Golok Raja Langit Pemenggal Setan
Gelap pekat, sunyi senyap, tiada sinar tiada suara, semua ini tiada menakutkan, yang betul-betul amat menakutkan adalah tiada harapan. Mereka suah terjeblos ke dalam jurang kematian.
Kedua bayi itu tidak menangis lagi, mereka sedang minum susu, hanya di saat mereka menetek, terasa betapa besar gairah hidupnya. Akan tetapi berapa lama hidup mereka bisa bertahan?
Pho Ang-soat menggenggam kencang goloknya pula, namun menghadapi jurang kematian yang penuh jebakan ini, goloknya itu takkan mampu berbuat apa-apa, dalam keadaan seperti ini sepantasnya dia menghibur Co Giok-cin, namun dia tidak tahu apa yang harus diucapkan, pikirannya ruwet.
Biasa pandangannya terlalu tawar akan perbedaan mati dan hidup, namun dia tidak tega melihat kedua bayi kecil itu. Walau dia bukan ayah kandung mereka, namun dalam sekejap tadi antara mereka sudah terjalin suatu ikatan yang aneh, ikatan yang lebih erat, lebih intim dan mesra dari hubungan ayah dan anak kandung sendiri, perasaan itu serba ruwet dan ganjil, lantaran perasaan itu yang hanya dimiliki manusia, maka dunia ini bisa tumbuh, bisa berkembang.
Mendadak Co Giok-cin berkata, "Dari Bing-gwat-sim aku dengar kalian juga pernah terkurung di sini? Kalau dahulu kau punya akal untuk meloloskan diri, sekarang pasti kau punya akal untuk keluar." Matanya memancarkan sinar, diliputi sinar harapan.
Pho Ang-soat tidak tega membuat harapannya padam, namun dia pun tidak ingin supaya dia tahu akan kenyataan sebenarnya."Tempo hari kami dapat lolos, karena di dalam sini ada alat untuk merobohkan dinding," batinnya.
Sekarang kamar batu ini sudah kosong, kecuali mereka berempat, ditambah sesosok mayat. Mayat itu sudah kaku dingin, cepat atau lambat, mereka juga akan menjadi mayat juga.
Pandangan Co Giok-cin masih menampilkan setitik harapan, katanya, "Sering aku dengar orang bilang, golokmu adalah senjata paling tajam dan ampuh di jagat ini."
Mengawasi golok di tangan sendiri, suara Pho Ang-soat mengandung kebencian, "Inilah senjata untuk membunuh orang, bukan untuk menolong orang." Yang dibencinya bukan orang lain tapi diri sendiri, asal kedua bayi cilik itu bisa bertahan hidup, dia rela mengorbankan apa pun, melakukan apa saja. Tapi dia justru tidak bisa berbuat apa-apa.Setitik harapan yang terkandung dalam benak Co Giok-cin terpaksa pudar, namun dia masih berusaha tertawa meski dipaksakan, katanya, "Sedikitnya kita masih punya satu harapan." Malah dia yang menghibur Pho Ang-soat, "Yan Lam-hwi suruh kau menunggunya di sini, dia pasti kembali ke sini."
"Jika dia mau pulang, tentu sudah pulang sejak tadi, umpama sekarang dia sudah kembali, tentu beranggapan bahwa kita sudah tidak berada di sini."
Co Giok-cin tutup mulut, dia tahu apa yang dikatakan Pho Ang-soat memang kenyataan, Yan Lam-hwi pasti tidak menduga bahwa mereka cukup lama berada di dalam kamar batu ini, lebih tidak menduga bahwa Pho Ang-soat akan terkubur hidup-hidup di sini.
Ketajaman telinga Pho Ang-soat serta reaksinya memang hebat, siapa pun bila melakukan suatu aksi di sebelah atas, pasti tidak dapat mengelabuinya. Lalu siapa bakal menduga bahwa saat itu dia sedang sibuk menyambut kelahiran dua nyawa cilik mungil sekaligus? Siapa pula yang mau memikirkan bahwa di dalam sini ada jerit tangis orok yang baru lahir? Banyak kejadian di dunia ini memang jarang terduga sebelumnya, kejadian nyata kadang-kadang justru lebih menakjubkan daripada dongeng.
Anak-anak mulai menangis lagi.
Telapak tangan Pho Ang-soat berkeringat, mendadak dia teringat dia bisa melakukan sesuatu untuk mereka. Sesuatu yang sebetulnya tidak sudi dia lakukan meski jiwanya harus berkorban. Tapi sekarang dia harus melakukan, dia dipaksa oleh keadaan untuk melakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peristiwa Bulu Merak (The Bright Moon / The Sabre) - Khu Lung
General FictionLanjutan Mo-kau Kaucu, seri keempat dari Pisau Terbang Li. Cerita ini berkisah tentang seorang pendekar yang kakinya cacat, namun memiliki ilmu golok yang tiada bandingan di zamannya. Suatu kali dia mengalahkan seorang jago pedang. Di sinilah kisah...