Scene 4

1.8K 200 6
                                    

First Attack!

Duck a.k.a Anto pov

Aku masih duduk diam memandang langit mengingat suara Erdi yang menyejukkan. Masih tak percaya akan kebetulan yang mempertemukanku dengan Erdi di taman universitas.

Sungguh sangat bahagia rasanya bertemu dan bercakap, walau hanya sebentar, dengan Erdi. Aahh~

Aku lalu memfokuskan diri untuk mulai membaca buku yang ada di depanku. Setidaknya dengan membaca bisa sedikit meredakan debaran hati yang aku rasakan sejak tadi siang.

"Lagi apa?" tanya sebuah suara yang tidak aku kenali. Aku melongok ke atas dan terkejut melihat wajah Zidan. Ketua klub bulu tangkis universitas.

"Membaca," jawabku langsung menundukkan wajah. Entah mengapa tatapan Zidan membuatku tak nyaman.

"Buku apa?" tanyanya lagi yang mulai duduk di sebelahku.

"Bisnis dan Perencanaan." Merasakan tatapan intens tak kasat mata membuatku benar-benar gugup.

"Hee~ Kamu tadi melamun." Deg! Jantungku untuk sesaat berhenti berdetak. Mendapati ada seseorang yang secara terang-terangan memperhatikan, rasanya sungguh mengerikan. Keringat dingin mulai bercucuran dari kepalaku.

"Erm, E—Erdi ...." aku tergagap karena benar-benar tidak nyaman dengan tangan Zidan yang mulai mendekap pundakku.

"Erdi? Kenapa dengannya?" tanya Zidan makin membuatku tidak nyaman. Urgh, tapi ini tentang Erdi, jadi aku rasa bisa menceritakannya pada Zidan.

"Tadi aku bicara dengannya," ucapku dengan suara yang bergetar.

"Kau tahu! Ini pertama kalinya aku berbicara dengan Erdi. Sedangkan selama ini aku hanya melihatnya dan kami juga bukan teman satu jurusan. Dia sangat baik. Senyumnya sangat indah. Sangat memikat." Aku tersenyum saat mengingat senyum yang dia berikan tadi.

"Hm, kamu mengaguminya?" Zidan menyadarkanku bahwa aku tidak duduk sendirian. Genggaman Zidan makin erat aku rasa di pundak kananku.

"I—Iya. Aku kagum. Karena dia baik dan tidak memilih teman untuk bergaul."

Aku menatap sekilas Zidan yang ternyata memiliki mata indah. Warnanya coklat dan terlihat terang di bawah sinar matahari. Dia terlihat menikmati hal yang aku bicarakan. Tak nampak raut bosan di wajahnya.

"Sebenarnya aku ingin menjadi lebih dekat dengannya. Tapi aku takut.  Karena aku orang yang seperti ...."

Aku masih saja bicara tentang Erdi. Sampai aku tak sadar dengan Zidan yang mulai mendekatkan wajahnya padaku. Perlahan, dengan pasti, dia mengincar sesuatu dariku.

A Swan & a Duck [On Hold]Where stories live. Discover now