Bagian Sembilan Belas

10.5K 1.1K 66
                                    

※Sherry Kim※
.

Apa yang di lakukan Yunho di tempat seperti ini? Itu adalah pertanyaan yang tak dapat Jaejoong ungkapkan sebelum menemukan pria menyebalkan itu di tempat ramai seperti ini.

Yunho mengajak berkencan dan memberi Jaejoong alamat dimana ia akan menemukan pria itu. Hanya saja Jaejoong tidak yakin ia berada di tempat yang tepat. Atau Yunho mengirim alamat yang salah. Di arena tinju. Yang benar saja.

Suara sorak sorai menyambut kedatangan Jaejoong, pria itu mengamati sekeliling dengan seksama, berharap menemukan Yunho dan bertanya kenapa pria itu mengajaknya bertemu disini. Bukankah banyak tempat tempat romantis lain untuk kencan, bukannya arena tinju  yang penuh dengan teriakan serta makian dari orang orang di sekitar Jaejoong saat ini.

Jaejoong tidak sadar jika telah di awasi. Sepasang mata elang menatapnya cukup lama sebelum memutuskan untuk menghampiri. "Kau baru di sini?"

Seseorang bertanya kepada Jaejoong. Membuat pria itu menghentikan langkah dan menoleh ke samping. Di mana tempat yang mirip dengan loket berada.

"Pertama kali kemari?" Pria tampan yang Jaejoong yakini memiliki darah campuran itu mengamatinya dengan seksama. Begitu juga sebaliknya.

"Ada janji dengan seseorang." ujarnya.

Pria itu tersenyum menanggapi jawaban malas Jaejoong. "Tidak perlu takut. Aku bertanggung jawab disini dan jika ada pertanyaan atau bantuan, aku siap membantu. Atau kau ingin bertaruh," kata terakhir di ucapkan sedikit rahasi. "Bertaruhlah untuk jagoanmu, teman."

"Tidak. Terima kasih."

"Tidak?" Pria itu sedikit terkejut. "Lalu untuk apa kau datang kemari," senyum pria itu terlihat menyebalkan. "Atau kau ingin ikut bertarung di atas ring." Tawa menyebalkan itu terdengar. Tangan Jaejoong gatal ingin meninju wajah pria itu..

"Jauhi dia, Nickhun."

Desahan lega Jaejoong membuat Yunho tersenyum. "Apa dia mengganggumu?" Yunho mengangguk kepada Nickhun.

"Tidak. Dia hanya bertanya untuk apa aku datang kemari." Kepada Yunho Jaejoong bertanya. "Kenapa kau memintaku datang ke tempat seperti ini? Disini bersik, aku tidak suka." Wajah Jaejoong memang terlihat tidak nyaman. Bahkan sesekali pria itu bergerak risih saat mengamati sekeliling.

"Tidak apa apa Boo. Mereka tidak akan memukulmu jika kau tidak memulainya." Ada nada geli dalam suara Yunho.

Melihat Jaejoong yang masih terlihat cemas, Yunho medekat dan merangkul bahu kekasihnya. "Aku ada urusan di sini, hanya sebentar. Kau bisa menungguku, bukan?" Meskipu  enggan Jaejoong tetap mengangguk.

"Tidak akan lama, aku janji." Pria itu mendaratkan ciuman di kening Jaejoong. Membuat sosok lain yang mengawasi mereka melotot tak percaya.

"Demi Tuhan, jangan katakan dia kekasihmu?"

"Ralat bung. Jaejoong adalah calon istriku."

"Ya Tuhan, oh, astaga.” Nickhun merada kepalanya baru daja di jatuhi benda berat. Pria seperti Yunho akan menikah. Lalu kesadaran menghantamnya.

“Jadi dia Jaejoong yang membuatmu menjadi petapa dan mengindari wanita selama delapan tahun?” kepada Jaejoong Nickhun menambahkan. “Ijinkan aku mempersilahkanmu masuk ke kantorku. Kita harus membahas sesuatu." Nickun tidak bisa menahan diri untuk menyeret Jaejoong ke ruangan yang lebih terang berniat mengamati pria itu dengan lebih seksama dan mencari tahu halbapa yang membuat Yunho begitu memujanya.

Yunho sendiri mengikuti mereka di belakang sambil menggerutu tidak jelas.

Ruangan itu seperti biasa. Berantakan. Nikchun mendorong Jaejoong duduk dengan ia berdiri di hadapan Jaejoong. "Sial, tak heran kau rela memporak porandakan Seoul hanya untuk mencarinya," Pria itu tersenyum kepada Yunho yang berkacak pinggang di tengah pintu. “Dia sangat menawan."

About That NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang