Huh!
Hunter pov
"... si Anto mukul Zidan!?" Pekik suara cempreng salah seorang mahasiswa di dalam kelas ini. Meh, aku ditonjok. Hahaha
Aku ditonjok oleh buruanku! Ahahaha! Ini sungguh menarik. Ini semakin menarik. Buruan yang aku amati selama ini ternyata memiliki sisi yang tidak aku ketahui. Sisi yang bisa membuat jantungku berpacu penuh adrenalin. Ahahahahaha!
Ini seperti saat aku sedang menjaring buruanku dan dia mematukku untuk melakulan perlawanan. Menunjukkan bahwa dia tidak selemah itu untuk di tangkap dengan mudahnya. Hah! Ini benar-benar menyenangkan. Sangat menyenangkan!
Dengan seringai di wajah aku pergi dari kelas ini. Melewati dosen yang melipir untuk tidak menghalangi jalanku. Seekor buruan bisa membuatku setegang ini. Selama ini tiap buruan yang sudah ada di jarak targetku pasti berhasil aku lumpuhkan dengan sekali tembakan. Tadi, dia!!
"Ehehehehe!" Tanpa sadar aku terkekeh di lorong kampus, beberapa orang yang masih di luar kelas, mereka menatapku dengan tatanap aneh. Bah, masa bodoh! Aku sedang bahagia. Benar-benar bahagia.
"Kau sedang mencoba menarik nyawa seseorang lagi, ya?" Tanya Varid, seseorang yang lebih mirip makhluk astral bila dibandingkan manusia. Dia berdiri tepat di belakangku dengan menyilangkan lengannya di depan dada.
"Buruanku kali ini sangat menarik." Aku melihat Varid membuang napas berat. Menatapku dengan tatapan tak percaya. Hahahah! Siapa peduli? Yang aku pedulikan hanyalah Anto. Anto. Dan Anto.
"Kau tidak akan pernah berubah, eh? Aku lihat tadi apa yang dia lakukan padamu. Pfth~ sungguh sangat hebat," cecar Varid padaku. Huh! I don't care anyway.
"Well, bukankah itu menyenangkan? Mendapatkan perlawanan dari buruan yang ternyata tidak selemah apa yang kita kira. Kau juga cobalah untuk mencari seekor buruan, jangan sia-siakan dirimu pada seseorang yang tak menganggapmu," aku menepuk keras pundak Varid membuat wajah pahitnya terjatuh ke tanah.
"Seperti aku bisa melakukannya dengan mudah," Varid menyentak tanganku kasar. Dia lalu menghilang lagi dari pandangan. Hah! Daripada memperhatikan Varid lebih baik aku mencari di mana buruanku berada.
Aku berjalan menuju perpustakaan lantai dua. Memperhatikan setiap kelas dan ruang yang aku lewati, mungkin sajakan si bebek kecil mungil itu bersembunyi dengan tubuh gemetaran disana.
Aaahh! Rasanya, membayangkan gemetaran tubuh mungil itu sangat menyenangkan. Tangan coklat yang tadi dia gunakan untuk memukulku. Mendingin dan gemetaran, kakinya yang pendek tapi tegap itu tak sanggup menyanggah tubuhnya. Hehe... Hehehehehehe
Aku sudah menaiki tangga ke lantai dua dan disana, dibalik tirai abu-abu terlihat bayangan seekor bebek yang matanya terlihat bercahaya.
"What the fuck!?" umpatku melihat si Pangeran Tampan sedang berdiri di depan buruanku.
Wajahku rasanya memanas mendengar tawa renyah dari buruanku, dia tersenyum dengan manisnya sambil melihat si binatang jelek itu. Apa-apaan itu? Apa ini cara baru seekor buruan untuk memprovokasiku?
Aku? Di provokasi seperti ini? Bangsat!
Bagaimana mungkin bisa ini terjadi. Dada bagian kiriku berdenyut nyeri ketika tangan mungil buruanku digenggam oleh binatang jelek itu.
Aku terus dan terus dan terus mengumpat dalam hati. Memperhatikan mereka di kegelapan, merencanakan lagi strategi apa yang akan aku lancarkan demi melumpuhkan buruanku.
Sial! Sial! Sial! Si angsa busuk itu tidak akan aku ampuni! Akan aku bunuh dia jika dia berani menyentuh buruanku lebih dari ini! Sial!!
YOU ARE READING
A Swan & a Duck [On Hold]
Fiksi UmumAnto seorang bebek dan Erdi seorang angsa. Mengagumi Erdi yang seorang angsa tidak begitu buruk bagi Anto yang seorang bebek karena setidaknya dia bisa merasakan debaran nikmat dan sesak di dadanya. Walau harus sering kecewa karena melihat sang angs...