para peserta sudah sampai di sekoah sementara. Semua yang terjadi disana merupakan pengalaman yang sangat menakjubkan bagi mereka. Terutama bagi Ashilla dan Seilla. Beberapa hari sudah berlalu. Namun, panitia masih belum mengizinkan para peserta untuk keluar wilayah bangunan. Dengan alasan "Kami takut bila sesuatu terjadi kepada para peserta."
"Aku sangat bosan!!" Seilla berteriak seraya meloncat ke atas kasur.
"Aku juga,mungkin aku harus berbicara kepada mereka lagi." Ashilla menghela nafas untuk kesekian kalinya dalam sehari.
"Ya,seharusnya seperti itu." Seilla berkata dengan nada yang benar-benar bosan dan kesal.
Ia tidak tahu harus berkata apa lagi kepada mereka ---The boys---Ini sudah ketiga kalinya ia berkata dan mengeluh kepada mereka. Ditambah lagi, sikap Niall yang akhir-akhir ini berbeda menambah bebannya saja.
Ia sampai di depan kamar the boys. Siap untuk mengetuk pintu untuk yang ketiga kalinya.
Tok-tok-tok.
Tok-tok-tok.
Tok-tok-tok.
Sudah tiga kali ia mengetuk pintu, namun tidak ada yang menyahut dari dalam. Ia mendengus dan mengeluarkan handphone dari sakunya.
To : Seilla
Mereka tidak ada disini. Aku ada di ruang musik, jika kau mencari.
IA mulai melangkahkan kakinya kearah ruang musik. Semua ini tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Berasa terkurung di dalam kandang adalah mmpi terburuknya. Handphonenya bergetar pertanda panggilan masuk.
"Zidny?" kening Ashilla berkerut. Bingung apa yang harus mereka bicarakan nanti. INi memang hal sepele, Namun jika keadaannya sedang sangat amat bosan seperti ini, Ia tidak tahu harus berkata apa.
"Halo!!!! Sombong ya."
" No, no, no, do you know? I'm feel bored right now. Mereka tidak mengizinkan kami keluar dari area sekolah."
"pure Shilla. It's okay.so, cerita dong."
Ashilla menceritakan semuakejadian yang telah terjadi disini, mulai dari perkemahan, hingga ia bisa terjeba di dalam kandan seperti saat ini. Iasudah berada di atas kursi khusus pemain piano. Menatap setiap tuts-tuts piano. Ia tersenyum miris, mengingat kejadiannya dengan Niall disini. Tentunya sebelum ia berubah seperti saat ini.
Akhirnya,Zidny memutuskan panggilan terlebih dahulu.
I don'tknow my name
I don't play by the rule of the game
So you say I'm just trying
Just trying
Ashilla memainkan satu lagu favoritenya. Suaranya menggema seisi ruangan,ia memainkannya dengan sangat apik dan menghayati. Ia tahu lagu ini tidak sesuai dengan keadaanya. Namun, hampir saja air matanya jatuh jika ia tidak menahannya.
Permainannya terhenti ketika seseorang membuka pintu.
"Niall?"
Ia terlihat kaget mendapati Ashilla di dalam rungan ini. Ia langsung menutup kembali pintunya dan pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Ashilla. Ashilla yang duduk di dalam sana tidak tinggal diam. Ia berlari mengejar Niall.
"Niall! Wait! We need to talk!" Teriakan Ashilla dianggap angina berlalu oleh Niall. Ia mempercepat gerak jalannya menuju pintu kamar the boys. Tak mau kalah,Ashilla juga mempercepat langkah kakinya.
"Niall! Please! Stop! We need to talk." Ashilla yakin, ia mendengar teriakan nyaringnya itu.
Nafasnya terengah-engah, ia gagal membuat Niall berhenti. Semuanya sia-sia. "Niall! Can you hear me? We need to talk!" Ashilla mengetuk pintu dengan agak emosi dan kecewa. Niall sudah berubah.
***
Niall berada di balik pintu, menatap pintu yang baru saja ia tutup. Ia berpikir, apakah semua hal yang selama ini ia lakukan benar? Atau malah sebaliknya?
"Niall! Can you hear me? We need to talk!" Ia mendengarnya. Mendengarnya sangat jelas. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa ia mulai menjaga jarak dengan Ashilla. " Niall? Please,please. Just give me one minute to talk with you. I promise." Niall mendengar suara Ashilla yang lama-kelamaan bergetar. Ingin rasaya ia membuka pintu kamar dan langsung memeluk Ashilla dengn erat.
"Ok. One minute." Niall melakuannya, ia membuka pintu itu dan menatap dingin Ashilla. Ashilla tersenyum karena usaha yang telah ia lakukan tidak sia-sia.
"What is wrong with you? Are you mad at me?" Ashilla memulai pembicaraannya. Ia menatap tepat pada mata birunya.
"I have a reason."
"Then what?"
Niall terdiam, ia tidak mungkin menjawab pertanyaan yang satu ini.
"Jawab." Pernyataan Ashilla yang satu ini membuat Niall terhentak,tidak biasanya ia berkata sendingin ini. "Jika alasan itu menyertaiku. Ok, aku akan mendukung sikap mu ini." Ashilla mengangkat kedua tangan di depan dada dan mulai berjalan mudur. Niall hanya bisa diam,menatap gadis itu Kakinya membeku tidak bisa ia gerakan.
Kini Ashilla benar-benar pergi dari hadapan Niall. Ia menahan air matanya yang mulai berjatuhan dan menarik nafas dalam-dalam. "It's time shilla." Gumamnya pada diri sendiri.
Ia membuka pintu kamarnya, Seilla bangun dari posisi tidurnya. "Bagaimana?" Ashilla menatapnya malas. "Bukankah aku sudah mengirim pesan kepadamu?meskipun ada, pasti mereka tidak akan mengizinkan kita lagi." Ashilla mendaratkan tubuhnya di atas Kasur. "Ya, aku tahu tapi Ini sungguh keterlaluan. Kalau begitu biarkan aku yang berbicara." Ucap Seilla kesal dan beranjak turun dari atas kasurnya.
Ashilla hanya bisa menghela nafas melihat sikap temannya yang sudah tidak tahan dengan kandang atau bahkan bisa disebut penjara ini.
Pikirannya melayang tepat pada saat ia menemui Niall. Bermusuhan dengan idola sendiri? Konyol.
Ia memikirkan apakah pebuatannya itu benar atau bahkan sebaliknya. Ia menggerang kesal. Ini tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Sangat berbanding terbalik.Jam tangannya berbunyi menandakan Waktu makan siang, ia turun dari ranjangnya dan berjalan menuju kantin. Dari kejauhan,ia mendengar keributan. "Oh my gosh! Seilla!" Ashilla berlari menuju Seilla yang sedang ribut dengan Shakilla, dari arah yang berlawanan, Niall berlari kearah mereka untuk meleraikan perkelahian tersebut.
Ashila menahan lengan seilla yang hendak menampar pipi kanan shakilla, sedangkan Niall menahan lengan Shakilla. "What is wrong with you?" teriak Ashilla kepada Seilla. Seilla menghentakkan lengannya hingga terlepas dari genggaman Ashilla. "Dia, si lajang ini telah mencaci maki kita yang tidak diizinkan keluar dari area sekolah.Sedangkan mereka, baru saja berbelanja ke pusat kota!" Seilla menunjuk Shakilla yang sedang menatap mereka berdua. Ashilla terdiam, tatapannya kosong. "Apakah itu benar?" Tanya Ashilla menatap Niall yang membisu.
"Apakah itu benar?" Ashilla berkata dengan penuh penekanan. Niall masih tidak menjawab, ia mendekat hingga jarak mereka cukup dekat. "Jangan dekati dia!" teriak Shakilla "Diam kau!" Sentak Ashilla penuh emosi.
Semuanya terdiam ketika mendengar sentakan Ashilla. "Kau, sudah membuat masalah denganku. Kami, tidak pantas untuk diperlakukan tidak adil. Kami tak biasa dengan situasi seperti ini." Ucap Ashilla penuh penekanan. Wajahnya memerah menandakan ia benar-benar marah kepada Niall.
Ashilla meninggalkan Niall yang tidak menjawab sepatah katapun dari pernyataan dan pertanyaan Ashilla. Hatinya sangat sakit ketika melihat Ashilla yang lucu dan periang berubah menjadi pemarah dan menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best School [Completed]
FanfictionAshilla Maudy. Gadis Indonesia yang pandai bermain piano,terpilih menjadi salah satu murid di program idolanya onedirection. Program Ini program sederhana. Mereka,para peserta menjadi murid dari 4 pria tersebut. Ashilla tidak menyangka pada akhirnya...