12

3K 340 0
                                    

Aftertaste [12]

°°°

(namakamu) berjalan menuju gerbang sambil menenteng tas ransel yang sebenarnya tidak ada apa-apa didalamnya.

Siang ini Iqbaal mengajaknya untuk makan siang bersama setelah pulang sekolah, lalu disusul dengan cowok itu mengantarkan (namakamu) pulang.

Dalam jarak pandang yang berkisar enam meter ini, (namakamu) sudah bisa melihat mobil Iqbaal yang berwarna hitam, sudah terparkir di depan gerbang.

"(Namakamu)!" suara itu langsung menghentikan langkah (namakamu) sejenak, kepalanya menoleh kearah belakang, menemukan Zidny yang tengah berlari mengejarnya.

"Kenapa?" tanya (namakamu) pada Zidny yang sudah berjalan seiringan dengannya.

"Minggu depan dateng ke rumah ya," ucapnya antusias, sambil menyerahkan selembar kertas padanya.

Kening (namakamu) berkerut, "Ada perayaan apa?" pertanyaan itu langsung dijawab dengusan oleh Zidny.

"Gue ulang tahun, dodol."

Cewek itu kesal, kenapa (namakamu) selalu lupa dengan perayaan kecil terhadap dirinya. Padahal mereka sudah bersahabat baik sejak dua tahun lalu.

"Oh, gue usahain ya." ucap (namakamu) santai sambil memasukkan undangan tersebut kedalam tasnya.

"Balik bareng Iqbaal, (nam)?"

Ucapan Zidny membuat (namakamu) menoleh sekilas lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Gue nebeng ya? Supir gue lagi nganter nyokap." pinta Zidny

Selain mengangguk apa yang bisa (namakamu) lakukan?

Sekarang kedua cewek itu sudah berada dibelakang mobil, Iqbaal yang melihat Zidny pun mengernyit.

Niatnya ia akan menghabiskan waktu hari ini untuk berduaan saja, tapi kenapa sekarang Zidny ikut dengan Iqbaal?

"Supirnya Zidny gak bisa jemput." seakan tau isi hati Iqbaal, (namakamu) menjawabnya santai.

Tangannya bergerak membuka pintu depan mobil Iqbaal, namun ia kalah cepat, Zidny dengan seenaknya masuk kedalam jok penumpang tepat disamping Iqbaal.

"Gue disini ya (nam), hehe" cengiran Zidny membuat (namakamu) ingin sekali menjedutkan kepala sahabatnya itu ketembok.

Didalam sama Iqbaal mengernyit, "Terus (namakamu) dimana?" pertanyaan itu ditujukan untuk Zidny.

Karena telah berani mengambil posisi (namakamu) dimobilnya.

"Udah lah, gue bisa ke belakang." dengan perasaan kesal (namakamu) melangkah kebelakang, membuka lalu menutup pintu keras.

"Iya tuh, (namakamu) aja mau kok." timpal Zidny santai.

Iqbaal memutar matanya malas, "terserah." gumamnya tidak mau tau,

Akhir-akhir ini Zidny selalu merusuhi Iqbaal, kemanapun Iqbaal pergi, Zidny selalu saja mengikutinya.

Seperti pagi tadi misalnya, saat jam istirahat Zidny selalu mengoceh tidak jelas disampingnya, padahal saat itu ia sedang tidak ingin di ganggu.

"Tadi kamu kenapa sama bu Salma?" tanya Iqbaal memecah keheningan.

"Gak ada apa-apa."

"Gak mungkin kalo gak ada kamu diseret kayak tadi,"

"Aku panjat pager tadi." ucap (namakamu) tanpa beban, matanya masih fokus menatap keluar jendela.

"Ck, aku kan udah bilang kalo-" ucapan Iqbaal terpotong ketika Zidny dengan enaknya menyela ucapannya.

aftertaste • idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang