Landing kedua, alias, landing terakhir telah diselesaikan saat kami tiba di Changsha, sebuah kota, lebih tepatnya ibukota provinsi Hunan.
Yah, kami tiba disini saat waktu pagi, sangat pagi. Yah, kami tiba saat jarum jam menunjukkan pukul 06.00 AM tepat.
Yah, tentunya, landing pertama diadakan sore hari. Dan harus menunggu next flight sampai pukul delapan malam.
Beruntung sekali, rute dan jadwal kali ini tidak serumit jadwal sebelum sebelumnya.
Maksudku, rute kali ini hanya dua daerah, alias, hanya dua landing. Tidak empat, lima, ataupun tiga seperti biasanya. Huft.
Aku berjalan kearah lobi hotel dengan terburu-buru. Angin dingin khas pagi hari di pesisir Changsha ini benar benar membuat rambutku berantakan dan juga menembus tulang-tulangku.
Aku melirik kearah jam yang melekat di dinding keemasan loby hotel ini. Dan kemudian, menghela nafasku panjang dan kasar.
"Huh, angin itu selalu saja ingin membuat rambut croissant ku kacau."
Setelah beberapa lama terdengar suara hentakan sepatu hak tinggi dilantai kaca ini, akhirnya, suara Yifei terdengar disini. Ia tampak mengeluh dan berusaha memperbaiki rambut croissant nya yang sedikit kacau akibat ulah angin yang —katanya— berusaha mengacaukan hairstyle nya.
Padahal, angin itu bersifat spontan. Alias, termasuk langsung proses dari alam.
Aku tertawa mendengar perkataannya dan melirik kearahnya.
"Haha, tenang saja. Ini kan landing terakhir. Kau bisa melepas jepit-jepitan itu nanti." candaku kepadanya. Yifei sedikit mendesah dan kemudian memberhentikan gerakan tangannya. Ia melihat kearahku dan mengangguk pelan.
"Kau benar juga, sih. Tapi, sekarang kan masih belum dikamar!" gerutu Yifei sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Lagi-lagi, aku hanya menanggapinya hanya dengan tawaan.
"Lagipula, itu tak sepenuhnya kacau kok. Kau masih terlihat cantik," jelasku sambil tersenyum lebar dan meyakinkan. Yifei memandang kearahku, ia tertegun. Namun, kemudian sebuah senyuman terulas dari bibir pink nya. Ia seolah mengatakan: 'terimakasih!'.
Aku membalas senyumannya singkat.
"Oh...aku ingin mengambil segelas kopi hangat. Kau mau?" tawarku memandang kearahnya. Yifei tampak berpikir, namun, ia segera mengangguk.
"Jika bisa..." ucapnya dan kemudian tertawa. Aku mengangguk dan mengedipkan mataku.
"Tentu saja bisa, nona Fei." gurauku dan kemudian berjalan menuju salah satu mesin pembuat kopi disudut lobi ini.Sesampainya di coffee machine, aku mengambil dua buah cup dan meletakkan dibawah rasa yang kupilih, American Coffee dan menekan tombol yang berada disisi kanan mesin ini.
Aku melamun. Pikiranku entah kenapa kembali teringat kembali tentang Junkai. Saat pria itu menceritakan kisah hidupnya dan tersenyum tulus kepadanya, dan, saat ia mengajakku bertemu dengan Lian. Salah seorang yang ia bilang sangat mirip denganku.
Jujur, berbincang dengan Lian benar benar merupakan suatu kehormatan besar bagiku.Dia benar benar sosok yang tangguh; perhatian; dan memiliki sifat kepedulian yang tinggi.
Dia benar benar bersifat keibuan. Bahkan, disaat umurnya masih dua puluh tiga tahun, sifat itu masih berada didalam dirinya.
Benar benar cocok untuk seseorang seperti Junkai. Kupikir, jika umur mereka sama dan Lian belum menikah dengan seorang laki-laki-laki yang ja cintainya, pasti, mereka, Lian dan Junkai akan melangsungkan pernikahan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aviamate
Fiksi Penggemar(Half story inspirated by Miss Pilot jdrama) Siapa yang tidak tau Wang Junkai? Pilot muda (22y.o) yang telah menuai banyak pujian disebuah maskapai papan atas di Tiongkok. Tapi sayang, sikapnya dingin sekali. (...dan jangan lupa menyebalkan!) Zhang...