"Berita yang tersiar di kalangan Kangouw mengatakan bahwa golokmu adalah golok kilat yang tiada bandingannya di dunia." Pho Ang-soat diam saja. "Kenapa tidak kau lolos dulu golokmu?"
"Karena aku ingin menyaksikan golok," secara tidak langsung dia menyatakan bila aku mencabut golok lebih dulu, mungkin kau takkan punya kesempatan melolos golokmu lagi.Biau-thian-oang tertawa tergelak-gelak, mendadak dia berjingkrak berdiri, maka perempuan yang duduk di pahanya terguling di atas pembaringan. Waktu dia berdiri, tingginya ternyata lebih sembilan kaki, pinggangnya lebih besar dari pelukan satu orang dewasa, perawakannya yang gagah kereng kelihatan amat garang. Memangnya hanya laki-laki segede dia yang setimpal menggunakan golok seperti itu.
Pho Ang-soat berdiri di depannya, seperti macan kumbang berhadapan dengan seekor singa. Walau singa bertampang seram dan gagah, namun macan kumbang tidak gentar sedikitpun.Loroh tawa Biau-thian-ong masih berkumandang, katanya, "Kau ingin supaya aku mencabut golok lebih dulu?"
Pho Ang-soat mengangguk.
"Kau tidak menyesal?"
Pho Ang-soat tertawa dingin.Pada saat itulah selarik sinar golok yang menyala dari udara telah membelah turun. Tangan Biau-thian-ong masih memegang gagang goloknya, masih belum tercabut dari sarungnya yang dihiasi mutiara, dia tidak mencabut golok.
Sinar golok itu membacok dari belakang Pho Ang-soat, bagaikan kilat yang menyambar dari tengah udara, padahal seluruh perhatian Pho Ang-soat tercurahkan kepada laki-laki raksasa di depannya, apa pun tak terpikir olehnya bahwa ada golok membelah dari belakang.Perempuan yang bernyanyi di jendela meski masih terus bernyanyi, namun dia sudah memejamkan mata. Dia pernah menyaksikan perbawa bacokan golok ini, dimana sinar golok menyambar, darah muncrat kepala terpenggal. Sudah sering dia melihat banyak orang menjadi korban, kali ini dia tidak tega menyaksikan lagi.
Perempuan yang mencopot sepatu sudah mengkeretkan tubuh mendekam di pinggir ranjang, agaknya dia bukan perempuan yang suka melihat pembunuhan seperti yang diucapkan tadi.Tapi bila sinar golok itu membelah turun, ternyata tiada darah muncrat, apalagi badan orang terbelah. Ternyata badan Pho Ang-soat mendadak melesat terbang ke pinggir, secara tepat tubuhnya bergerak dari pinggir sambaran sinar golok. Pada saat goloknya keluar dan menyabet ke belakang, dia sudah memperhitungkan posisinya, tabasan goloknya ini mengincar paha di atas lutut di bawah lambung orang yang memegang golok. Selamanya dia tidak pernah meleset dengan perhitungannya, demikian pula goloknya tidak pernah gagal.
Tapi tabasan goloknya ternyata tidak mengundang suara kesakitan, darah tidak muncrat, badan orang tidak ambruk, hanya terdengar "Cras" sekali, itu bukan suara tulang tertabas tapi lebih mirip suara kayu yang terbacok.
Begitu bacokan Thian-ong-cam-kui-to mengenai tempat kosong, ujung golok menutul tanah, laksana lembayung mendadak meluncur terbang ke udara. Di tengah berkelebatnya sinar golok yang mencorong itu, seperti terlihat berkelebatnya bayangan kecil disertai lengking tawa yang mengerikan berkelebat ke dalam hutan.
Suara tawa dan bayangan orang sudah lenyap, di atas tanah menggeletak dua pentung yang tertabas kutung. Mungkinkah kedua pentung ini menjadi kaki orang itu? Ataukah dia berjalan memakai jangkungan?Ketika Pho Ang-soat membalik badan, goloknya sudah masuk ke sarungnya.
Laki-laki gede bagai raksasa itu sudah ambruk di atas ranjang, sikap garang dan wibawanya tadi kini entah kabur kemana, algojo yang dipandang bak malaikat ini apakah hanya macan kertas? Boneka raksasa untuk menggertak orang belaka?
Pho Ang-soat menatapnya, tanyanya, "Siapakah orang itu?"
"Biau-thian-ong, dialah Biau-thian-ong asli."
"Dan kau?""Aku hanya bonekanya, boneka pajangan untuk pameran dan menggertak orang, seperti golok ini," dia mencabut golok panjang bersarung hiasan mutiara, ternyata yang tercabut keluar hanyalah sebatang golok kayu.
Sungguh kejadian yang lucu, brutal dan menggelikan, hanya orang gila saja yang bisa berbuat seperti ini, maka Pho Ang-soat bertanya, "Siapakah dia sebetulnya? Macam apa dia? Kenapa dia melakukan semua ini?"
Raksasa ini menundukkan kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peristiwa Bulu Merak (The Bright Moon / The Sabre) - Khu Lung
General FictionLanjutan Mo-kau Kaucu, seri keempat dari Pisau Terbang Li. Cerita ini berkisah tentang seorang pendekar yang kakinya cacat, namun memiliki ilmu golok yang tiada bandingan di zamannya. Suatu kali dia mengalahkan seorang jago pedang. Di sinilah kisah...