Aftertaste [15]
***
"Baal!"
Panggilan suara perempuan dibelakangnya membuat Iqbaal menghentikan langkahnya, untuk sejenak Iqbaal memutar tubuhnya, melihat Zidny yang sedang berlari kecil menuju ke arahnya.
Tadinya Iqbaal pikir itu adalah suara (namakamu).
Senyum yang tadinya tercetak di bibirnya, kini hanya ada tatapan menusuk dengan wajah tanpa ekspresi yang Iqbaal tunjukkan.
"Balik bareng ya." pinta Zidny ketika sudah sampai di hadapan Iqbaal dengan nafas yang sedikit terenggah.
Iqbaal memutar bola matanya malas, berani-beraninya cewek itu memintanya untuk mengantar pulang, sedangkan minggu lalu Zidny sudah membuat (namakamu) terluka.
Iqbaal mengetahuinya, walau (namakamu) tidak pernah mengaku.
"Gue sibuk." jawabnya datar, langsung berjalan pergi meninggalkan Zidny dengan kening berkerut di belakangnya.
"Kok gitu sih?" sepertinya Zidny tidak bisa menerima pernyataan Iqbaal, "biasanya aja kita balik bareng."
"Gue gak bisa, harus nganter (namakamu)." Iqbaal beralibi tanpa menatap Zidny yang berjalan di sampingnya, berdoa supaya alasannya ini bisa membuat Zidny enyah dari hadapannya.
Kening Zidny berkerut samar, yang ia tahu (namakamu) sudah pulang dengan Bastian tadi, "Bukannya (namakamu) udah balik sama Bastian?" tanyanya pada Iqbaal.
Iqbaal menggerutu dalam hati, kenapa Zidny harus tau jika (namakamu) sudah lebih dahulu pulang bersama Bastian, terdengar helaan nafas gusar dari Iqbaal.
Ya, memang Iqbaal mengizinkan (namakamu) untuk pulang bersama Bastian karena ia ada rapat hari ini.
Iqbaal tidak mau membuat (namakamu) menunggu, jadi ia putuskan untuk meminta Bastian mengantarkan kekasihnya.
"Baal," panggil Zidny lagi, ia masih menunggu jawaban dari Iqbaal.
"Mau lo itu apa sih Zid?!" ucap Iqbaal final, kenapa hari ini Zidny bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara keduanya.
Apakah cewek itu lupa dengan kejadian di pesta ulang tahunnya?
Apakah cewek itu lupa dengan kejadian di Mall waktu itu?
Zidny yang mendengar sentakan dari Iqbaal pun tertegun, sebelumnya Iqbaal tidak pernah membentaknya seperti ini.
Untung saja suasana lapangan parkir sedang sepi, karena murid-murid sudah pulang kerumahnya masing-masing sejak setengah jam yang lalu.
"Baal," suara Zidny bergetar, mengucapkan namanya dengan pandangan tidak percaya.
Sekarang dimata Zidny, Iqbaal sudah banyak berubah.
"Zid, udahlah gue gak mau basa-basi, apa yang lo mau dari gue hah?!" Iqbaal mengacak-acak rambutnya frustasi, ia sungguh tidak mengerti dengan apa yang ada di pikiran Zidny saat ini.
"Waktu lo ulang tahun, kenapa lo bilang sama (namakamu) kalo lo suka sama gue? Lo tau kan, (namakamu) itu cewek gue, harusnya lo bisa hargai cewek gue, bukan malah bikin dia kepikiran, terus waktu di Mall, lo itu bocah banget tau gak, disana ada cewek gue dan lo dengan seenaknya ngegelendot di lengan gue," Iqbaal menatap Zidny yang masih belum bergeming, ia mengeluarkan uneg-uneg yang sudah lama ia pendam.
"lo itu sahabat gue atau bukan sih Zid?!" lanjut Iqbaal dengan nada tinggi.
Sudah cukup ia mendengar berita yang tidak baik tentang (namakamu), sudah cukup hubungannya membuat (namakamu) kerap sakit hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
aftertaste • idr
FanficKarena perasaan, selalu meninggalkan sisa rasa. coppyright © 2016 by rays