O. 14

197 15 0
                                    

Disinilah aku,duduk di depan sebuah piano berwarna hitam dengan botol air minum bertengger di atasnya. Dua jam lamanya aku terduduk disini hanya untuk menekan tuts-tuts piano ini.

"Aww!" 

Setiap menekan tuts piano,jari-jari terasa sakit. Tentu saja ini efek dari tusukan gila itu.

Sebenarnya,aku bisa menekannya lebih lama,tapi tidak sampai satu lagu penuh. Mungkin hanya bisa setengah dari sebuah lagu yang ku mainkan.mungkin.

"Oh!ayolah!hanya karena tusukan gila ini aku tidak bisa bermain piano lagi?" Gerutuku. Kesal dengan apa yang baru saja terjadi,tiba-tiba satu pikiran terbesit di benakku. Apa ibu tahu tentang ini?semoga saja tidak! bisa-bisa aku kembali ke indonesia detik ini juga!

Suara nyaring ponsel memenuhi gendang  telingaku ,Dengan cepat ku raih dan menempelkannya tepat di telinga bagian kanan.

"Hallo?"

"Ashilla?ini ibu. Kau baik-baik saja di sana?" Oh! aku lupa tidak melihat nama panggilan.

"Ibu!Aku baik-baik saja bagaimana dengan ibu?" Jawabku dengan nada yang seperti biasa. Ceria.

"Ibu baik-baik saja.Ashilla, ibu tahu kau sedang berbohong."

Tipikal semua ibu yang ada di dunia. Mereka selalu mengetahui apa yang sedang disembunyikan oleh anaknya.

"Kau terkena luka tusukan bukan?" Lanjut ibuku.

Aku hanya bisa menarik nafas dan mengeluarkannya dengan pelan. Setelahnya,menunduk dan menggigit bibir bagian bawahku.gugup.

"Darimana ibu tahu?" 

"Sudah,tidak usah banyak tanya.Jawab dulu pertanyaan ibu,benar atau tidak?"

"I-iya,tapi ibu tenang saja. Ashilla baik-baik aja kok."

"Tidak bisa bermain piano lagi. Apakah itu yang dinamakan baik-baik saja?" Ucapan ibu yang satu ini terdengar agak marah?

Mataku terpejam untuk sesaat dan membukannya kembali.Karena aku tahu ini pasti akan terjadi.

"Ini Ashilla lagi latihan piano." Aku mencoba untuk meyakinkan ibu dengan cara menekan tuts-tuts piano yang ada di hadapanku.

"Ibu akan membelikanmu tiket pesawat supaya kamu bisa pulang secepatnya." Mataku membelalak tidak terima dengan keputusan ibu yang sewenang-sewenang.

"Ibu! programnya belum selesai. Ibu gak ngerasa buang-buang uang ya? Ngasih ongkos ke Ashilla?Tapi Ashilla ga dapet ilmu sedikitpun?"

Terdengar deru nafas di seberang sana. Mungkin ibu sekarang sedang melihat ke lain arah dan memegang keningnya.

"Baiklah,tapi ibu bakal ngirim salah satu dari temanmu untuk menjagamu disana."

"Ibuu,Ashilla bukan anak kecil lagi."

"Tapi,lihat apa yang sudah terjadi padamu sekarang."

Apa-apaan ini? Siapa yang memberitahu ibuku?

Percakapan kami tidak hanya sampai situ. Ibu menanyakan segala hal yang menurutku membuang-buang waktu. Tapi,aku tahu ibuku seperti ini karena beliau sangat peduli dan sayang kepadaku.

Setelah selesai,Dengan kesal ku teguk air putih yang berada di dalam botol. Ku pejamkan mataku, menarik nafas dan mengeluarkannya perlahan. Perbuatanku ini bisa membuatku sedikit merasa tenang.

Tepat saat jariku hendak menyentuh salah satu tuts piano,seseorang membukakan pintu dan menampakkan seorang pria dengan rambut pirangnya.

"Hi Ashilla! masih berlatih?" Tanyanya dan duduk di sebelahku.
"Ya. Berlatih tanpa membuahkan hasil." Jawabku malas.

"Hey, dengarkan aku.Aku tahu ini sangat berat bagimu,tapi bagaimanapun juga kau harus tetap berusaha.Tidak membuahkan hasil? Mungkin kau belum maksimal dalam berusaha. Semua kerja keras yang kita lakukan pasti membuahkan hasil." 

Penjelasan Niall benar juga. Aku belum berusaha maksimal

"Jadi?" Lanjutnya Menatap wajahku. 

Ku hanya bisa menunduk menatap sebelah tanganku yang terbalut oleh kain putih.

"Baiklah,aku akan  tetap berusaha." Ucapku akhirnya sambil menatap wajah Niall dengan senyuman termanisku.

Ku coba kembali untuk menekan tuts-tuts piano ini. Namun,nihil. masih tetap sama. Ku coba lagi dan lagi. Tapi tetap, tetap dan tetap sama.

"Jangan putus asa shilla!" Semangat Niall

Aku sudah terlanjur putus asa.Ada apa denganku? biasanya ucapan semangat Niall bisa mengembalikan mood baikku. 

What is wrong with me?

"Ashilla?Kau baik-baik saja?kenapa kau diam saja?" Tanya Niall membuyarkan semua lamunanku.

"Aku tid--" perkataanku terpotong oleh suara nyaring yang berasal dari handphoneku. Ku raih Handphoneku dan untuk kali ini,aku melihat nama panggilannya terlebih dahulu.

unknow?

Siapa yang meneleponku ini?apa jangan-jangan dia penculik?teror?Ah! sudah angkat saja !

"Hallo?

"Hallo? lo Ashilla kan?"

DEG

Suara ini.familiar.Aku mengetahuinya.Aku hanya bisa diam dengan handphone yang masih menempel di telingaku.

"Hallo?salah sambung ya? maafkan saya" Lanjutnya dalam bahasa inggris.

"No!wait!yes. i'm Ashilla" Ucapku sambil menatap Niall yang sedang menatapku aneh.

Niall bertanya padaku "Who's that?" tanpa suara. Aku tidak menjawab pertanyaannya. diam. Hanya itu yang bisa aku lakukan.

Waktumu sangat tidak tepat tuan.

______________________________________

Best School [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang