Part 1

115K 4.7K 213
                                    

Setelah di edit-edit. Ini hasilnya. Banyak kalimat gak penting dipotong. Maklumlah, jaman bikin crita ini masih jadi penulis abal-abal. Hahai. Tapi, crita yang diedit ini kemungkinan gak saya publish semua. Hanya beberapa. Yang lebih sempurna, tunggu kabar baik selanjutnya, ya.


Selamat baca ulang.

-

Terbang tinggi menuju angkasa, mungkin hanya menjadi kalimat pengumpamaan agar mampu mendorong kita menuju kesuksesan yang diimpikan. Namun, bagi seorang Kapten Alifi Irsyad, kalimat tersebut bukan hanya sebagai kalimat pengumpamaan. Faktanya, ia bahkan bisa meraih impian dan juga bisa terbang ke angkasa secara bersamaan.

Ya, menjadi seorang kapten pemandu pesawat merupakan impian Alif sejak kecil. Ah, bukan. Lebih tepatnya, cita-cita tersebut muncul ketika ia duduk di bangku sekolah menengah pertama tiga belas tahun silam. Sementara cita-cita sejak kecilnya adalah menjadi seorang peternak kambing yang sukses.

Tak hanya sukses sebagai kapten pilot termuda di maskapai penerbangan, Kapten Alifi Irsyad juga sukses sebagai peternak kambing dan juga ayam.

Luar biasa sekali, bukan?

Bocah nakal dengan hidung limited edition alias kurang mancungnya itu kini telah bertransformasi menjadi pria dewasa yang gagah dan juga tampan. Pemuda yang sukses didaulat menjadi seorang kapten pemandu pesawat di maskapai penerbangan dalam usia 27 tahun.

Alif sekarang bukan lagi Alif dulu, yang akan bersembunyi dibalik ketiak Mama Dinda jika kalah dalam permainan. Alif juga bukan lagi bocah kecil yang makan selalu disuapi oleh sang mama, bukan juga bocah kecil yang akan merona jika disinggung nama Nawal oleh mama. Tapi, Alif adalah seorang pemuda sukses dengan sejuta pesona.

Namun, kesuksesan seorang Alif sama sekali tak membuat kedua orangtuanya 'Ayah Andi dan Mama Dinda' bangga, jika pria itu sama sekali tak mengenalkan calon istri pada mereka. Mama Dinda dan Ayah Andi cukup lelah memberikan dorongan agar Alif segera menikah, tapi pria itu tak pernah menanggapi dengan serius.

"Hey Bro. Apa kabar?" Jeri, berposisi sebagai co-pilot, rekan Alif di maskapai penerbangan, datang menyapa dan keduanya saling berjabat tangan.

"Baik, Bro. Nggak ada kendala apapun selama penerbangan, selain turbulensi ringan," jawab Alif.

Cuaca akhir-akhir ini memang agak buruk. Penerbangan mereka kerap tertunda dan menyebabkan beberapa calon penumpang kesal. Padahal, alasan pihak maskapai menunda penerbangan adalah demi keselamatan mereka. Hanya saja, mereka yang tak sabaran tidak pernah berpikir demikian. Alhasil, pilot dan beberapa petugas maskapai menjadi sasaran empuk kekesalan penumpang.

Namun, setelah memastikan cuaca cukup aman untuk melakukan penerbangan, pesawat yang dipandu Kapten Alifi Irsyad selamat sampai tujuan.

Usai berbasa-basi sejenak, Alif pamit untuk segera pulang. Ia tak sabar ingin segera sampai di rumah. Bukan berarti ia merindukan orangtua dan juga saudaranya, melainkan rindu pada hewan-hewan peliharaannya.

"Ganteng-ganteng peliharaannya kambing. Kasian." Jeri berceletuk sendirian, meledek Alif ketika pria itu telah beranjak jauh dari posisinya.

¯

Tin Tiiin...

Seorang gadis dengan sepeda mini berwarna merah muda miliknya, hampir saja terserempet mobil yang dikendarai Alif. Bukannya merasa bersalah, Alif malah memaki sang gadis hingga gadis itu tak berani bersuara. Ia hanya menundukkan kepalanya, dan mendongak ketika mobil yang dikendarai Alif masuk ke gerbang rumah mewah di seberang jalan.

Menjaganya  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang