"Bayinya kembar."
Alif dan Naya tak dapat menyembunyikan kebahagiaan mereka ketika melihat tampilan USG 4D pada layar komputer Dokter Stevi. Apalagi ketika Dokter Stevi mengatakan bahwa di dalam rahim Naya saat ini terdapat dua bayi.
Mereka akan punya bayi kembar. Kembar pemirsah. Alif akan punya dua anak sekaligus.
Woaaah. Kau hebat Alif. Ulekanmu begitu dahsyat sehingga mampu menghasilkan dua bayi sekaligus.
Alif tak berhenti untuk berdecak kagum. Selama dokter mengarahkan alat USG pada perut bulat Naya, selama itu pula ia tak mengalihkan pandangannya pada layar komputer tersebut. Tangannya terulur seolah ia bisa menggapai wujud sang bayi di dalam sana. Wajahnya belum terlihat jelas, tapi semua organ tubuhnya sudah lengkap, hanya belum sempurna sepenuhnya.
"Mau tau jenis kelamin mereka nggak?" Dokter Stevi memberikan pilihan.
"Boleh, Dok. Apa mereka cowok keduanya?" Alif menanggapi begitu antusias. Naya hanya tersenyum sejak mengetahui bahwa ia akan punya bayi kembar, ia juga merasakan kebahagiaan sebagaimana suaminya. Jadi, Naya hanya menyerahkan segala keputusannya pada Alif saja. Toh, keputusan Alif selalu yang terbaik. Itu Alif yang mengatakannya pada Naya.
"Sebentar, ya? Kita liat dulu. Dari tadi saya udah nyariin kelaminnya, tapi nggak keliatan. Mungkin mereka masih malu. Tu liat, kelaminnya malah ditutupin pake pahanya." Dokter Stevi nyeletuk, ikut gemas ketika melihat sang jabang bayi kembar itu tak ingin memperlihatkan jenis kelamin mereka.
"Yaah, sayang banget. Kenapa harus malu, Dek? Ayah kan mau liat." Alif berujar sedikit kecewa.
"Mungkin mereka mau ngasih surprise." celetuk Naya bijak.
Dokter Stevi mengulas senyum. Ia menghentikan pemeriksaan USG nya lalu menurunkan baju yang digunakan Naya.
"Mau ambil fotonya?"
Alif dan Naya saling lirik, kemudian menatap sang Dokter kembali. "Iya, Dok. Buat kenang-kenangan."
"Baiklah. Suster, tolong ya?" Dokter Stevi mengarahkan seorang perawat pendamping, untuk mencetak foto hasil USG Naya.
Sedangkan di sana, Alif sedang berusaha membantu Naya bangkit dari ranjang pemeriksaan dan membantunya turun dengan sangat telaten.
"Sebelumnya saya juga nggak nyangka lho kalo Bu Naya hamil bayi kembar. Soalnya, pada pemeriksaan kehamilan 2 bulan kemarin, saya cuma bisa mendapati satu indung telur di dalam rahim Bu Naya. Biasanya sih, kalo satu indung telur berarti hanya untuk satu janin saja. Meskipun ada kehamilan kembar dengan satu indung telur, tapi itu jarang. Makanya saya juga nggak nyangka. Apapun itu, selamat ya Bu Naya dan Pak Alif."
Baik Alif maupun Naya hanya bisa tersenyum. Telapak tangan Alif tak berhenti menggenggam telapak tangan Naya, mencoba mencurahkan kebahagiaannya lewat genggaman itu.
"Untuk kehamilan kembar, saya menyarankan Bu Naya untuk selalu menjaga kesehatan ya, Bu? Kehamilan kembar itu butuh perawatan ekstra jika dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Kebutuhan nutrisi itu sangat perlu. Hal ini berhubungan dengan kebutuhan dua janin di dalam tubuh yang harus dipenuhi secara seimbang." Dokter Stevi menjeda sejenak. Tangannya sibuk menulis sesuatu pada kertas, yang Naya tahu itu pasti berisi resep-resep yang berhubungan dengan kandungannya.
"Biasanya untuk kehamilan tunggal, dibutuhkan 300 kalori. Tapi, karena ini adalah kehamilan kembar, maka Ibu harus menambah asupan nutrisi dua kali lipat dari itu. Jadi harus butuh,-" Dokter menjeda, sengaja menggantung kalimatnya dibagian akhir.
"600 kalori ya?" Alif menjawab.
Dokter Stevi mengangguk. "Pintar Ayah Alif." pujinya kemudian.
"Untuk memenuhi nutrisi sebanyak yang diharuskan, maka Ibu harus menambah porsi makannya, tetapi harus disesuaikan. Paling tidak Ibu harus makan 5 kali sehari ya, Bu."