Semenjak kemarin, Yuju menjadi bingung harus bersikap seperti apa.
Kepalanya dihujani berbagai model sikap yang harus ia penuhi. Tapi tak ada satupun yang benar-benar ia inginkan.
Untuk satu hari saja, sudah berapa besar perubahan yang ada pada Yuju. Sampai-sampai Yerin menyadari ada yang salah dengannya.
Mulai dari masuk sekolah. Yerin melihat Yuju datang bersamaan dengan Dokyeom. Tapi anehnya, tidak ada percakapan antara mereka.
Biasanya, Yuju akan secara gamblang tertawa atau berbicara ketika berada di dekat Dokyeom. Tapi ini, bahkan Yuju berjalan di depan Dokyeom. Terlihat bahwa gadis itu yang menghindar duluan.
Saat jam istirahat tiba, seperti biasa Yerin menawarkan ajakan ke kantin. Tapi untuk hari ini ditolak mentah-mentah oleh teman sebangkunya dengan alasan 'aku sedang tidak mood'.
Yerin pikir mungkin Yuju akan pergi dengan Dokyeom. Nyatanya tidak. Dia benar-benar berdiam diri di kelas.
"Yuju-ya, kau sedang ada masalah?"
Yerin berusah bertanya saat mereka sibuk membereskan meja. Bersiap pulang.
Yuju menengok sekilas. Ekspresinya sulit ditebak. Tapi sepertinya ia memang sedang tidak ingin diganggu.
"Aniyo"
Jawaban yang sangat sederhana untuk berbohong.
Ingin rasanya Yerin memaksa temannya itu untuk berbicara lebih banyak. Menceritakan keluh kesahnya. Setidaknya untuk sehari ini, agar ia tidak merasa seperti duduk dengan sebuah manekin.
"Yuju-ya, kau ingat kan hari ini ada latihan di orkestra?"
Sebuah suara membuat dua perempuan itu menengok. Dokyeom berdiri di sebelahnya dengan tas punggungnya.
Untuk yang satu ini, Yuju benar-benar lupa.
Ada kalanya ia merasa bersyukur diingatkan seperti ini. Kalau tidak, bisa-bisa si keparat Kim Taehyung mungkin membunuhnya.
"Eoh, pergilah duluan. Aku akan menyusul"
Sejujurnya, Dokyeom juga menyadari perubahan sikap Yuju padanya. Tapi setiap kali ia ingin bertanya, seakan-akan gadis itu sudah menolaknya duluan.
Termasuk yang satu ini. Terpaksa ia pergi duluan. Padahal Dokyeom sudah berbaik hati ingin mengajak Yuju pergi ke ruang latihan bersama.
Mata Yuju mengekor langkah kaki Dokyeom. Dalam hati, ia menghela napasnya.
"Tenang saja Yuju-ya, kau pasti bisa!" batinnya pada diri sendiri.
Sebentar lagi orkestra akan mulai. Setelah membereskan perkakasnya, Yuju berjalan ke ruang aula sendiri.
Tidak ada yang membantunya berjalan. Tidak ada yang menjaganya dari belakang. Tidak ada yang awas jika sewaktu-waktu ia harus bergerak cepat.
Di depan ruang aula terdapat sebuah papan peringatan. Lantai licin. Mungkin habis dibersihkan oleh penjaga sekolah. Bencana bagi Yuju jika lantai licin.
Baru tangannya hendak memutar gagang pintu, sebuah tangan terulur di depannya. Memutarkan gagang pintu itu secara perlahan.
Yuju menoleh ke belakangnya. Dokyeom disana. Membukakan pintu aula untuknya. Ia kira lelaki itu sudah sampai lebih dulu di dalam sana.
Perlahan-lahan, Yuju menapakkan tongkatnya dulu ke lantai aula. Mengambil ancang-ancang seberapa licin lantai itu.
Tapi baru saja ingin mengambil satu langkah ke depan, tubuhnya terhuyung. Lantai itu seperti habis disiram dengan air sabun. Sangat licin.
Dokyeom menahan tubuh Yuju. Masih disana, mengawasi Yuju.
Dan ketika gadis itu oleng, tangannya dengan cekatan menangkap lengan Yuju. Tidak akan membiarkan gadis itu terluka lagi karenanya.
Jantung Yuju berdegup kencang. Ia benar-benar harus menjaga langkahnya mulai sekarang. Jika tidak, ia akan melukai kakinya yang satu lagi.
"Gomawo"
Yuju kembali berdiri. Menahan dirinya di atas lantai yang sangat licin. Dari pada soal ulangan matematika Park Sonsaeng, lantai ini lebih menyusahkannya berkali-kali lipat.
Dokyeom memposisikan tubuhnya agar sejajar dengan Yuju. Merangkul gadis itu agar langkahnya terjaga.
Untuk Dokyeom saja, lantai sudah sangat licin. Apalagi Yuju yang berjalan dengan tongkat itu.
Di depan sana, terdengar sebuah suara tepuk tangan. Senior mereka berjalan mendekat dengan senyum sumringah.
"Wah.. wah.. semacam drama romantis? Dokyeom-ah, kau masuk club ini bukan untuk menjadi kaki tangan gadis itu. Lihat lah dia baik-baik saja"
Dokyeom keheranan mendengar ucapan seniornya. Ia mulai melihat seniornya itu dengan pandangan tak suka.
"Hyungnim, kalau tidak menyukainya, setidaknya jangan memaksaku untuk tidak menyukainya juga"
Dokyeom menuntun langkah Yuju melewati Taehyung yang tertawa nyinyir. Baru kali ini ada yang berani melawan ucapannya.
"Geurae, kalau begitu ku anggap kau melindunginya. Semoga kalian menikmati permainannya!" Tegas Taehyung tanpa menoleh ke arah Yuju dan Dokyeom.
Peluru baru saya ditembakkan ke udara. Pertanda pertandingan dimulai. Mereka punya ambisi masing-masing yang harus mereka pegang. Juga, sampai mana mereka bertahan.
☆ ○ ☆ ○ ☆
.
.
.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYLINE | DK × YJ [✔]
FanfictionChoi Yuju, gadis itu tidak pernah menyesal mendapat petaka karena laki-laki seperti Dokyeom. Karena ia tahu, sebagian hidupnya berada di belakang lelaki itu. Disembunyikan oleh ingatan lelaki itu yang membeku. • • • • • •...