●○ 8 : Shoot ○●

1.3K 208 1
                                    


"Kau.. punya hubungan apa dengan Taehyung sunbae?"

"Entahlah.. aku juga tidak tahu. Aku juga bingung kenapa dia seperti itu. Sikapnya berubah sejak setahun lalu. Lebih tepatnya, sejak adiknya meninggal karena bunuh diri"

"Dia punya adik?"

Yuju mengangguk. Jarinya mengetuk-ketuk dengkulnya ibarat sebuah drum. Mencoba mengingat-ngingat sesuatu.

"Namanya Kim Yerim. Aku dulu sekelas dengannya. Dia cantik dan pintar bermain musik. Kami juga satu club ballet,"

Dokyeom masih memperhatikan Yuju. Nyaris tanpa berkedip.

Yuju menarik napasnya tiba-tiba, "Sampai satu hari, dia hilang. Semua orang bingung. Taehyung oppa juga. Dan tiba-tiba kabar Yerim bunuh diri keluar. Semacam hotline di sekolah. Dan sejak itu, Taehyung jadi seperti itu"

Cerita itu berakhir dengan bahu Yuju yang terangkat.

Dokyeom memang tidak tahu kisah itu. Tapi melihat bagaimana Yuju bercerita, ia dapat merasakan gadis itu seperti terpukul. Tidak seperti biasanya.

Yuju mengepal ujung roknya, ternyata ceritanya belum berakhir.

"Hari itu, seharusnya Yerim ada. Dia berjanji untuk datang pada acaraku. Tapi ternyata..." cerita terputus, satu air mata jatuh di pipi Yuju. Cerita itu terlalu menyakitkan.

Dokyeom menarik tangan Yuju dari kepalan roknya. Mengaitkan jari jemari Yuju dengannya dan menggenggamnya di tengah hawa dingin malam kota Seoul.

"Jangan diteruskan kalau kau membencinya" gadis itu tidak menjawab. Sibuk menenangkan deru napasnya karena menahan isakan.

Dokyeom menangkup tangannya di puncak kepala Yuju. Mengusap rambut coklatnya dengan sangat pelan. Setidaknya, ia bisa membuat perasaan temannya itu lebih tenang.

Bus yang ditumpangi mereka berhenti si halte rumah Yuju.

Dokyeom menuntun Yuju untuk turun. Biasanya ia hanya membantu menuruni bus.

Tapi hari ini, Dokyeom tidak yakin Yuju akan baik-baik saja setelah turun bus. Mengingat tadi sempat terisak membuatnya tak enak karena mengajukan pertanyaan yang salah.

"Biar kuantar sampai rumah"

Dokyeom tertawa melihat ekspresi bingung Yuju karena dia ikut turun dari bus.

"Ini sudah gelap Dokyeom-ah. Pulanglah"

"Harusnya kau yang khawatir dengan dirimu sendiri. Lagipula, eomma dan appa mungkin belum pulang. Aku sudah biasa"

Jam di tangan Dokyeom sudah menunjukkan pukul 7 malam. Tidak masalah, dia cukup naik bus sekali lagi untuk sampai di rumah.

Tidak ada percakapan setelah mereka turun bus. Mereka diam. Peduli dengan pikirannya masing-masing.

Namun secara mengagetkan, Dokyeom mendahulukan langkahnya dan berhenti tepat di depan Yuju. Berjongkok sambil memunggunginya.

"Mwondeyo?"

"Naiklah. Aku akan menggendongmu"

"Kau aneh hari ini Dokyeom-ah" ujar Yuju sarkastik.

Dia benar-benar bekata apa adanya.

Mulai dari saat orkestra, pertanyaan tentang Taehyung, ketika ia menangis, dan yang satu ini. Semua tentang Dokyeom hari ini, aneh.

"Benarkah? Hmm.. anggap saja ini permintaan maaf karena membuatmu menangis"

"Kau yakin?" lagi, Yuju mulai menjauhkan tongkat penyangganya.

"Ck, naik saja"

Dokyeom mendekatkan dirinya agar Yuju dapat naik ke punggungnya.

Tongkatnya ia pegang dengan kedua tangan melingkar di bahu Dokyeom.

"Kau berat juga ternyata" ledek Dokyeom yang sukses mendapat pukulan ringan dari Yuju.

Sejujurnya, Dokyeom tidak merasa berat dengan tubuh jangkung gadis di punggungnya. Ia hanya bercanda. Sekedar menghibur.

Mereka sampai di depan sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas.

Dokyeom menurunkan Yuju tepat di depan gerbang rumah.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, mereka kembali.

Yuju masuk ke rumahnya dan Dokyeom telah tenggelam oleh gelapnya malam.



□ • □ • □ • □ • □



'Good Person'

Sebuah sticky notes baru saja ditempel di dinding bersama kumpulannya yang lain.

Masih acak-acakan. Ditempel secara asal. Abstrak.

Seperti sebuah peta otak. Berpencar dan dihubungkan oleh saraf-saraf hingga membentuk sebuah ingatan.

Sayangnya kumpulan sticky notes itu belum selesai. Seperti masih banyak bagian yang tertinggal. Alurnya pun belum terlihat. Masih berkabut.

Lelaki dengan secangkir teh hangat di tangannya bergumam setelah menempelkan kertas biru tadi di dinding.

Ia harus segera menyelesaikan teka-tekinya. Atau ia akan terjebak dalam dunia kepura-puraannya ini.



☆ ○ ☆ ○ ☆



.



.



.



to be continued

SKYLINE | DK × YJ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang