Aftertaste [13]
***
Malam ini seperti janjinya minggu lalu dengan Zidny jika (namakamu) akan datang ke pesta ulang tahun cewek itu, setelah selesai dengan dress hitam selututnya, (namakamu) bergerak keluar kamar, menemui Iqbaal yang tengah menunggunya di ruang tamu.
(namakamu) tidak suka berdandan yang berlebihan, untuk datang ke acara penting menurut sahabatnya saja ia hanya memakai dress polos biasa, tidak ada hiasan di wajahnya. Karena menurutnya itu hanya akan membuat wajahnya rusak.
"Haha (namakamu) emang gitu baal, jadi kamu harus sabar-sabar aja ngadepin sifat kekanak-kanakan dia." seru Alex dengan suara yang ia besarkan, tujuannya supaya (namakamu) mendengar.
"Iyalah om, kalo gak sabar gak mungkin aku bertahan selama ini." ucap Iqbaal yakin, sepertinya cowok itu tidak menyadari kedatangan (namakamu), karena Iqbaal duduk memunggunginya.
"Di sekolah (namakamu) sering bolos ya?" tanya Diana sambil menaruh nampan yang berisi minuman untuk suaminya dan Iqbaal.
Sebelum Iqbaal menjawab, (namakamu) lebih dahulu menyelanya. "Mana ada aku bolos."
Dan itu membuat Alex, Diana, dan Iqbaal terkekeh, "Dia gak bolos tan, cuma gak masuk saat jam pelajaran aja." ucap Iqbaal menyeringai kearah (namakamu) yang duduk disampingnya.
"Emang, dulu bapaknya aja sering masuk BK." Diana berucap ketus, kemudian menjatuhkan tubuhnya tepat di samping Alex.
"Mana ada aku bolos, Ma." elak Alex mengikuti gaya bicara (namakamu) beberapa menit yang lalu,
"Emangnya aku gak tau, temen SMA kamu itu sering cerita ke aku."
"Tapi gak sering,kadang-kadang doang."
"Sama aja." ucap Diana cepat.
Melihat kedua orang tuanya yang bertengkar lagi itu membuat (namakamu) memutar bola matanya malas, apakah mereka tidak malu dilihat oleh calon menantunya ini?
"Ma,Pa udah, disini ada Iqbaal kalo kalian lupa." (namakamu) angkat bicara, sebelum Papanya memulai pertengkaran baru dan di akhiri dengan keduanya tidak bertegur sapa besok pagi.
Iqbaal yang ada disampingnya pun hanya terkekeh pelan, melihat kedua orang tua (namakamu) yang bertengkar itu, ini adalah salah satu kejadian langka yang ada di keluarga (namakamu). Mengingat biasanya mereka sangat sibuk.
"Papa kamu duluan yang mulai." Diana menyenggol suaminya pelan, mengecurutkan bibirnya ketika merasa selalu kalah dalam perdebatan bersama suaminya.
Alex menunjuk dirinya sendiri sambil mengernyit bingung, "Kok aku?"
"Kalo bukan kamu siapa lagi? Dikamus hidup aku Alex selalu salah dan Diana selalu benar," ucap Diana bangga, memperlihatkan deretan gigi putihnya itu, "gimana? Quotes Mama bagus kan?"
(namakamu) mendengus, kemudian bangkit dari duduknya, "Aku berangkat." ucapnya mengindahkan omongan sang Mama.
Melihat (namakamu) yang sama sekali tidak menggubris Diana, Alex terkekeh, "Kacang mahal, kacang mahal!"
"DIEM!!" teriak (namakamu) dan Diana bersamaan,'
Hal itu membuat Alex langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat, ia akan selalu kalah jika sudah anak dan isteri yang mengeroyoknya seperti ini.
Iqbaal terkekeh melihat ketiga manusia itu, "Saya sama (namakamu) pamit dulu om, tan." pamit Iqbaal bangkit dari duduknya, menyalami kedua orang tua (namakamu), kemudian bergerak menyusul (namakamu).
Aftertaste
(namakamu) sekarang sudah berada di kediaman Zidny, menunggu Iqbaal yang tengah mengambil kado yang sempat tertinggal didalam mobil. Matanya keliling, mencari dimana keberadaan Bastian sahabatnya.
Karena sebelum mereka berangkat, Bastian memberi pesan (namakamu) untuk menunggunya masuk bersama didalam pesta.
Ternyata Zidny mengundang orang banyak, terbukti sudah berjejer mobil di sekitar lokasi dimana Zidny mengadakan pesta yang ke tujuh belas tahunnya itu.
"Woi!"
Hampir saja ia berteriak lantaran terkejut, ia memutar tubuhnya menemukan Bastian orang yang beberapa detik lalu ia pikirkan, sudah berada di belakangnya dengan cengiran menghiasi wajah polos itu.
"Anjing ya lo!" dengusnya kesal memukul lengan Bastian keras, memberi pelajaran karena sudah mengagetinya.
Yang dilakukan Bastian hanya tertawa, merasa puas dengan apa yang baru saja ia lihat, "Suruh siapa lo disini, kayak orang ilang."
"Ngaca bas, siapa yang kayak orang ilang." ketus (namakamu) sebal.
"Nunggu Iqbaal tah?" tanya Bastian mengalihkan pembicaraan, pandangannya mengeradar kesegala arah, kemudian berhenti ketika melihat seorang cowok yang tengah membawa benda kotak di tangannya, "itu Iqbaal kan?"
Mendengar nama Iqbaal disebut, (namakamu) menoleh mengikuti arah pandangan Bastian, "Hm, akhirnya dateng juga." gumam (namakamu) pelan.
Bastian mengernyit, "Emang Iqbaal ninggalin lo lama gitu?"
"Nggak sih, lima menit yang lalu." kata (namakamu) polos.
Tak!
"Anjrit ngapa lo jitak kepala gue setan?!" pekiknya histeris, setelah mendapat satu getokan di kepalanya.
"Gue kira lo ditinggal Iqbaal lama, taunya cuma lima menit doang, lebay lo." ucap Bastian kesal tanpa rasa bersalah.
"Kan gue kangen." ucap (namakamu) santai, sebelah tangannya bergerak mengusap kepalanya pelan.
"Kangen?"
Bastian dan (namakamu) langsung menoleh kearah Iqbaal yang baru saja sampai, "Nih, cewek lo alay nya kumat." Bastian berucap ketus melirik (namakamu) sinis.
"Mana ada ya!"
"Heleh, yang tadi ngomong kangen sama Iqbaal siapa?"
"Tapikan dia ninggalin gue lama." Sergah (namakamu) tak mau kalah.
"Lima menit doang (nam)," ia menaruh kelima jarinya tepat didepan wajah (namakamu), "lima menit doang, selama apa sih? Yaampun."
Bastian mengusap wajahnya, entahlah terkadang (namakamu) memang semenyebalkan itu.
"Bilang aja sirik karena lo masih jomblo sampe sekarang." ucapan (namakamu) seakan mengohok hatinya, dari pada selalu di skak oleh (namakamu), Bastian memilih diam.
Sedangkan Iqbaal yang sedari tadi jadi pendengar pun hanya mengernyit, "Lo orang kenapa sih?" tanyanya bingung.
"Tanya aja sama cewek lo," dan menit berikutnya Bastian sudah berjalan meninggalkan (namakamu) dan Iqbaal yang menatapnya bingung.
Semenit setelah perginya Bastian dari hadapan keduanya, Iqbaal bertanya, "Bastian kenapa?"
(namakamu) menggeleng sebagai jawaban, "Bukan apa-apa, masuk yuk." ucap (namakamu) sambil menggandeng tangan Iqbaal memasuki pesta Zidny.
Aftertaste
KAMU SEDANG MEMBACA
aftertaste • idr
Fiksi PenggemarKarena perasaan, selalu meninggalkan sisa rasa. coppyright © 2016 by rays