14

3.1K 335 1
                                    

Aftertaste [14]

***

(namakamu) mengendarai skateboardnya menuju menuju kelas dengan santai, rambutnya ia biarkan tergerai diterpa angin, sekilas matanya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

Pukul tujuh lewat dua puluh menit.

Bahu (namakamu) merosot, niatnya hari ini ia tidak akan telat lagi dan akan memperbaiki nilai yang selama ini jauh dari kkm. Tapi ternyata, Tuhan belum mengizinkannya menjadi anak baik, sepertinya.

(namakamu) menghentikan laju skateboardnya, ketika di hadapannya sudah ada puluhan anak tangga untuk menuju kelasnya. Cewek itu menenteng skateboardnya, kemudian berjalan menaiki anak tangga.

"(namakamu)!" 

Mendengar namanya dipanggil, (namakamu) menoleh untuk melihat siapa yang baru saja memanggil namanya.

Yang ia temukan adalah Iqbaal, kekasihnya yang sedang berlari kecil menuju kearah dimana dirinya berada sambil membawa beberapa buku, entahlah (namakamu) tidak tahu.

"Telat lagi, huh?" tanya Iqbaal begitu sampai di hadapan (namakamu).

Pertanyaan Iqbaal membuat (namakamu) menyengir dan menggaruk tenguknya yang tak gatal itu, "Hehe, iya."

"Ck, katanya mau berangkat pagi." Iqbaal kembali berbicara.

(namakamu) mengangguk, ia mulai berjalan dengan Iqbaal disampingnya, "Ya ini udah dateng pagi."

"Mana?" kata Iqbaal, "kamu itu udah telat dua puluh menit."

"Tuh, aku udah berangkat lebih awal sepuluh menit, biasanya kan aku setengah delapan baru sampe sekolah."

"Kamu tuh ya, apa gak bosen selalu kena sama BK?"

"Nggak," kata (namakamu) santai

Iqbaal yang melihat hal itupun hanya mengeleng-gelengkan kepalanya saja melihat kelakuan kekasihnya, "Dasar anak nakal." ucap Iqbaal sambil membawa (namakamu) pada rangkulannya.

"Dih, suruh sapa kamu pacaran sama cewek nakal." ejek (namakamu)

"Ya orang sayang, mau gimana dong?"

"Emang kamu sayang sama aku?"

Iqbaal lantas mengangguk mantap menjawab pertanyaan (namakamu), "Sayaaaaaaang banget." ucapnya dengan nada buatan.

Hal itu mampu memicu tawa (namakamu), tidak menyangka jika Iqbaal bisa membuatnya meleleh walau hanya dengan ucapan yang sebenarnya tidak pantas di sebut dengan gombalan.

Kini, (namakamu) sudah sampai di depan kelasnya dan Iqbaal masih berdiri di hadapannya dengan senyuman yang biasa ia tampilkan pada (namakamu).

"Masuk, gih." ucap Iqbaal memerintah.

(namakamu) mengerutkan keningnya, "Sebenernya hari ini gue berniat untuk bolos pelajaran matematika," kata (namakamu), "gue belum ngerjain pr."

Kedua mata Iqbaal melotot tidak percaya, "Kamu mau bolos lagi?!"

"Ya abis aku males di omelin mulu, pengang tau kupingnya." jelas (namakamu) sambil mengusap sebelah telinganya.

Mendengar hal itu Iqbaal langsung menggeleng keras, "Gak, gak ada bolos-bolosan mulai hari ini, titik.!"

(namakamu) mengecurutkan bibirnya lucu, "Jahat, seneng kali ngeliat aku di marahin mulu."

"Bukan gitu," tukas Iqbaal, sebelah tangannya bergerak merangkul (namakamu), "aku cuma mau kamu tau arti tanggung jawab kamu sebagai pelajar." ucap Iqbaal lembut.

aftertaste • idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang