Aku menghela nafasku panjang saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan instrukturku saat berada diruangan safety room.
"Menurut hasil data, kesehatanmu sudah mulai pulih. Kau yakin dengan penerbangan ini, Nona Zhang?" Tanya Mr. He menatapku penuh harapan.
"Ya. Aku yakin. Tekanan darahku sudah normal ketika aku mengunjungi Cathay City tadi pagi," Ucapku sambil tersenyum meyakinkan. Mr. He mengulas sebuah senyuman yang cukup membuatku merasa lega. Seperti sebuah senyuman kepuasan.
"Aku memang sudah percaya denganmu" Tukas Mr. He "Baik, 2 jam lagi kita akan take off. Persiapkan diri kalian dalam rute kali ini. Happy and safe flight!" Ucap Mr He setelah ia melihat arloji yang melekat dipergelangan tangannya. Ia kemudian bangkit dan meninggalkan kami berdua diruangan ini....Ya, kami berdua. Aku, Zhang Yuxi, dengan seorang captain bernama Wang Junkai.
Junkai tiba tiba menggeser kursinya dan bangkit. Aku langsung menoleh kearahnya saat mendengar suara deritan kursinya. Junkai yang tampak sadar itu-pun mengalihkan pandangannya kearahku.
"Kau benar benar yakin dalam kondisi sehat saat ini?" Tanya Junkai. Aku tertegun, dan, kemudian mengangguk secara perlahan.
"Ya. Dokter Yu yang bilang sendiri kepadaku" Ucapku. Junkai tak menggubris perkataanku. Ia seperti, atau seolah mengerti dengan ucapanku. Tapi, tanpa disertai dengan anggukan kepala atau hal yang sebagainya.
"Kau tidak menyesal 'kan penerbangan kali ini tidak jadi ke Venesia?" Tanya ku menatapnya ragu.Ya, sebenarnya rute hari ini adalah Reykjavík, Islandia.Namun, karena kurang memungkinkan, rute kali ini adalah rute domestic. Hm, seperti penerbangan ke provinsi Hubei, Wuhan. Dan ini semua, karena, AKU.
Junkai hanya terdiam. Ia tak membalas perkataanku dan juga tak menoleh kearahku. Aku menatapnya cemas. Tidak jadi ke Islandia yang notabenenya adalah negara yang ia sukai dan termasuk kedalam daftar negara yang ingin ia kunjungi selama setahun terakhir ini.
Junkai kemudian mendecak dan kemudian menoleh kearahku. Ia tersenyum tipis dan miring. Namun, penuh arti. Aku tertegun saat melihatnya tersenyum kearahku. Yah, walaupun senyuman tipis. Setipis setali benang sutra. Sangat tipis, 'kan?
"Kenapa aku menyesal? Justru, itu malah menyenangkan jika kita pergi bersama ke Hubei" Ucapnya lembut dan sorot matanya tenang.
Dia...nada suaranya....tidak ada kata kata kasar dan juga tidak diiringi bentakan! Sorot matanya juga tenang dan membuatku rileks, tidak seperti biasanya yang selalu gelap dan kelam. Dari yang kutahu, jika keinginan Junkai tak terwujud ia pasti akan membentak orang itu. Terlebih lagi, jika aku yang menghancurkan keinginannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aviamate
Fanfic(Half story inspirated by Miss Pilot jdrama) Siapa yang tidak tau Wang Junkai? Pilot muda (22y.o) yang telah menuai banyak pujian disebuah maskapai papan atas di Tiongkok. Tapi sayang, sikapnya dingin sekali. (...dan jangan lupa menyebalkan!) Zhang...