aku melihat kalian berciuman. Lalu kenapa? Kau tahu, Zidan memang seperti itu. Dia tidak akan memburu buruan utamanya. Dia akan memburu hewan yang nantinya dia jadikan sebagai pancingan, agar buruan utamanya lengah, itulah dia." Varid tersenyum miring sambil menerawang, entah apa yang dia terawang, tapi ada beberapa hal yang aku tangkap dari apa yang dibicarakannya.

"Buruan? Buruan utama dan buruan pancingan?" Aku menatap Varid dengan penuh rasa penasaran. Varid seolah tahu apa yang aku pikirkan di dalam otakku, dia hanya mengangguk dengan senyum yang masih terpasang di wajahnya.

Senyum yang sedikit demi sedikit, tanpa sepengetahuanku telah menetap di hatiku.

A Swan & a Duck [On Hold]Where stories live. Discover now