"Tidak kah kalian mengerti?!" Ashilla berbicara dengan penuh penekanan dan frustasi. Seilla yang duduk di sampingnya hanya bisa diam, mendengarkan setiap ocehan yang dilontarkan oleh Ashilla kepada the boys. Terkecuali Niall,keberadaanya sudah tidak dipedulikan lagi oleh Ashilla.
"Ashilla,calm down. You can hurt yourself." Louis menenangkan,merangkul Ashilla. Hanya ada satu masalah yang membuat Ashilla benar-benar frustasi,Niall. Hanya itu yang ada dipikirannya.
"I hate this shit situation lou!" teriak Ashilla terdengar sangat frustasi,sangat frustasi. Ia—Ashilla—Sudah menceritakan semuanya kepada Louis,liam dan harry."Kau hanya perlu berbicara padanya secara baik-baik." Harry memberi saran kepada Ashila. "I try,but is useless." Ashilla mulai menitikan air matanya. "Apa yang harus aku lakukan?bukan ini yang aku inginkan." Semunya merasa terpukul melihat keadaan Ashila yang makin hari makin tak baik. Mereka takut sesuatu terjadi kepadanya. "Please don't cry." Louis memeluk Ashilla dengan erat. Berharap tangisannya reda.
"Aku harus berbicara pada Niall." Liam beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruangan menuju ruang musik. Langkahnya sangat cepat. Ia sudah tak sabar untuk berbicara dengan Niall.
"Niall" Liam membuka pintu ruang musik,dan benar Niall sedang berada disana. Di tempat duduk khusus pemain piano. Ia sedang memainkan tangga nada, yang entah siapa mengajarkannya. "Hem." Niall tidak memandang Liam sama sekali,ia tetap fokus pada tuts-tuts piano. "Apakah aku mengganggu?" Niall berhenti menekan tuts-tuts piano dan memandang Liam. "Tidak." Liam berdiri di hadapan Niall.
"Ia sangat frustasi,keadaannya semakin buruk dari hari ke hari." Ucap Liam to the point. Niall terdiam sesaat.
"Siapa?" Liam yakin, Niall tahu siapa dan apa tujuan dari perkataannya.
"Jangan pura-pura. Kau tidak khawatir dengannya?"
Niall menghela nafas dalam dan mengeluarkannya. "Aku punya alasan."
"What?apa alasannya?"
"Aku tidak bisa memberitahumu."
"Tentu saja kau akan berkata seperti itu." Liam mendengus, dan melanjutkan perkataannya. "Kau terlalu sibuk dengan alasan yang kau rahasiakan tanpa mengetahui keadaan orang yang kau maksud dalam alasanmu itu." Niall tersentak mendengar perkataan Liam.
"Asal kau tahu,ia sangat membutuhkan mu sekarang. Jangan egois kawan.Pikirkan kembali" Liam menepuk punggung Niall dan beranjak dari tempat duduknya. Dan pergi meninggalkannya di dalam ruang musik.
Niall terdiam mendengarkan perkataan Liam. Ternyata selama ini kata hatinya benar,ia melakuka hal yang salah. Bahkan hingga membuat orang yang ia maksud 'terluka' bukan 'bahagia'. Ingin rasanya ia bangkit dari kursi dan berlari ke kamar Ashilla untuk meminta maaf dan memeluknya erat-erat. Namun, ia malah bergelut dengan pikirannya sendiri. Keegoisannya mencoba untuk mengendalikan semuanya lagi.
Setelah cukup lama melawan rasa egoisnya,iamulai beranjak dari duduknya dan berlari menuju kamar Ashilla. Tidak banyak yang memerhatikannya,apalagi Shakilla ia mencegat langkah Niall. Hingga ia benar-benar berada di hadapannya. "Ekhm,Niall..." Shakilla menggaruk tengkuknya yang bahkan tidak gatal sama sekali. Niall dengan sabar menunggu gadis ini berbicara. "Terimakasih sudah meleraikanku dari perkelahian kemarin,ekhm...dan sebagai balasannya. Bagaimana jika kita jalan-jalan ke pusat kota?kau dan aku,bagaimana?" Niall tersenyum kikuk.
"Terimakasih untuk tawarannya,but I'm really sorry. I can't." Niall tersenyum lagi dan meninggalkan pedang yang tajam baru saja menggores hati kecilnya . Matanya mulai berair cepat-cepat ia menghapusnya dan mulai berjalan ke kamarnya.
***
"Ashilla?"
"hm?"
"Kau mau camilan?"
"no"
Seilla kebingungan harus berbuat apa dengan temannya yang satu ini. Ia --Ashilla-- menyelimuti seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia tidak mau berbuat apa-apa selain diam dan melakukan hal yang satu ini. Apa yang harus aku lakukan? Batin Seilla. Ia takut,Ashilla jatuh sakit dan terpaksa harus pulang lebih awal.
Tok
Tok
Seilla menoleh kearah pintu. Dengan santai ia membuka pintu kamar.
"Apa yang kau inginkan?" Tanya Seilla tiis."can I talk with Ashilla?"
"What?don't you realize that you---."
"Just broke her heart, I know. And now, I want to say sorry to her.Where is she?"
Seilla terdiam sejenak dan berbalik melihat Ashilla yang masih dalam posisi yang sama seperti sebelumnya. Ia takut kalua ia membiarkan Niall masuk akan memperburuk situasi,namun apa boleh buat. Semua yang ia lakukan untuk membujuk Ashilla keluar dari lingkupan selimut gagal,dan mungkin ini merupakan cara yang 'ampuh' untuk seorang Ashilla. Dengan ragu,ia membiarkan Niall masuk.
Niall duduk di atas Kasur, Ashilla tetap diam. Tidak ada reaksi apapun.
I'm broken' do you hear me?
I'm blinded 'cause you are everything I see'
I'm dancin' alone I'm praying
That your heart will just turn around
And as I walk up to your door
My head turns to face the floor
Cause I can't look to you in the eyes and say
Suaranya menghilang,Ashilla sudah tidak tahan lagi untuk menangis. Air matanya sudah tidak dapat dibendung lagi,ia menangis di dalam lingkupan selimut.
"Don't cry,love."
Tangisan Ashilla mereda dan melihat siapa yang berbicara.
"Niall?"
Niall tersenyum dan menghapus air mata Ashilla dengan jarinya.
"Niall!" Ashilla berteriak senang dan melompat ke dalam pelukan Niall. Ia sangat merindukan Niall,sangat. Niall membalas pelukan Ashilla dengan erat,ia tidak mau melepaskannya.
"sshhh. Jangan menangis lagi, aku disini." Niall mengusap rambut Ashilla lembut,ia juga tak henti-hentinya mencium puncak kepala Ashilla. "Jangan pergi." Gumam Ashilla,ia benar-benar tidak mau melepas pelukannya sama sekali.
"Aku tidak akan pergi,aku tahu kau pasti belum makan seharian ini,apakah aku benar Seilla" Niall menoleh kearah Seilla yang dibalas dengan anggukan olehnya. "Biarkan aku membawa makanannya" Seilla keluar dari kamar menuju kantin.
"Kau ini,kuat juga tidak makan seharian."
"Aku tidak seperti kau,yang setiap detik selalu masuk makanan."
"Kau ini.Sekarang,lepaskan pelukanmu kau tidak pegal apa tanganmu terus-terusan melingkar di badanku—"
"Yang gendut ini?"
Niall tertawa sekencang-kencangnya,begitupun Ashilla yang melepaskan pelukannya dengan senyuman di wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Best School [Completed]
FanfictionAshilla Maudy. Gadis Indonesia yang pandai bermain piano,terpilih menjadi salah satu murid di program idolanya onedirection. Program Ini program sederhana. Mereka,para peserta menjadi murid dari 4 pria tersebut. Ashilla tidak menyangka pada akhirnya...