"Hmmm.... aku penasaran seperti apa temanmu itu. Yang waktu itu kau ceritakan di bus. Seperti apa dia?"
Uhuk!
Dokyeom ikut terkejut karena Yuju tiba-tiba tersedak.
Buru-buru Dokyeom menyodorkan minumnya. Menepuk punggung Yuju untuk membantunya bernapas.
"Mianhae, aku tidak bermaksud"
Dokyeom jadi merasa bersalah. Kenapa ia harus menyinggung pertanyaan macam itu saat Yuju lagi makan? Bodohnya ia.
Setelah mendapatkan napasnya kembali, Yuju menepuk-nepuk dadanya.
Benar-benar pertanyaan yang membuatnya terkejut.
"Kau tidak perlu menjawabnya jika―"
"Aku akan menceritakannya"
Bisa dibilang Yuju kalah telak dengan dirinya sendiri. Setelah bergulat dengan pikirannya, Yuju akhirnya menyerah. Ia tidak bisa menahan lagi.
Ingin sekali ia mengucapkan semuanya secara gamblang. Jika saja ucapan konyol dari wanita itu tidak benar-benar ia dengar.
Tapi tidak mungkin. Ia tahu, itu akan membuat Dokyeom kembali merasakan sakit di kepalanya karena memaksakan ingatannya. Dia butuh proses.
"Dia seperti malaikat bagiku. Seingatku, kami tidak pernah melewatkan satu hari pun. Rumah kami bersebelahan. Orang tua kami saling mengenal. Dia menjagaku seperti seorang adik. Bahkan terkadang dia memanggilku gonjunim... " (tuan putri)
Tanpa sadar Yuju tersenyum. Membayangkan betapa menyenangkan masa kecilnya dulu.
Hanya dengan mendengarkan saja, Dokyeom menyadari seberapa berharganya sosok itu bagi Yuju.
"Sepertinya dia orang yang sangat berpengaruh bagimu" komentar Dokyeom.
"Begitulah. Dia selalu mengejek tarianku. Hobi kami berbeda. Tapi karena itu, aku pernah berjanji. Suatu hari nanti, aku akan menari di depannya dan membuatnya jatuh cinta padaku. Kau tidak perlu menganggap serius, itu hanya bualan anak perempuan 10 tahun"
Mereka berdua terkekeh. Ternyata bualan itu berguna. Ya, itu hanya basa-basi seorang gadis kecil beberapa tahun lalu.
Tentu saja aneh. Menceritakan orang yang mendengarkan ceritamu. Seakan-akan Yuju berusaha mendeskripsikan Dokyeom secara nyata.
"Omong-omong, kau tidak pernah memberitahu namanya. Siapa namanya?"
Yuju bergeming. Haruskah ia mengatakannya? Lagipula, Dokyeom tidak akan menyadarinya.
Tapi bagaimana jika ia menyebutkan namanya, Dokyeom akan ingat semuanya? Ia akan melanggar janjinya dengan Kim Ahjumma. Dan itu akan memaksakan ingatan Dokyeom.
"Dia buka orang yang menyenangkan saat pertama kali bertemu. Jadi, kau tidak perlu mengenalnya"
Dokyeom menarik tubuhnya. Menyadarkannya ke punggung bangku yang terbuat dari kayu
Antisipasinya hilang. Seperti kecewa dengan jawaban Yuju.
Tidak ada salahnya mencoba berkenalan kan?
Barang kali mereka cocok, sama dengan Yuju. Mereka bisa saja memilik hobi atau kegemaran yang sama. Berhubung Dokyeom belum memiliki banyak kenalan laki-laki.
Tapi bagaimana ia bisa mencari tahu jika nama saja Yuju tidak memberitahunya.
"Padahal ku kira dia orang yang menyenangkan"
Yuju tidak merespon. Sibuk dengan minumannya. Mengaduk krim di cangkir kopinya yang telah dingin sejak tadi.
Obrolan mereka berhenti. Cukup menyenangkan untuk bertukar cerita. Hingga topik itu berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKYLINE | DK × YJ [✔]
Fiksi PenggemarChoi Yuju, gadis itu tidak pernah menyesal mendapat petaka karena laki-laki seperti Dokyeom. Karena ia tahu, sebagian hidupnya berada di belakang lelaki itu. Disembunyikan oleh ingatan lelaki itu yang membeku. • • • • • •...