Scene 12

706 108 11
                                        

Swan pov

Entah kenapa, rasanya aku benar-benar risih dengan kelakuan Zidan yang senang untuk mengganggu Anto. Maksudku ... ayolah semua juga bisa melihat, bahwa Anto tidak merasa nyaman dengan keberadaan Zidan di sekitarnya. Keringat dingin. Tangan gemetar. Pandangan tidak fokus. Wajah memerah. Wajah cemberut. Ekhem, yang sangat manis, ekhem.

'Sangat menjengkelkan.'

"Aku ada kepentingan sedikit di dekat kampus." Ucapku yang hanya direspon angin oleh Zidan.

"Urusan apa?" tanya Anto dengan suara gemetar miliknya, kasihan ... Anto pasti sangat risih.

"Belanja untuk Natal." Aku tersenyum karena tahu apa yang harus aku lakukan untuk menjauhkan Zidan dari Anto.

"Wow! Aku ikut, boleh?" Varid sangat bersemangat mendengarnya. Aku tersenyum dan mengiyakannya.

"Kamu juga ikut, kan, To?" mata Anto berbinar, dia segera menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Yuk!" Ajak Varid. Kami semua berdiri dari kursi kami, menenteng tas kami masing-masing. Termasuk Zidan.

"Oi! Bukannya kamu ada rapat tentang turnamen badminton bulan depan, ya?" Varid melihat Zidan dengan tatapan heran.

Zidan sendiri segera berdecak, "pergi dulu, ya," pamit Zidan pada Anto.

Huft, untunglah dia segera menjauh. Bila tidak bisa-bisa dadaku akan merasakan sakit melihat Anto dan Zidan menempel bagai perekat.

"Terimakasih..." Bisik Anto, aku tersenyum lalu membelai kepalanya. Anto melongok ke arahku.

"Sama-sama, rasanya tidak nyaman melihat kamu yang kikuk di dekat Zidan seperti tadi," jelasku pada Anto.

"Kamu suka Anto?" Suara Varid seakan menandakan suatu keterkejutan. Em, bila dipikir lagi tindakanku ini agak aneh, ya?

Tanganku masih di kepala Anto, Varid masih menatapku curiga, dia sangat frontal, bukan? Aku menatap Anto yang wajahnya memerah dengan kacamata yang berembun.

"Sebagai teman? Tentu saja," jawabku dengan senyum di wajah.

Ah, semoga aku tidak salah mengartikan perasaanku sendiri.

A Swan & a Duck [On Hold]Where stories live. Discover now