Pho Ang-soat
Yap Kay
"Jauhkah ujung langit?"
"Tidak jauh!"
"Manusia berada di ujung langit, mana mungkin ujung langit jauh?"
"Apa warna bulan purnama?"
"Biru. Sebiru lautan."
"Bulan purnama berada dimana?"
"Berada dalam hatinya, hatinya adalah bulan purnama."
"Bagaimana dengan goloknya?"
"Golok berada dalam genggamannya!"
"Golok seperti apakah itu?"
"Goloknya begitu luas, begitu sunyi bagai ujung langit, begitu suci, begitu murung bagai bulan purnama, terkadang sewaktu goloknya menyambar, seolah yang ada hanya kekosongan!"
"Kekosongan?"
"Kosong, halus, melayang seolah ada seolah tak ada, seakan tak berwujud namun seakan berada dimana pun."
"Tapi goloknya seperti tak terlampau cepat."
"Golok yang tak cepat mana mungkin bisa tiada tandingan di kolong langit?"
"Karena kecepatan goloknya telah melampaui batas kecepatan yang pernah ada!"
"Bagaimana dengan manusianya?"
"Manusianya seperti belum kembali, tapi perasaannya telah hancur-lebur."
"Berada dimana jalan kembalinya?"
"Jalan kembali berada di depan mata."
"Dia tidak melihatnya?"
"Dia memang tidak melihat."
"Karena itu tidak menemukannya?"
"Walaupun sekarang tidak menemukan, cepat atau lambat suatu pasti akan menemukannya!"
"Pasti dapat menemukan?"
"Pasti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Peristiwa Bulu Merak (The Bright Moon / The Sabre) - Khu Lung
General FictionLanjutan Mo-kau Kaucu, seri keempat dari Pisau Terbang Li. Cerita ini berkisah tentang seorang pendekar yang kakinya cacat, namun memiliki ilmu golok yang tiada bandingan di zamannya. Suatu kali dia mengalahkan seorang jago pedang. Di sinilah kisah...