※Sherry Kim※
-YJsKim-
.Rambut Jaejoong berwarna pirang terang. Pria itu mewarnai rambutnya untuk menyamarkan wajah pucat yang kata ayahnya semakin terlihat jelas di wajahnya akhir akhir ini.
Jaejoong tidak ingin orang lain melihatnya sebagai sosok lemah yang butuh perlindungan bahkan tidak dari ayahnya sendiri. Ia kuat. Ujarnya pada diri sendiri saat memasuki mansion Jung yang megah.
Jaejoong ingin terlihat sempurna meskipun akhir akhir ini kurang tidur. Ia berusaha untuk tidak menyentuh obat tidur dan berujung tidak bisa tidur nyenyak karena harus terbangun meski hanya mendengar hembusan angin mengibarkan korden kamarnya.
Untuk mengurangi kekhawatiran ayahnya ia pun menerima undangan pesta Mrs. Jung meski sebenarnya ia enggan. Dan sinilah ia berada, di antara ratusan tamu undangan yang tidak ia kenali.
Malam ini Jaejoong memakai pakaian terbaiknya. Pergi ke salon untuk menata rambut bahkan memotongnya sedikit untuk membuat ayahnya tak lagi merasa cemas. Jaejoong tidak suka membuat ayahnya khawatir. Meskipun begitu Kim Jong Kook tidak meninggalkan Jaejoong sendirian di ruang pesta yang Jaejoong yakini aman untuknya ini.
"Pegilah mencari Ibu tiri untukku," kata Jaejoong. "Aku akan baik-baik saja, Papa." ia berkata lembut untuk membujuk ayahnya menjauh.
Jaejoong sudah cukup besar untuk di awasi seperti ini sampai ia merasa aneh ketika ayahnya memperkenalkan Jaejoong kesana kemari bahwa ia adalah putranya semata wayangnya.
"Aku lebih suka berada disisimu. Pesta ini terlalu ramai, bagaimana jika ada seseorang yang menyenggolmu dan...."
"Aku akan memintanya dia menolongku jika aku terjatuh," desis Jaejoong pada ayahnya. "Dan begitu juga sebaliknya."
Kim Jong Kook hanya mengindahkan kata itu dan kembali mengikuti Jaejoong. Sesekali menahan tangan putranya ketika mereka berpapasan dengan orang yang di kenali ayahnya lalu memperkenalkan Jaejoong kepada kenalan tersebut.
Pesta baru saja mulai namun ruangan itu sudah dipenuhi oleh tamu undangan sampai sulit rasanya untuk sekedar bergerak. Salahkan hujan salju di luar sana yang membuat pintu pintu mansion di tutup sebagian untuk menghalau dingin, memaksa mereka berkumpul di aula utama yang lebih hangat.
"Sungguh suatu kejutan yang menyenangkan bahwa Hero Kim adalah putramu." ujar salah satu kenalan Mr. Kim.
"Berapa usiamu saat menikah?"
"Dua puluh tahunan," jawab Jong Kook bangga tanpa rasa malu. "Kami masih kuliah saat itu, aku dan ibu Jaejoong. Kami menikah sangat muda."
"Ah kau besar di desa, bukan? Wajar jika kalian menikah di usia sangat muda."
Senyum lebar Jong Kook membuat Jaejoong memutar bola mata jengah. "Kau pasti bangga memiliki putra sukses di usia Jaejoong yang sangat muda. Aku benar-benar tidak menyangka kenyataan ini."
Tidak hanya satu dua orang yang terkejut. Hampir seluruh kenalan ayahnya terkejut dengan pernyataan bahwa ia adalah putra ayahnya sendiri dan memangnya kenapa kalau mereka ayah dan anak? Apakah tidak ada kemiripan di keduanya atau terlihat aneh? Gerutu Jaejoong sesekali.
"Ayahmu adalah pria miskin," Jaejoong berputar cepat mendengar bisikan suara pria dari belakang. "Atau itulah yang kami tahu dan ini kejutan besar karena kau Hero kim pengusaha muda yang sukses menyatakan dirinya sebagai putra Kim Jong Kook."
"Paman Siwon?" pekik Jaejoong senang.
Siwon mengamati sekeliling dan berdesis jengkel. "Dulu mungkin aku mengijinkanmu memanggilku Paman. Tidak untuk sekarang Jongie. Tidakkah panggilan itu terdengar tua untukku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About That Night
RomantizmYunJae. @YJskPresent. Pria yang semua orang anggap dingin tak berperasaan itu bukanlah seseorang yang tidak memiliki hati. Hanya pria yang hatinya telah tertambat pada sosok misterius yang ia temui di malam ulang tahun adiknya yang ke delapan belas...