Meet Again!
Swan pov
"Selalu begitu, kamu!" Kali ini aku ditemani Geni, seorang teman satu jurusan yang sangat cerewet, suka menyanyi dan mengarang cerita. Gadis yang sangat menarik.
"Kamunya aja yang gak mau ngerti," jawabku dari lagu yang baru dinyanyikan olehnya. Rencananya kami mau ke kelas Manajemen Pendidikan. Mau pinjam buku mata kuliah Psikologi Pendidikan, sih! Hahaha
Dosenku memang aneh. Jurusan Manajemen Bisnis tapi disuruh mempelajari Psikologi Pendidikan, duh, dimana nyambungnya?
"Kita udah sampai, ih!" Pekik Geni antusias. Ya! Aku memang sudah melihat kelas yang penuh dengan wajah-wajah asing dan yang tak asing.
"Kamu pasti mikir lagi tentang 'wajah asing dan tak asing', iyakan?"
"You know me so well-lah!" Aku tersenyum kikuk dengan tebakan Geni yang sering tepat.
"Kamu ada kenal mereka, kan?" Tanya Geni sambil berjinjit mengintip ke dalam kelas.
"Hm, ada," jawabku mengingat kemarin di taman kampus saat aku menolong anak yang menarik. Erm, Anto namanya, kalo gak salah, sih!?
"Hemm," aku memandang penjuru kelas yang penuh itu, mencari dimana Anto berada.
Aku melihat sesosok lelaki yang duduk sendiri di pojokan ruangan, dengan bayangan yang ada wajahnya tertutupi sempurna oleh poni yang panjang.
Aku mulai melangkah masuk ke ruangan itu. Menyapa beberapa anak yang aku kenal. Menghampiri Anto yang dengan tenang membaca bukunya.
"Hai," sapaku saat aku sudah sampai di samping tempat duduknya.
Anto dengan lucunya menggedikkan bahu tanpa ia sadari. Dia memandangku dengan mata yang terbuka lebar. Mulutnya menganga seakan ingin mengatakan sesuatu.
"Apa kabar?" Sayangnya, aku mendahuluinya.
"Ba—baik," ucapnya dengan wajah memerah. Sungguh manis. Hahaha
"Kamu ada buku Psikologi Pendidikan?" Tanyaku yang mengambil duduk di sampingnya.
Anto kemudian menolehkan pandangannya ke tas ransel yang dia taruh di bawah meja. Fufufu
"Ah— Ini!" Dengan senyum yang merekah dia menunjukkan sebuah buku tebal langsung ke depan mukaku. Buku itu bahkan hampir mengenaiku, membuat wajah Anto tertutup.
"Ahahahah! Boleh aku pinjam?" Dengan lembut aku mengambil buku itu dari tangan dingin Anto, membuatku bisa melihat wajahnya lagi.
"Un," jawabnya menganggukkan kepala.
"Heheh! Terima kasih. Aku akan mengembalilannya minggu depan." Aku mengacak rambut Anto yang ternyata lembut. Well, bila dibandingkan dengan rambut Abdel yang kasar dan ikal.
Aku segera pergi menghampiri Geni yang sudah menungguku. Aku menunjukkan Geni buku yang aku pinjam.
"Wow! Dia terlihat manis." Geni masih memusatkan pandangannya kepada Anto. Tidak heran, karena ekspresi dan juga tindakan Anto sangat menarik perhatian.
Aku hanya tersenyum memamerkan deretan gigiku. Belum juga aku pergi darisana aku melihat Zidan dengan hawa misteriusnya datang ke arah kami.
Zidan terkenal sebagai mahasiswa tingkat 3 yang berani, eksentrik dan misterius. Aku tidak mempedulikannya dan tetap melanjutkan jalanku.
"Yo! Prince Charming alias Berdinan." Zidan menyapaku dengan nada penuh cacian. Apakah dia ada masalah denganku?
"Ya?" Aku berhenti dan kini mulai menatapnya.
"Kau tampan. Tapi kemayu. Apa yang orang suka darimu? Heh, aneh!" Dengan kalimat itu Zidan melengos pergi melanjutkan jalan ke arah di mana dia tuju.
"Dia gak suka kamu, tuh!" Komentar Geni dan kalimat Zidan hanya aku anggap angin lalu. Tidak peduli dengan cacian orang. Itulah yang membuatku bertahan selama ini.
Uyee!
Kita ketemu lagi!! 😆😍
Besok gak janji bisa update, ye! 😢
Makanya di update sekarang! Wkwkwk
Hayo hayo siapa yang penasaran sama kelanjutannya tunjuk sempak masing-masing!!!
Makasih buat yang udah vote dan comment ye 😘
See ya next chapie!!
YOU ARE READING
A Swan & a Duck [On Hold]
General FictionAnto seorang bebek dan Erdi seorang angsa. Mengagumi Erdi yang seorang angsa tidak begitu buruk bagi Anto yang seorang bebek karena setidaknya dia bisa merasakan debaran nikmat dan sesak di dadanya. Walau harus sering kecewa karena melihat sang angs...