Part 21

29K 2.4K 131
                                    

Ting tong...

Pintu terbuka. Muncul seorang wanita setengah baya dengan stelan pakaian khas pembantu rumah tangga di muka pintu. Keningnya mengkerut dan sedikit gemetar ketika melihat siapa tamu yang memencet bell.

"Selamat siang."

Pembantu setengah baya itu menganggukkan wajahnya segan. "Selamat siang juga." Sahutnya dengan logat jawa yang begitu kentara.

"Kami dari kepolisian, ingin bertemu dengan pemilik rumah ini. Apa mereka ada di dalam?"

"Iya... ada Pak. Tapi kayaknya bentar lagi mau berangkat ke kantor." Jawabnya.

"Bisa panggilkan beliau untuk kami mintai keterangan?"

Pembantu itu tampak berpikir. Memangnya ada masalah apa sehingga polisi mencari tuannya? Apakah masalah serius? Dia harus meminta izin terlebih dahulu dengan tuannya jika ingin meng-iyakan permintaan polisi itu.

"Saya bilangin tuan saya dulu ya, Pak? Bisa tunggu sebentar kan?"

Brigadir Polisi Hendarto sebagai ketua pelaksana kasus ini, mengangguk. Mereka menunggu sekian menit hingga pintu utama rumah ini yang sebelumnya tertutup kembali dibuka. Muncul wajah pria paruh baya yang mereka yakini adalah Ayah dari pemuda yang menjadi tersangka dalam kasus penculikan Naya.

Brigadir Polisi Hendarto memberi hormat, dibalas pria paruh baya tersebut dengan anggukan kepala. "Selamat siang, Pak. Maaf kami mengganggu waktu anda."

"Langsung ke intinya saja, Pak. Ada urusan apa ya kalian datang ke rumah saya?" Tanyanya. Dilihat dari cara dia bicara, sepertinya beliau adalah orang yang tidak suka berbasa-basi.

"Baik. Kedatangan kami ke sini ingin bertanya mengenai Duta Manaf Abimanyu. Dia putra anda, benar?"

"Iya. Dia putra saya satu-satunya. Ada apa dengan putra saya?"

"Apa anda tau dimana putra anda Abi berada saat ini?"

Danu, Ayah dari Abi tampak mengernyit sebelum menjawab dengan lugas. "Tau. Dia menginap di rumah temennya."

"Bisa kami tau siapa teman yang anda maksud?"

"Ya mana saya tau. Temen anak saya itu banyak. Nggak mungkinlah saya ingat semuanya." Sahut Danu ketus. Beliau mulai kesal dengan pertanyaan dari pihak polisi mengenai anaknya ini. Mereka datang tanpa diundang, menambah rasa kesal Danu makin bertambah.

"Maaf jika pertanyaan kami membuat anda tersinggung, Pak. Tapi, kami mendapat laporan bahwa Duta Manaf Abimanyu telah menculik seorang wanita bernama Anaya Putri Yatim yang dilaporkan langsung oleh suaminya, Alifi Irsyad."

"Apa!! Tuduhan apaan kayak gitu? Memangnya kalian pikir anak saya itu keturunan nggak jelas gitu? Kalian tau kan saya itu siapa? Saya pengacara kondang, istri saya itu hakim yang disegani. Nggak mungkin anak saya melakukan perbuatan hina seperti itu. Apalagi yang diculik itu istri orang?" Danu mendecih.

"Nggak mungkin selera anak saya serendah itu." Sambungnya.

"Ya, kami tau siapa anda, Pak. Tapi, kami juga hanya menjalankan apa yang ditugaskan kepada kami. Jadi, bisakah anda memberikan kerja samanya?"

Danu mendengus. Ia melirik jam tangan mewahnya sejenak. Sebelum meng-iyakan permintaan aparat negara dihadapannya ini.

"Apa yang bisa saya bantu? Saya akan turut mempermudah proses ini jika anak saya terbukti bersalah. Tapi kalo nggak, saya akan balik menuntut orang yang menuntut anak saya. Dan memastikan mereka mendekam di penjara hingga membusuk."

"Baik. Kami minta pada anda untuk menelpon Abi dan bertanya dimana keberadaannya. Dengan itu, kami lebih cepat menindak-lanjuti kasus ini."

"Baiklah. Tunggu sebentar."

Menjaganya  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang