The New Junkai

602 57 1
                                    

Hari ini adalah musim semi. Musim sesudah datangnya musim dingin. Musim dimana semua tumbuhan bermekaran dan tubuh. Terutama, pohon-pohon di sekitar an lapangan basket mess ini juga terlihat tumbuh dan terlihat jelas.

Aku tengah bersiap-siap sekarang. Beruntung, hari ini adalah hari libur. Penerbangan panjang selama tiga hari itu telah membuat pihak maskapai memutuskan untuk memberikan hari cuti atau hari libur kepada awak kabin.

Kalau sekarang bukan hari libur, bisa dipastikan aku akan terlambat bangun akibat kejadian tengah malam waktu itu.

Jujur, entah ada apa dengan diriku, aku bisa memberikan sebuah kata-kata yang cukup bermakna untuknya. Sehingga membuatnya persis seperti sosok baru dari Junkai yang kukenal.

Selama 5 tahun aku mengenalnya sangat dekat, baru sekali itu aku melihatnya bisa tertawa lepas seperti tanpa beban. Oh, maksudku, bukan hanya tertawa lepas saja yang membuatnya berbeda. Namun, dari segi manapun, baik raut wajah, nada suara, ataupun pikiran, dia benar benar sudah lebih baik. Setelah ia menceritakan semuanya kepadaku, ia sudah seperti seseorang yang memiliki tak masalah berat lagi.

Aku sangat senang jika itu benar benar terjadi, tentu.

Kuharap dia benar benar akan benar benar berubah dan melupakan kebiasaan buruknya.

Aku kini tengah berada didepan cermin. Duduk didepannya dan berias. Aku memoleskan sedikit bedak diwajahku dan juga memoleskan dengan sangat hati hati dan tipis sebuah lipgloss di bibirku. Setelah itu, aku menatap pantulan diriku sendiri di cermin.

Hari ini benar benar hari yang benar benar membuatku bingung dengan perasaanku.

Yang pertama, hari ini, setelah ia menceritakan segala masa lalunya kepadaku, ia mengajakku bertemu dengan Lian jie. Seseorang yang ia bilang sangat mirip denganku dari segi sifat maupun wajah. Hal itu benar benar membuatku semakin penasaran dengan sosok yang sangat baik dan ikut serta dalam tokoh penting dikehidupan Junkai. Dan sekarang, aku malah tidak dapat mempercayainya bahwa dia menawar dan mengajakku untuk bertemu dengan Lian jie.

Yang kedua, meskipun aku merasa tidak percaya dan terkejut. Tapi, entah kenapa aku merasa sangat senang saat Junkai mengajakku untuk bertemu seseorang yang penting di hidupnya. Sungguh. Rasanya seperti seseorang yang kau sukai pergi mengajakmu makan malam disuatu tempat romantis.

Oh, tapi, ini beda peran. Junkai bukan orang yang kusukai. Dan, tempat yang ia ajak pun bukan tempat yang romantis. Tapi, yah, ibaratnya seperti itulah.

Aku segera menggeleng gelengkan kepalaku pelan, mencoba menghapus semua pikiran buruk dan impossible yang menggentayangiku.

Aku tidak mungkin suka dengannya. Tidak mungkin. Dia hanya temanmu saja, Yuxi. Tidak lebih. Jangan terlalu bahagia jika ia mengajakmu pergi. Ia sering melakukan hal ini sebagai tanda pertemanan. Positive. Yuxi.

.
.
.
.
.
.
.
.

Aku sedikit berlari kecil melewati koridor mess. Aku melirik kearah arlojiku, hari ini masih begitu pagi. Pantas saja masih belum ada orang yang berlalu lalang disini.

Yah, jam masih menunjukkan jam enam pagi. Tapi, aku tak tahu kenapa Junkai menyuruhku menemuinya sepagi ini. Dan, aku merasa sangat bersemangat —lagi—.

AviamateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang