●○ 27 : Letter ○●

1.1K 158 10
                                    

Seoul, Musim semi 2014

Di zaman yang serba modern ini, ternyata masih ada segelintir orang yang mau bersusah payah mengirim kertas surat.

Kantor pos yang berada di sudut jalan Hongdae seperti biasanya sepi. Jarang sekali orang-orang mampir ke sana.

Tapi hari itu, seseorang datang. Sampai-sampai petugas yang berjaga disana cukup terkejut.

Tidak biasanya. Mereka pikir kantor kecil yang ditelan bangunan mewah itu akan segera tutup.

"Aku harap aku masih dapat mengirim surat disini"

Seorang wanita dengan pakaian sederhana masuk. Menghampiri seorang wanita seusianya.

"Tentu. Selama kami masih buka, kapanpun Anda ingin mengirim mengirim paket"

"Sebenarnya ini sebuah surat" ujarnya sambil mengeluarkan amplop tipis dari balik tasnya.

Si petugas mengangguk mengerti. Memberikan sebuah form untuk diisi.

"Anda melupakan nama Anda Nyonya. Biar saya bantu. Nama anda siapa?"

"Bisakah saya mengosongkannya?"

"Maaf Nyonya, kami harus tau nama pengirim untuk memastikannya nanti"

"Kim Go Reum"

"Baiklah Nyonya Kim... kami akan memberi tahu anda jika surat anda telah sampai. Terimakasih telah datang"

Selepas wanita bermarga Kim tadi pergi, si petugas wanita itu pergi ke belakang. Menumpuk surat tersebut dengan paket lainnya yang akan dikirim.

"Wanita yang unik" gumannya.

Penampilan wanita tadi cantik. Tapi raut wajahnya seperti seorang yang putus asa.

"Eh? Ini namaku..."

Di lembar penerima tertulis 'Lee Yoon Jeong'. Namanya.

Wanita dengan topi bercap logo pos itu mengecek dada kirinya. Ia tidak mengenakan name tag-nya.

Jika tau, mungkin wanita tadi akan langsung memberikan surat itu tanpa mengisi form.

Sesegera ia mengambil kembali surat milik Nyonya Kim di tumpukan tadi. Membukanya tanpa permisi. Lagipula, surat itu memang ditujukan untuknya.

"Kau beruntung Nona, surat ini langsung sampai ke pemiliknya. Kau hampir mengirimnya ke alamat rumah lamaku"

Nona Lee, seperti itu ia disebut. Lebih suka menggunakan embel-embel 'Nona' ketimbang 'Nyonya'. Katanya, supaya terdengar lebih muda.

Nona Lee membuka surat itu.

Surat dengan tulisan tangan yang bisa dibilang cukup berantakan. Wanita tadi mungkin sedang kacau.

Manik mata yang mulai menua itu bergerak mengikutin deretan huruf di depannya.

"A-Astaga... Ya Tuhan"



□ • □ • □ • □ • □



"Eottaeyo?"

Tujuan pertama dalam agenda wisata terapi Dokyeom adalah pantai dekat rumahnya.

Yuju sengaja mengajaknya kesana. Tempat itu adalah tempat favorit mereka dulu.

Sambil menyesap ice cream di tangannya, lidahnya berdecap hingga menimbulkan suaranya.

"Hm.. rasanya sedikit berubah"

"Benarkah? Tapi kau bilang kau suka ice cream vanilla"

"Memang. Mungkin karena hanya satu. Wleee..." Yuju menjulurkan lidahnya sambil.

Dokyeom membuat-buat wajahnya menjadi jengkel, "Dasar anak nakal"

"Hanbeonman tto juseyo" (berikan aku satu lagi) rengek Yuju sambil menarik-narik lengan baju Dokeyeom.

Laki-laki mana yang tidak gemas melihat Yuju seperti itu. Persis seperti seekor anak anjing lucu yang meminta makan pada majikannya.

"Geurae. Tapi dengan satu syarat"

Baru Yuju ingin berteriak senang, tapi tertahan.

"Popo" ujar Dokyeom sambil menunjuk sisi kanan pipinya.

Yuju tersentak kaget. Yang benar saja. Apa yang dia pikirkan sampai bisa-bisanya meminta popo. Ini tempat umum.

"YA! NEO MICHYEOSSEO?!" Yuju memukul Dokyeom sekuat tenaganya. Berharap lelaki itu sadar dengan ucapannya.

"Ya! Ya! Ya! Yuju-ya! Geuman. Aku hanya bercanda. Haish... kau ini"

"Lain kali jaga ucapanmu!"

"Ah kau ini. Dulu kan aku juga sering meminta kau menciumku. Kenapa sekarang tidak bisa?"

Dia mengingatnya? Benarkah?

"Bahkan tanpa aku yang minta kadang kau menggandeng tanganku, memberiku popo"

"YA! Ipaboya! Itu kan dulu saat kita masih kecil. Kau bahkan sekarang sudah lebih besar dariku. Apa urat malumu putus, huh?"

"Bagiku sama saja"

Yuju melotot tak percaya.

Dia benar-benar gila setelah ingatannya kembali.

Tanpa mengabaikan Dokyeom dengan segudang pembelaannya,

Yuju memilih pergi dari sana. Meninggalkan Dokyeom dengan pipinya yang semakin memerah.

"Dia tidak berubah" gumam Dokyeom ketika tubuh Yuju sudah berada cukup jauh di depannya.

Tanpa sadar lelaki itu tersenyum memandangi punggung Yuju.

Satu ingatannya kembali lagi.

Tentang perasaannya pada gadis itu.




☆ ○ ☆ ○ ☆



.



.



.



to be continued





Aaaa... tidak terasa H-5 END...  *jengjengjeng*

Hayolo... 


Btw, itu di mulmed bukan DK, tapi mirip DK. Dan dia.... cakep. 

Hups...


SKYLINE | DK × YJ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang