"Saya terima nikah dan kawinnya Anaya putri yatim binti Riadi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
Sekilas prosesi akad yang berhasil Alif lafazkan dihadapan Penghulu desa di mana Anaya dibesarkan.
Meskipun bisa dikatakan sangat mendadak, tapi semua berjalan dengan lancar. Tak banyak tamu yang diundang. Satu RT pun rasanya tidak semua dapat undangan. Karena hanya akad, jadi yang sangat diperlukan dalam acara itu hanyalah Penghulu/wali nikah, saksi-saksi, wali kedua mempelai dan selebihnya hanya sebagai tamu yang diundang untuk menjadi saksi bahwa Naya sudah menikah.
Mendengar mendadaknya Naya menikah, membuat beberapa warga curiga bahwa keluarga Naya telah menyembunyikan sesuatu. Tidak mungkin rasanya ketika si pria baru kemarin datang berkunjung, besoknya langsung nikah.
"Apa jangan-jangan Naya udah dijebol duluan ya?" Itu pendapat salah satu warga desa yang hadir memenuhi undangan dari Pak Mawan selaku Kakek dari Naya.
"Hush, jangan su'udzon kamu teh. Naya kan anak baik-baik, nggak mungkin atuh Naya begitu."
Mereka saling berbisik-bisik. Ada yang pro dan ada yang kontra. Mereka menyimpulkan sendiri tanpa tau kebenarannya. Begitulah watak manusia kebanyakan, selalu ingin tau, menyimpulkan tapi tak bisa membuktikan kebenarannya. Hingga terjadilah fitnah di sana-sini.
Bu Lani, merupakan tetangga Naya. Beliau wanita paruh baya yang punya lahan tanah sangat luas di desanya. Banyak warga desa yang menyewa tanah padanya untuk bertani atau berkebun. Beliau mempunyai putri yang sangat cantik, bergaya seperti gadis-gadis ibu kota kebanyakan. Usianya beberapa tahun di atas Naya. Hanya tamatan SMP karena tidak mau melanjutkan sekolah. 'Sekolah itu bikin pusing', katanya.
Sejak lama Bu Lani mengincar pemuda-pemuda kaya dan tampan untuk dijodohkan pada putrinya. Tapi sayang, tidak ia ketemukan hingga sekarang.
Melihat Naya, seorang yatim piatu yang miskin telah menikah dengan seorang pria kaya lagi tampan, membuatnya iri bukan main. Segala isu miring ia sebarkan kepada para tetangga terdekatnya bahwa Naya menikah mendadak karena sudah hamil duluan. Sebagian warga sih, ada yang percaya dan ada juga yang tidak percaya dengan isu yang dikatakan oleh Bu Lani. Mereka tinggal membuktikan kebenarannya saja.Berakhirnya acara, maka berakhir juga ketegangan yang sempat Alif rasakan menjelang akad tadi. Rasanya ini lebih menegangkan dibandingkan ketika dia test masuk Pilot beberapa tahun lalu. Dengan menggunakan stelan kemeja putih dengan dasi hitam lalu dilapisi jas, celana kain hitam rapi, serta peci hitam yang terpatri gagah dikepala, membuat Alif terlihat begitu tampan di mata Naya ketika menatapnya. Ada aura yang berbeda dari pria itu dan tidak pernah dia lihat sebelum ini.
Apakah ini yang namanya aura pengantin yang sering orang-orang tua katakan?
Ketika Alif menatapnya, seketika itu Naya jadi salah tingkah. Ia langsung menundukkan pandangannya. Menatap hiasan hena ditangannya serta cincin berlapis emas putih bertahtakan berlian yang kini melingkar manis di jari manisnya. Itulah cincin pernikahannya. Cincin pertama yang ia kenakan selama hidupnya.
Naya tersenyum tanpa sadar. Membelai cincin yang ia yakini sangat mahal itu lalu mengecupnya pelan.
"Ciee...yang udah nikah. Jangan lupain gue ya ntar." Hani menyikut tubuh Naya. Tak menyangka jika sahabatnya itu kini sudah sah bergelar istri orang.
Malam sebelumnya Hani mendapat telepon dari Naya dan mengatakan bahwa ia akan menikah besok hari di tempat kelahiran Naya. Hani terkejut bukan main. Pamitnya kemarin, Naya cuma mau pulang kampung karena ingin memperkenalkan calon suaminya pada Kakek dan Neneknya di sana. Tak taunya malah nikah. Pasti akan menjadi berita paling heboh di kampus nanti. Khususnya bagi teman-teman seangkatan mereka yang sudah mengenal Naya.