Bagian Delapan Belas

9.7K 1.2K 65
                                    

※Sherry Kim※
.
.

Wajah pucat Jajoong membuat Yunho menyesali keinginannya mengikut sertakan kekasihnya itu untuk bersenang senang. Pada awalnya ia hanya menganggap Jaejoong mencari alasan menghindar darinya ketika Jaejoong mengatakan membenci pesta dan keramaian.

Lebih baik ia membuat teman lamanya ini kecewa dengan tidak hadir di pesta ini ketimbang melihat wajah pucat kekasihnya.

Dengan perasaan bersalah, Yunho membimbing Jaejoong menjauh dari keramaian untuk bersandar di dinding sisi jendela, jauh dari keramaian pesta yang sedang berlangsung.

Menempatkan diri di hadapan kekasihnya, Yunho menghalangi pandangan ingin tahu orang terhadapa Jaejoong. “Kau yakin kau baik-baik saja, Boo? Jika kau tidak enak badan kita pulang.”

"Tapi bukankah acara ini penting bagi bisnismu kau tidak boleh pergi. Kau harus menemui beberapa rekan kerja dan pesta ini diadakan untuk menghormati kerja sama kalian. Bagaimana mungkin kau bisa pergi begitu saja."

Jadi Jaejoong menghawatirkan dirinya. Manisnya. "Aku tidak begitu suka pesta." itu benar. Yunho datang ke pesta hanya untuk bisnis tidak lebih. “Bagiku kau yang terpenting.“ Tangan pria itu terangkat, mengusap wajah Jaejoong penuh sayang.

Jaejoong mendengus. "Majalah tidak mengatakan demikian." Jaejoong ingat beberapa hari lalu ketika ia membersihkan rumah ayahnya, ia menemukan tumpukan majalah bisnis yang memuat wajah kekasihnya itu.

Karena penasaran, ia membaca dan tahu bahwa ternyata Yunho sering menggandeng artis dari agensi pria itu. Dan demi calon ibu barunya yang cantik, apakah ayahnya suka membaca majalah? Atau majalah itu milik calon ibu barunya Ji Hyo yang tertinggal. Jaejoong sendiri tidak yakin. Hanya saja ia tahu bahwa Yunho ternyata mentukai wanita cantik.

"Jangan mempercayai apa yang mereka katakan."

"Kemungkinan tiga puluh persen omongan mereka benar. Meski tidak semuanya."

Alis Yunho mengeryit melihat wajah kekasihnya sedikit lebih berwarna. Itu karena perdebatan singkat ini. Setidaknya ia merasa Jaejoong lebih hidup jika mendebatnya ketimbang berdiam diri seperti ketika ia mengenalkan kekasihnya itu kepada sang tuan rumah dan kenalannya yang lain. "Kau mau tetap disini untuk berdebat denganku atau pulang?"

"Kau tetap disini. Dan aku ingin pulang."

"Yang benar saja. Dan membiarkan reporter membicarakan tentang kita besok pagi. Tidak akan! Jika kau ingin pulang aku akan ikut denganmu." menunduk Yunho mendekatkan bibirnya pada telinga kekasihnya untuk berbisik. "Bukankah berduaan di rumah terdengar menyenangkan ketimbang di sini sendirian." Rona merah muncul di wajah Jaejoong, membuat Yunho tertawa.

Jaejoong berdiri tegak. Mengamati sekeliling sebelum dengan malu-malu mengangguk lemah.

“Baiklah. Kita pulang. Aku minta maaf telah memaksamu datang tadi.”

Jaejoong menerima uluran tangan Yunho. Ia tidak malu atau ragu seperti ketika mereka datang tadi. Toh sebagian besar dari para tamu sudah tahu siapa dirinya bagi Yunho. Pria itu dengan terang terangan mengenalkan Jaejoong sebagai kekasihnya tadi. Dan ia harus terbiasa, dunianya memang menjadi sorotan sejak ia menggeluti disainer. Terlebih jika ia bersama Yunho, yang memang pada dasarnya menjadi sorotan kamera mengingat dunia pria itu memang bersama para artis, ia harus membiasakan diri.

Mereka baru saja akan keluar sebelum Jaejoong menangkap sosok wanita cantik berada di tengah aula. Wanita itu mengenakan gaun ketat sexy berwarna hitam, gaun yang di kenakan wanita itu terlalu rendah, mempertontonkan sebagian payudaranya kepada para tamu lain yang hanya membuat Jaejoong menghentikan langkah.

About That NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang