8

2.9K 382 0
                                    

Aftertaste [8]

°°

Iqbaal membuka pintu rumahnya pelan, terlihat diruang tengah ada seorang cewek dan Bundanya. Seperti tengah membicarakan sesuatu.

Kening Iqbaal berkerut, apakah itu teman Bundanya? Tapi kenapa masih mengenakan seragam sekolah menengah atas?

Setelah melepas sepatunya, Iqbaal bergerak masuk, sepertinya wanita paruh baya itu menyadari kedatangannya.

"Kamu udah pulang nak?" tanyanya sambil berdiri, menghampiri Iqbaal yang tengah tersenyum kikuk.

"Zid, lo ngapain disini?" ucap Iqbaal ketika menyadari ternyata, Zidny tamu yang tadi Iqbaal bicarakan.

Zidny yang tengah menatap televisi itu langsung mengalihkan pandangannya, menatap Iqbaal sambil tersenyum "Emangnya gak boleh maen ketempat temen sendiri?"

Pertanyaan Zidny mampu membuat Iqbaal tersenyum kikuk, kemudian kepalanya menggeleng "Nggak sih,"

"Yaudah, mending kalian ngobrolnya diatas aja ya." kata Bunda Rike menengahi,

"Eh, bu-"

"Yaudah, aku sama Iqbaal kekamar ya bun." sela Zidny langsung menarik lengan Iqbaal menuju kamar cowok itu.

Sedangkan Iqbaal yang ditarik hanya bisa pasrah, tadinya Iqbaal akan menolak perintah sang Bunda. Tapi ternyata Zidny malah menyelanya terlebih dahulu.

"Zid," panggil Iqbaal ketika menyadari tangan Zidny masih bergelayut pada lengan Iqbaal.

Sebenarnya Iqbaal sedikit risih dengan posisi seperti ini. Akhir-akhir ini Iqbaal merasa jika Zidny terlalu manja padanya.

Seperti waktu itu, secara tiba-tiba Zidny membawakannya bekal, ataupun meminta Iqbaal untuk mengantarkannya pulang. Mengantarkannya membeli buku, dan masih banyak lagi.

Yang Iqbaal takutkan hanya satu, takut jika nanti (Namakamu) menyadari kedekatan Zidny padanya, dan cewek itu salah paham.

Zidny tidak menjawab, tangannya masih asik bergelayut pada Iqbaal.

"Zid, tangan lo..," kata Iqbaal memperingati, sebelah tangannya bergerak melepas kaitan tangan Zidny.

Namun ternyata diluar dugaan, Zidny malah mempererat pegangannya. "Gue suka kayak gini baal," gumamnya pelan.

Kening Iqbaal berkerut mendengar ucapan Zidny, "Maksud lo?"

Mendengar hal itu Zidny langsung menggeleng-gelengkan kepalanya cepat, kali ini pegangannya juga terlepas.

Cewek itu langsung berjalan membuka pintu kamar Iqbaal terlebih dahulu, dari pada sang pemilik.

"Zid," panggil Iqbaal sekali lagi, ketika menyadari Zidny yang masih memperhatikan kamarnya.

Kepala cewek itu menoleh, sebagai jawaban atas panggilannya "Kenapa?"

"Maksud omongan lo tadi itu apa?" tanya Iqbaal penasaran, tadi ia hanya pura-pura tidak dengar dan ingin memastikannya sekarang.

Kedua tangan Zidny mengibas-ngibaskan ke udara, "Gak usah dipikirin," tuturnya.

Perlahan tubuh Zidny jatuh di king size miliknya, cewek itu memejamkan matanya sejenak.

Kelakuan Zidny saat ini cukup membuat Iqbaal bingung, Zidny tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Tapi gue perlu tau Zid, kita sahabatan udah lama."

"Baal," Zidny memanggilnya dengan suara pelan, membuat gerakan Iqbaal yang tengah membereskan buku-bukunya itu terhenti.

Iqbaal menoleh, tidak membalas panggilan Zidny.

aftertaste • idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang