Bab Dua

13.8K 1.4K 71
                                    

☆Sherry Kim☆
-YJsKim-

Tinju yang di layangkan pria itu melayang dengan gerakan mematikan, hampir kasat mata sampai pihak lawan terlempar keluar ring dengan kondisi babak belur setelah pertandingan panjang keduanya selama beberapa ronde siang itu.

Waktu tidak menghalangi Jung Yunho untuk berkunjung ketempat biasanya pria itu berlatihan tinju. Di sana ia memiliki guru terbaik yang menjadi petarung andalan tempat itu setiap kali ada pertandingan, meski tidak setiap harinya petarung adalan mereka turun ke lapangan.

Di atas ring, Jung Yunho bersandar malas, dengan tatapan dingin pria itu mengawasi pria lain yang menjadi lawannya tergeletak di bawah sana dalam kondisi tak sadarkan diri. Sial, ia tidak mendapatkan sedikit pun kepuasan seperti yang biasanya ia dapatkan setelah bertarung beberapa ronde atau mengalahkan lawan. Berterima kasihlah kepada pemuda menyebalkan yang ia sendiri tidak tahu memiliki nama itu, pemuda yang sudah menghilang ketika ia terbangun pagi ini.

“Selanjutnya, siapa lagi yang ingin bermain-main denganku?”

Tempat duduk penonton mendadak sepi, tidak ada yang berani mengajukan diri kali ini setelah mereka melihat apa yang dapat di lakukan pria tampan yang mereka anggap pria pesolek sebelumnya. Sangat berbeda dengan tantangan mereka yang tadi Yunho terima ketika pertama kali masuk ke arena tinju dan mengatakan ingin bertarung.

Tidak banyak yang tahu bahwa tempat ini adalah milik Jung Yunho. Hanya manager serta beberapa petarung di atas ring yang tahu Yunho lah pemilik arena tinju ini karena ia sendiri merahasiakan kepemilikan tempat ini dari publik maupun keluarganya.

“Tidak akan ada lawan yang berani maju melawanmu jika kau memasang wajah membunuh seperti itu Yunho. Demi Tuhan, siapa orang yang ingin kau habisi dan segera bereskan, atau kau akan membuat tamu di sini lari tunggang langgang mendengar tantangan yang kau lemparkan itu.”

Yunho tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang berbicara tidak sopan terhadapnya, ia hapal di luar kepala suara teman baiknya itu. “Aku menantangmu.” ujar Yunho dingin.

“Ya Tuhan, kau menakuti semua orang hanya dengan suara galakmu itu, teman. Istirahatlah. Aku memiliki anggur berusia tiga puluh tahun di ruanganku, jika kau tidak keberatan.”

“Di waktu sepagi ini?”

“Sudah cukup siang untuk kau bangun tidur, nak.”

Tatapan dingin Yunho menghunus langsung ke dalam mata Nickhun. Pria itu masih berdiri santai, bersandar pada pintu menuju lorong ruangan lain di belakangnya. “Ayolah teman, tidak kah kau bosan bermain main di sana?” Pria itu berbalik, tahu benar bahwa Yunho akan mengikutinya di belakang.

“Terkutuklah kau karena selalu memerintahku.” grutu Yunho sambil melompat keluar ring.

“Aku tidak memerintahmu, dude. Aku tidak sebodoh itu bersedia melakukannya, aku paham kau tidak akan mendengarkan kata-kataku, bahkan satu patah kata pun! Aku hanya berbaik hati menghalangimu membuat tempat ini bangkrut. Jangan lupa, aku memiliki saham 40% di tempat ini, Yunho. Dan aku tidak akan membiarkanmu membuat tempat ini gulung tikar karena aku juga akan rugi besar.”

Ruangan kerja itu masih sama seperti yang Yunho ingat, berantakan seperti biasa. Suasana hati Yunho sangat tidak baik, di tambah ia benci tempat kotor dan kenyataan bahwa ruangan itu penuh dengan berkas di atas meja membuat amarahnya semakin membara. “Aku akan membakar ruangan ini jika kau tidak segera menyuruh seseorang membereskan sampah itu, kau tahu aku benci sesuatu yang kotor.”

About That NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang