Scene 14

663 102 17
                                    

A Hunter

Semakin diperhatikan, semakin ingin aku melahap secara bulat dirinya. Aku sedang menikmati cola dingin yang aku minum seteguk demi seteguk. Melihat pantat itu bergoyang, mata bulat itu berbinar dibawah sinar matahari dan rambut hitam itu berkilauan bagaikan helaian sutra. Apa yang sedang aku bicarakan ini? Anto adalah targetku, dia tidak nampak oleh orang lain, tidak diperhatikan dan sulit untuk didekati. Aku tahu itu. Semua orang juga tahu itu.

Tapi dia bukan target utamaku. Target utamaku ada di sana. Di tengah banyak orang yang mengaguminya. Tidak sadar bahwa aku akan segera melahapnya.

"Kamu jadi nembak dia?" tanya Varid yang sibuk dengan handphone-nya, oh ayolah! Ada apa dengannya akhir-akhir ini? Biasanya dia akan fokus padaku dan kali ini dia fokus pada handphone-nya.

"Bukan urusanmu," jawabku terganggu dengan suara ketikan dari keyboard yang sengaja dia nyalakan getarannya.

"Hm, tentu saja ini urusanku. Kau tahu, kemarin aku menembak Anto." Pernyataan singkat dan padat dari Varid membuatku membulatkan mata terkejut.

"Bukannya kamu suka padaku?" aku bertanya bagaikan orang bodoh, oh Zidan sang Pemburu mau dibodohi oleh anjing pemburunya? Apakah indraku sudah setumpul ini?

"Ya, itu dulu. Kau tidak pernah melihatku sebagai manusia, kau hanya melihatku sebagai sesuatu yang selalu mengikuti dan memberimu informasi. Diperlakukan bagaikan seekor peliharaan seperti itu sungguh sangat tidak menyenangkan, kau tahu! Karena itulah aku memutuskan untuk membebaskan diriku sendiri darimu, lagipun Anto adalah seseorang yang baik dan aku yakin, dia juga tipe seseorang yang pekerja keras walau dia bukan gay seperti kita."

Sudah sejak pertanyaanku terlontar Varid mengalihkan pandangannya dari layar HP. Dia menatapku dengan pandangan menantang.  Inikah yang disebut sebagai peliharaan yang mengigit tuannya sendiri? Hah!

"Hmph! Hahahah..." aku melihat Varid lagi. Memperhatikannya dan beralih melihat buruan utamaku. Ini sangatlah konyol!

"Haah! Yah, dia hanya pancinganku. Selama 5 tahun kita bersama kau sudah tahu pola berburuku. Itu bagus. Aku harap, dengan pengalaman memperhatikan dan menjadi informan bisa membantumu untuk mendapatkan Anto. Kau tahu, aku akan tembakan peluru terakhirku," aku berdiri dan memegang kaleng cola kosong di tangan kiriku. Berdiri dari bangku taman dan mulai menunduk mendekati Varid.

Smooch.

Dengan lembut aku mengecup bibir Varid secara kilat. Tersembunyi di balik pohon beringin besar dan mereka yang memiliki fokus lain. Kampus ini unik menurutku. Para mahasiswa dan dosen dengan lapang dada menerima keberadaan LGBTQ yang banyak di tentang oleh khalayak umum. Membuat banyak pasangan dengan berani keliar menunjukkan jari diri mereka.

"Good luck for me and for you," aku mengedipkan mata pada Varid yang menggosokkan jarinya pada kulit bibirnya, seakan masih belum percaya kalau aku baru saja mengecupnya, hahahah.

Nah, aku benar-benar terpacu untuk mendapatkannya. Aku tidak akan kalah dari Varid. Hahah, anjing pemburu yang sudah tumbuh besar dengan ploncoan pemiliknya. Bila diingat, aku memang kejam dalam mendidik anjing yang satu ini.

***

Special pov
Varid
A Dog Hunter

Aku melihat Anto yang dengan manisnya duduk di tempat yang sama selama setahun ini. Memperhatikannya yang dengan lugu melihat Erdi tengah bersenda gurau dengan teman-temannya.

Sebagai anjing pemburu, insting sebagai binatang yang ingin bermanja tidaklah bisa aku hindari. Aku juga ingin disapa dengan lembut, dibelai penuh kasih dan dicintai.

Selama ini aku bertanya-tanya, bagaimana bisa aku berakhir menjadi binatang yang melukai binatang lainnya hanya demi diberikan kepadanya pemiliknya. Menahan rasa sakit yang begitu sesak melihat pemiliknya lebih menyayangi binatang yang dia lukai. Menerima kenyataan harus tidur dan berjaga di luar rumah demi menjaga tuannya dari binatang-binatang buas yang hendak melukai tuannya.

Hm, kali ini, aku juga ingin merasakan hangat perapian di dalam rumah. Dia memang tidak hebat, tapi dia hangat. Hangat yang selama ini aku inginkan, aku impikan.

A Swan & a Duck [On Hold]Where stories live. Discover now