Reykjavik to Beijing

573 49 2
                                        

Zhang Yuxi POV

Aku menggeret koperku menuju ruangan briefing crew di bandara internasional Reykjavik.
Setelah sekian lama berada di Islandia dan sempat mengalami Jetlag, akhirnya, aku akan kembali ke China! Betapa fantastic nya hal itu!

"Jadi...Yifei, kau sudah lama tinggal di Islandia? Kau dulu tinggal di Akureyri? Wah, pasti menyenangkan dikelilingi banyak taman bunga dan pegunungan!" Ucapku senang saat berbicara dengan Yifei.

Ya, dia, Yifei, sikapnya sudah mulai berubah terhadapku. Sudah cukup lama ia melakukan perang dingin sepihak terhadapku sejak insiden Junkai mengatakan aku dan dia memiliki sebuah 'hubungan'. Namun kini, mungkin, ia sudah menyadari kalau hal itu tidak sepenuhnya benar.

Atau mungkin...dia sudah memiliki seorang kekasih?

Yifei hanya tertawa sepanjang perjalanan. Ia terlihat begitu anggun saat mengenakan seragam merah dengan stocking berwarna hitam dan sepatu hak tinggi. Apalagi ditambah dengan rambut sanggulnya.

Bayangkan saja, semua hal yang dia pakai dipadu dengan wajah blasteran China-Islandia nya. Itu jauh sungguh sangat cantik. Bahkan melebihi.

Ini bukan pertama kalinya aku melihat Yifei terlihat anggun seperti itu, tapi, kali ini, auranya benar benar terpancar!

"Tak juga. Tapi, kau harus tau, disana juga ada sebuah paus. Sayang sekali kemarin aku tidak mengajakmu ke Akureyri." Tukas Yifei dengan sedikit nada menyesal diakhirnya. Namun, dia menepuk pundakku dan kemudian tersenyum manis.
"Lain kali aku akan mengajakmu kesana!" Ucapnya senang. Aku membalas senyumannya dan mengangguk.

"Sampai jumpa saat boarding, Yifei!" Pamitku senang. Yifei mengangguk dan melambaikan tangannya kecil. Ia kemudian berlari kecil menyusul para pramugari dan pramugara yang lain. Aku kemudian membuka pintu ruangan dan kemudian berjalan kearah seseorang yang sepertinya seorang purser penerbangan yang telah menunggu kami sebuah meja briefing.

Aku meletakkan koperku disudut dinding dan kemudian mendudukkan diriku di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan Purser. Dan juga, tak lupa, bersebelahan langsung dengan Junkai.

Ya, untuk safety penerbangan, yang melakukan brifing, hanyalah seorang pilot dan co-pilot.
Sedangkan pramugari berada diruangan lain.

"Mr. Wang? Kau juga berada di Islandia?" Tanyaku senang.

Kenapa tidak? Ia adalah manajer penerbangan favoritku!

Mr. Wang mengangguk. Ia kemudian tersenyum.

"Tentu saja. Karena aku adalah purser di penerbangan kalian kali ini." Ucapnya.

Aku mengangguk paham, dan kemudian kembali terdiam. Aku melirik kearah Junkai yang sedari diam saja dan malah membuang muka dari Mr Wang. Ia seperti mencoba berpura-pura sibuk dengan cara membaca buku prosedur-prosedur penerbangan yang tebalnya minta ampun itu!

Ia jelas sekali menunjukkan ketidak sukaannya dengan Mr Wang.

Aku lagi-lagi tertawa canggung untuk mencoba memecahkan suasana kecanggungan yang ada antara Mr Wang dan Junkai.

"Oh, iya, bagaimana dengan rute kali ini? Kudengar dari dispatcher, visibility akan turun saat melewati jalur barat..." Ucapku mencoba menjelaskan kepada Mr. Wang. 
.
.
.
.
.
.

"Hello, ladies and gentleman, this is your captain pilot in command. My name is Wang Junkai. Today we will flight from Reykjavik to Beijing. Fasten your seatbealt and turn off your handphone when during a take off or landing. Enjoy our flight. Thankyou for you attention, Mr, Mrs. "

Junkai mengucapkan dengan mantap dan fasih instruksinya dalam bahasa inggris itu melalui sebuah aviation headset. Dan setelah itu ia perlahan mendorong pedal secara perlahan. Aku mencoba memusatkan fokusku kepada instruksi yang diberikan Junkai. Aku memperhatikan alat pengukur kecepatan yang terus bertambah selama Junkai mendorong pedal.

"V1..." Aku terus memperhatikan alat pengukir kecepatan saat sudah mencapai angka 100 lebih. "VR, V2...." Sambungku saat melihat kecepatan sudah mencapai 160 knot. Junkai perlahan menarik tuas kemudi, dan, pada saat itulah tampak sebuah langit biru khas Islandia.
"Gear up," Instruksinya, aku langsung menarik pedal yang berada didepanku dan terletak berdampingan dengan tombol-tombol.

Kali ini, posisi pesawat sudah mulai stabil. Aku melirik kearah daratan Islandia. Sebagian daerah yang dipenuhi oleh daratan salju dan juga kaitannya yang biru jernih seperti yang ada di negeri dongeng.

Aku mengambil lembar checklist yang berada disamping kursi kemudiku dan kemudian membacanya sejenak, sesekali juga menchecklistnya. Namun, sebuah hal terlintas dibenakku.

Tentang sikap Junkai, entah kenapa aku masih terbayang-bayang tentangnya.

Tak biasanya ia menjadi pendiam begini saat sedang berada didalam cockpit.

Dan juga, tak biasanya ia tak banyak bertanya saat sedang dalam safety briefing. Biasanya ia akan paling banyak bertanya dan bahkan, membuat purser sekalipun harus berkali-kali dispatcher untuk mengetahui keadaan cuaca.

"Junkai..." Ucapku pelan. Junkai tetap diam, dia tak menjawab perkataanku untuk sementara. Setelah cukup lama aku menunggu, ia kemudian hanya membalasnya dengan deheman.
"Boleh aku bertanya?" Tanyaku pelan dan penuh keraguan. Junkai tampak tertegun.
"Apa?" Tanyanya.

"Apa....kau ada masalah?"
.
.
.
.
.
.

Akhirnya selesai juga chapter ini setelah banyak belajar tentang aviation(?) #plak

Haha, abaikan. Ada yang ingin kalian sampaikan tentang cerita ini? Such as, cerita ini terlalu serius....mungkin? XD

Disini, Director Zhang mulai muncul yak, JingTian jie jie belum dmunculkan ><








AviamateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang