Bab Tiga

13.7K 1.4K 67
                                    

☆Sherry Kim☆
-YJsKim-

-Delapan tahun kemudian-
.

Kursi tamu ruangan itu sudah di duduki seseorang ketika pria itu masuk. Hal yang tidak mengejutkan bagi Choi Siwon mendapat kunjungan rutin pria itu selama beberapa tahun terakhir ini. Sosok jangkung berparas tampan tamu tak di undangnya itu duduk nyaman layaknya ruangan ini adalah kantor pria itu tanpa menyapa seperti biasanya.

Sungguh menyebalkan menyadari Jung Yunho adalah orang kedua yang sering masuk ke ruangan ini selain sekertarisnya sendiri. “Aku pikir kau sudah menyerah, kau tidak lelah juga ya." Itu bukan lah pertanyaan, melainkan keluhan yang disertai desahan panjang setelahnya.

Siwon menghela napas entah kesal atau marah, Yunho tidak mempedulikan hal itu. Ia sendiri tidak tahu perasaan apa yang menghantui dirinya sampai bersedia menunggu pria itu selesai rapat sejak tiga puluh menit lalu. Mungkin saja karena ini adalah kunjungan terakhir kalinya ia datang ketempat ini dengan alasan yang sama seperti sebelumnya. Ia berjanji. Jika lain kali ia datang, itu hanya untuk bersenang senang, menikmati bir di lantai bawah ataupun menempati kamar di lantai atas.

Siwon sendiri duduk di balik meja kerja, tidak berniat basa basi. Pria itu mengikat tangan di depan dada untuk mengawasi wajah Yunho dengan seksama. Sesungguhnya, ia merasa sedikit kasihan setiap kali berhadapan dengan pria ini. Setiap seminggu sekali selama delapan tahun terakhir Yunho selalu berkunjung, meskipun akhir-akhir ini pria itu jarang kemari, tepatnya semenjak Yunho menduduki kursi CEO di perusahaan artis milik keluarganya sejak dua tahun lalu.

Suara desahan yang sama seperti sebelumnya terdengar di ruangan sunyi itu. "Jika kau tidak lelah, Yun. Aku lelah, sungguh! Tidak bisakah kau berhenti memberondong pertanyaan pertanyaan mengenak pemuda itu, yang seharusnya kita anggap pria itu karena tentunya waktu delapan tahun telah membuat dia berubah."

"Kau benar," jawabnya enggan. Sikap santai serta kerasa kepala yang selalu di tunjukan olehnya mampu membuat Siwon geram, Yunho tahu itu. Dan ia suka melihat pria itu tidak tenang sebagaimana pria itu membuatnya gelisah selama delapan tahun terakhir ini dengan tetap teguh dalam menjaga identitas malaikat rahasianya.

Siwon menambahkan. "Tidak bisakah kau berhenti mengangguku? Aku tidak tahu di mana dia sekarang. Dan meskipun aku tahu, aku tidak akan memberitahumu apa pun yang menyangkut tentang dia. Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya puluhan bahkan ratusan kali. Aku sudah berjanji!"

"Aku datang bukan untuk mengatakan itu. Tetapi untuk tujuan lain.”

“Menarik,” Kening Siwon terlihat berkerut. “Dan tentang apa itu?”

Yunho merogoh saku jasnya, jas yang menjadi pakaian sehari harinya sejak beberapa tahun terakhir meskipun ia tidak suka pakaian formal ini. "Aku ingin kau memberikan ini kepada dia, jika kau melihatnya lagi." Mengulurkan selembar kertas yang sudah kusut seakan di buka puluhan kali, Siwon menduga itu adalah cek.

"Kau mau menyuapku. Sudah pernah, dan aku tetap akam menolak.” tangan pria itu di kibaskan enggan.

“Bukan untuk itu.”

“Lalu untuk apa?”

"Dia lupa mengambil cek ini di malam kami berhubungan ketika dia pergi, aku mencoba mencarinya untuk memberikan ini padanya, bukan karena aku tertarik padanya." Yunho berbohong. Harga diri memaksa pria itu untuk mengubah skenario baru. "Jadi, tetap tidak ada kabar tentang dia?"

About That NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang