●○ 15 : Date ○●

1.2K 178 4
                                    

"Kau tidak perlu berhutang satu nyawa. Tapi cukup rasakan bagaimana tertekannya Yeri saat itu"

"Kau pikir aku tidak tertekan selama ini?! Dia berjanji untuk datang. Tapi ternyata apa? Dia justru pergi begitu saja. Dan kau terus menyalahkanku sebagai alasana Yeri bunuh diri"

"DIAM KAU! Disaat dia berada di masa sulitnya, kau justru dengan bangga menari-nari. Sahabat macam apa kau ini?!"

Yuju mulai lelah. Napasnya berderu cepat. Sama cepatnya dengan napas Taehyung yang dapat ia rasakan karena jarak mereka sangat dekat.

Ia tak ingin berdebat lebih jauh. Percuma saja. Seniornya itu akan terus menghujaninya dengan beribu sendiran tajam. Seakan tidak ada titik henti.

"Lepaskan dia, sunbae"

Seseorang memisahkan jarak Yuju dan Taehyung dengan halus. Membantu Yuju berdiri dengan benar setelah memberikan tongkatnya.

Anak itu seperti tidak mengerti keadaan panas disana.

"Kenapa kau disini Dokyeom-ah?" tanya Taehyung menyorot mata Dokyeom yang berdiri tenang di antara dia dan Yuju.

"Aku? Mencari Yuju. Eommanya menelpon kalau appanya harus pergi ke luar negeri sore ini. Dia harus pulang"

Tanpa menunggu persetujuan Taehyung, Dokyeom menarik lengan Yuju perlahan. Membawa gadis itu menjauh dari Taehyung yang masih diam di tempat.

Di tempatnya, Taehyung mengepal tangannya kuat-kuat. Emosinya seperti belum tersalurkan semuanya.


□ • □ • □ • □ • □



"Jinjjayo? Eoh.. arrasseo.. ne, eomma"

Yuju baru saja mengakhiri panggilannya.

Tidak ada kabar apapun. Appanya juga tidak pergi kemana-mana.

Dokyeom membohonginya?

"Dokyeom-ah..."

Yuju memasukkan ponselnya ke dalam saku dan berjalan mendekati Dokyeom yang kebetulan lewat.

"Kau berbohong soal appaku?"

"Hm," Lelaki itu kembali ke posisinya. Mengambil tasnya dan tas Yuju.

"Kajja. Kita pergi sekarang"

"Pergi? Kemana? Latihan belum selesai"

"Dating"

"Mworago?"

Yuju tidak sempat mencerna ucapan lelaki di di depannya itu.

Beberapa detik yang lalu, ia masih bingung dengan alasan Dokyeom berkata bahwa appanya pergi.

Lalu sekarang, dating?

Apa maksudnya? Siapa yang berkencan dengan siapa?

Dokyeom mengajaknya berhenti di sebuah rumah makan. Ia tak mengerti jalan pikiran temannya itu.

Mungkin ini yang dia maksud dengan dating.

Bolos dan pergi makan di luar sekolah.

"Aku yang akan membayarnya. Pesanlah apapun yang kau mau"

Seakan sedang membaca pikiran Yuju. Ia yang mengajak gadis itu kabur, jadi ia akan bertanggug jawab penuh terhadap gadis itu.

Mereka duduk berhadapan. Sibuk dengan makanan mereka. Tidak ada percakapan ringan, seperti orang asing.

Yuju masih dengan pertahanannya. Ia seperti telah mengikat mati sebuah janji yang ia sendiri tak mau.

Lain halnya dengan namja di seberangnya.

Dokyeom justru senang melihat Yuju seperti ini. Diamnya gadis itu membuatnya bisa leluasa memperhatikan Yuju. Ada sedikit rasa senang di hatinya.

"Manhi moggora. Badanmu terlalu kurus" (makanlah yang banyak)

Dokyeom memberikan daging di mangkuknya kepada Yuju.

Anak itu memang sangat kurus. Mungkin karena setiap hari harus menopang tubuhnya sendiri. Berat badannya pasti berkurang banyak.

"Yuju-ya, boleh aku bertanya sesuatu?"

Yuju memperlambat kunyahan di mulutnya. Menebak-nebak pertanyaan apa yang kali ini ia dapatkan.

Ragu-ragu Yuju menganggukkan kepalanya.

"Hmmm.... aku penasaran seperti apa temanmu itu. Yang waktu itu kau ceritakan di bus. Seperti apa dia?"



☆ ○ ☆ ○ ☆



.



.



.



to be continued

SKYLINE | DK × YJ [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang