6

3.3K 388 1
                                        

Aftertaste [6]

°°°

"ITU KENAPA (NAMAKAMU) BISIK-BISIK SAMA SAMPINGNYA?!"

Mendengar namanya disebut buru-buru (namakamu) menegakkan posisi duduknya, seperti semua.

"Apasih bu?" tanya (namakamu) malas, setiap inci pergerakkannya selalu diawasi bu Mei, guru Biologi.

Kadang (namakamu) bingung, padahal ia mengambil jurusan IPS. Tapi kenapa terasa semua guru itu hapal nama dan wajah (namakamu).

"Kamu kenapa bisik-bisik sama sebelah kamu?" bu Mei bangkit dari duduknya dan menghampiri (namakamu) yang masih menatapnya jengah.

Selalu, setiap mata pelajaran (namakamu) memang selalu terkena masalah. Mulai dari mencontek sebelah, bawa buku, nyontekin temen, bahkan mau ke toilet aja (namakamu) kena masalah.

"Yaelah bu, kena mulu." dengus (namakamu) kesal.

Kini bu Mei sudah berdiri tepat disamping meja (namakamu), "Sinin kertas kamu."

"Bu..," (namakamu) menggeleng, masa iya baru setengah jam masuk harus keluar lagi sih. "elah.,"

"Siniin." ucap bu Mei keukeh, "atau mau ibu robek?" ancamnya tidak berprikemanusiaan.

(Namakamu) mendengus "Ambil nih ambil," ucap (namakamu) kesal, sebelah tangannya menarik lembar jawaban yang terjepit dipapan ulangan. "udah selesai juga."

"Keluar kamu," usir bu Mei ketika sudah menerima lembar jawaban yang (namakamu) berikan.

"Ngusir aja kerjaannya." gerutu (namakamu) kesal sambil menatap kepergian bu Mei.

"Syutt, (nam) nomor sembilan apa?"

Bisikan yang berasal dari sebalah kirinya membuat (namakamu) yang tengah membereskan alat tulisnya itu berhenti sejenak. "Mana gue tau, lupa gue."

"Ah, parah..," Bastian menggaruk-garuk tengkuknya ketika melihat soal ekonomi yang akan membuatnya meledak sekarang juga.

"Selam-"

"CEPAT KELUAR (NAMAKAMU)!" bu Mei berteriak, memotong pembicaraan Bastian dan (namakamu).

Iris mata (namakamu) menatap bu Mei kesal, "bu, yaelah saya terus.."

"Keluar kamu!" ucapnya dilengkapi dengan pelototan tajam ala bu Mei.

"Iya bu iya," dengus (namakamu) memakai tasnya, kemudian matanya berhenti pada Bastian yang tengah frustasi itu.

"Selamat berpening-pening ria bas," kekeh (namakamu), tangannya bergerak menepuk-nepuk pundak Bastian.

"Tai lo (nam)," balas Bastian sengit, sedangkan (namakamu) hanya terkekeh

"(NAMAKAMU)!"

"Iya bu, astaga.." setelah mengucapkan salam perpisahan berupa tepukan kencang dibagian bahu Bastian, buru-buru (namakamu) langsung berjalan meninggalkan kelas.

Ini adalah hari terakhir uas, membuat (namakamu) bersorak riang dalam hati. Itu artinya ia bisa membolos pelajaran lagi.

Seminggu tidak membolos seperti setahun.

Kali ini tujuan (namakamu) adalah kantin, ini masih sekitar pukul sepuluh lewat. Membuat (namakamu) tidak ingin buru-buru pulang kerumah.

Percuma saja, dirumah juga pasti tidak ada orang. Kedua orang tuanya masih bekerja dan pulang nanti sore sekitar jam enam.

Memang Bastian satu kelas dengan (namakamu) sejak dua tahun lalu.

Jadi tak heran keduanya sudah sangat akrab dalam masalah contek mencontek.

aftertaste • idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang