"Ah, anak gadis pilotku sudah pulang rupanya!"
Ibuku langsung menyambutku hangat saat aku baru memasuki halaman rumahku. Aku mengucapkan terimakasih kepada supir suruhan dari perusahaan maskapai yang mengantarkanku dari bandara. Saat mobil itu kembali melaju, aku kemudian menutup pagar dan kemudian berjalan kearah ibuku. Aku tersenyum manis melihat kearahnya.
"Ma," Ucapku senang. Ibuku langsung memelukku erat.
"Hampir satu tahun aku tidak melihatku, dan, lihat, kau semakin bertambah cantik dan tinggi!" Pekik ibuku senang. Aku terkekeh.
"Hng...kupikir, dugaan mu tentang aku bertambah tinggi...tidak sepenuhnya benar" Candaku. Ibuku mengacak-acakkan rambutku.
"Kau kini jauh lebih tinggi dariku, sayang" Ucap Ibuku melepaskan pelukan hangatnya dan memandangku wajahku sambil mengulas sebuah senyuman. Aku hanya terkekeh.
"Really?" Gurauku. Aku kemudian mengambil sebuah tas belanja besar dan juga parcel besar yang berisi buah-buahan segar.
"Aku membelinya saat aku di Wuhan dan khusus kubeli untuk kalian" Ucapku masih tetap mengulas senyuman. "Kudengar, ibu sedang sakit. Jadi, aku membelikan banyak makanan" Sambungku. Ibuku hanya tertegun ketika ia melihat kearahku. Namun, wajahnya yang tampak tertegun itupun segera digantikan nya dengan sebuah senyuman ramah.
"Benarkah? Terimakasih" Tukas Ayahku yang sedari tadi hanya tersenyum melihat kami berdua. Aku menganggukkan kepalaku.
"Ah, ba. Aku ingin meletakkan koperku dulu didalam kamarku sebentar," Izinku. Ayahku hanya menganggukkan kepalanya.
"Tentu. Mana parcelmu? Biar aku saja yang membawanya kedalam" Tawar ayah. Aku mengangguk dan memberikan parcel besar itu kepadanya. Aku kemudian tersenyum kepada mereka berdua.
"Kalau begitu, aku masuk dulu!" Ucapku tersenyum lebar. Aku kemudian menggeret koperku memasuki rumah yang bisa dibilang -lumayan- ini.
.
.
.
.Decitan suara pintu yang terbuka terdengar jelas di telingaku saat aku membuka pintu ini. Aku berjalan memasuki ruangan besar ini. Aku meletakkan koperku dekat dengan pintu dan kemudian berjalan untuk membuka tirai yang menghalangi masuknya cahaya matahari kedalam ruangan. Aku mendesah pelan. Aku menggeser kaca besar ini dan kemudian berjalan kearah balkon. Aku berdiri tepat dibelakang besi pembatas dan melihat suasana kota Chongqing senja ini.
Pemandangan kota Chongqing yang dominan adalah pegunungan yang dipadu dengan bangunan-bangunan pencakar langit, ditambah lagi dengan langit berwarna jingga serta matahari yang seakan hilang ditelan dibalik gunung-gunumg itu.
.
.
.
.
.Wang Junkai Part Of View.
Pesawat sukses mendarat di Chongqing Jiabei Intl. Airport. Ya, entah kenapa aku hari ini aku mendapat rute ke Chongqing. Benar-benar jadwal yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Aku menyimpan kembali daftar checklist dan kemudian bangkit. Ingin cepat cepat keluar dari rumah kedua ku ini, Cockpit.
"Eh, Kapten!" Seseorang menegurku. Langkahku terpaksa terhenti. Aku melihat kearah orang yang menegurku barusan.
"Ada apa, Lim?" Tanyaku datar.Ya, dia, Lim Erzhi. Mirip nama perempuan, 'kan? Tapi, dia sebenarnya laki-laki. Dan juga, seseorang yang menjadi partnerku untuk sementara. Hanya untuk mengganti kan gadis lugu itu selama ia pergi ke Chongqing. Ya, Chongqing. Dan sialnya, aku juga harus menginap semalam di sini karena adanya masalah teknisi pesawat dan harus membiarkan mechanic team memperbaikinya hingga esok.
"Apa plan-mu nanti malam, capt?" Tanyanya kearahku.
Dia benar benar tidak bisa ditebak.
Aku hanya mengangkat kedua bahuku.
"Tak tahu. Kurasa aku hanya menetap di hotel," Tegasku.
"Kau tak pergi minum dan makan malam dengan para kru lainnya?" Tanya Erzhi sekali lagi.
"Maksudmu?" Tanyaku balik bertanya.
"Qilin bilang, ia akan mengajak seluruh kru untuk makan malam" Jelas Erzhi.Aku hanya terdiam dan tidak menggubris perkataannya."Oh,"
Aku hanya menganggukkan kepalaku tanda mengerti. Dan kemudian, berjalan keluar dari ruangan cockpit dan melangkahkan kakiku kearah cabin untuk para kru pesawat beristirahat.
"Junkai!" Seseorang memanggil namaku saat aku baru saja membuka pintu kabin. Aku kembali menutup pintu kabin dan mengangkat alisku bingung saat melihat orang itu.
"Apa rencana mu malam ini?" Tanya Qilin -orang yang memanggilku- sambil tersenyum lebar. Aku lagi lagi mengangkat bahuku.
"Aku tidak tahu," Ucapku malas dan kemudian berjalan kearah sofa, lalu, merebahkan diriku kasar. Aku merentangkan tanganku dan kemudian memejamkan mataku. Mencoba lebih rileks dari semua rutinitas ku sore ini."Oh, bagus! Bagaimana nanti malam kita makan bersama disebuah restoran? Aku tahu restoran yang menyediakan makanan khas Chongqing!" Jelas Qilin bangga.
Ck, aku juga tahu jika hal itu masih berhubungan dengan daerah tempat kelahiranku.
"Apa?" Aku perlahan membuka mataku dan melirik kearah Qilin. Qilin mengangguk mengiyakan.
"Kau juga ingin ikut, Junkai ge?" Yifei yang sedari tadi berada disini bertanya kepadaku dengan senyuman ramahnya. Aku terdiam. Seperti menimbang-nimbang sesuatu di benakku.
"Ah, tidak. Aku ingin menghabiskan waktuku untuk memahami flight procedure book saja." Tolak ku. Aku kemudian berdiri dan mengalihkan pandanganku kearah Yifei. Ia -Yifei- juga tampak terkejut saat aku melihat kearahnya.
"Terimakasih atas saranmu kemarin, Fei." Ucapku sambil tersenyum tipis. Sangat tipis. Yifei juga jika aku berikan senyuman yang bahkan tak terlihat pun, wajahnya sudah merona. Ia mengangguk dan tersenyum lebar.
"Serahkan saja padaku!" Ucapnya bahagia. Aku kemudian berjalan keluar dari ruangan ini."Selamat bersenang-senang dengan pesta malam kalian."
.
.
.
.Zhang Yuxi Part Of View
Aku terus menekan mouse lapotpku dan menggesernya. Ya, tadi saat aku membaca flight procedure, sebuah hal terbesit dibenakku. Ya, hal yang benar-benar tidak bisa kupercayai.
"GID / Physcopath Characteristic"
"Gotcha!" Gumamku pelan saat menemukan artikel yang pas untukku. Aku segera meng- klik link artikel itu dan melihat isi artikel.
"Ini, tak mungkin." Gumamku tidak percaya. Aku terus melihat artikel itu sampai selesai dengan pandangan tidak percaya.Tapi, sialnya....
"Yuxi, kau ingin melewatkan makan malammu?"
Ibuku memanggil dari bawah untuk menyuruhku dinner bersama mereka.
Aku menghela nafasku panjang dan kemudian menutup laptopku. Tulisan itu masih terngiang-ngiang dipikiranku.
Ini tak mungkin, kan?
Dia......
Benar benar seorang.......
Psikopat?
.
.
.
.
.Hai! Pendek ya chapter ini? XD.
Maaf kalau pendek. Soalnya lagi otw ujian jg. Wish me luck ya! (?) #whattheWhat do you think about this chapter?
Siapakah yang dimaksud seorang psikopat atau seseorang pengidap GID seperti yang Yuxi duga? Semuanya akan dikupas secara tajam di chapter selanjutnya! #ala presenter silet(?)
Thanks for reading!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Aviamate
Fiksi Penggemar(Half story inspirated by Miss Pilot jdrama) Siapa yang tidak tau Wang Junkai? Pilot muda (22y.o) yang telah menuai banyak pujian disebuah maskapai papan atas di Tiongkok. Tapi sayang, sikapnya dingin sekali. (...dan jangan lupa menyebalkan!) Zhang...