Scene 17

566 84 13
                                    

A Hunter

"Nope."

Erdi menepuk beberapa kali pundakku kemudian dia melangkah pergi. Oh, Holy Fuck! Sikapnya yang jual mahal makin membuatku tidak tahan untuk mendapatkannya.

Erdi melangkah menuju toilet di belakang kantin. Dengan santai aku meminum colaku sambil mengikutinya bagaikan seorang stalker. Fiuh, tidak ada orang yang menggunakan toilet di sini. Tanda yang baik karena aku sudah tidak tahan untuk mencicipi buruanku. Jebakan yang tidak terduga, ahahahah.

Si angsa buruan masuk ke bilik terakhir, sebelum dia sempat menutup pintu itu aku menahan dan segera masuk ke dalam sana.

"Zi—"belum juga dia mengucapkan namaku, tangan kananku sudah menutup bibir lembutnya—,"sst, ada orang di sini." Aku berbisik dengan sangat pelan karena mendengar suara aneh di bilik sebelah.

"Engh ... aahh ...."

Aku dan Erdi saling berpandangan berkonsentrasi dengan suara yang kami dengar dari balik dinding. Well, mungkin ini sudah waktunya binatang untuk kawin?! Sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa ada orang yang masuk ke toilet ini.

"Apa kau mau mengintip siapa mereka?" tanyaku dengan sedikit godaan di nada suaraku.

"Abdel dan Dullah adalah nama mereka." Dengan penuh kesinisan Erdi menyingkirkan tanganku dari bibirnya, membuatku merindukan betapa lembut dan kenyal dua lapis daging itu. Dan suaranya itu, hem hem ... begitu menggoda, bergetar melewati membran telingaku.

Disaat dia hendak keluar dari bilik toilet ini, aku menahan pinggangnya yang ramping dan segera mengecup leher berkeringat Erdi membuatnya bergelinjang kaget. Fufu, sangat manis.

A Swan & a Duck [On Hold]Where stories live. Discover now