******************************
"Kamu serius mau pindah hari ini, Fey? Kenapa?" tanya Hana tak terima akan keputusan Fey. Ia tak menyangka Fey akan pindah apartemen secepat ini yang baru diberitahu seminggu yang lalu oleh kantornya.
"Sekali lagi sorry ya, Na. Secara aku udah diangkat sebagai karyawan di sana, aku disuruh pindah ke cabang lainnya," balas Fey dengan mengulum bibir bawahnya.
"Hah, Kenapa? Bukannya kamu kerjanya di kantor pusat ya?" tanya Hana lagi curiga.
"Maaf, Na. Namanya gak terduga."
Hana menghela napas berat.
Fey memeluknya. "Aduuh, jangan marah dong, Na! Aku janji sering main kemari. Lagian, kamu pasti risih kan sama kebiasaan dan teman-temanku yang sering kemari kan?"
Hana teremenung. "Tapi, sendirian itu... kamu itu menyebalkan, Fey."
"Maaf ya." Fey menggenggam tangan Hana. "Lagian kan di sini masih ada bos kamu di sebelah. Mungkin aja kalian bisa balikan?" Ada seringaian di mulut Fey, seolah menyimpan hal licik.
Hana menyadari ini. "Fey... jangan bilang... kamu tahu semua ini?" Hana menjetikkan jarinya. "Kamu lakukan ini sengaja ya? Kamu udah tahu sejak awal kalau Axel itu bos perusahaan baru aku?" Hana menepuk lengan Fey berkali-kali.
"Owwwh! Sana pergi!" Fey berlari ke dapur dan cepat-cepat mencari tepung dan melemparnya tepat ke wajah Hana. "Ups!!" Fey menutup mulutnya dengan tangannya.
Hana menatap Fey dengan tercengang.
"Ini karena aku penasaran sama akhir kalian berdua. Kalian berdua itu kelihatan nyembunyiin perasaan kalian rapet-rapet! Kan sebagai penonton aku segen!" seru Fey.
Hana lalu berjalan padanya dan melempar telur ke kepala Fey saat ia akan berlari dari dekat kulkas. "Ups!" Hana meniru pose Fey sebelumnya.
Fey mengira Hana sedang marah, tapi Hana malah tertawa apalagi saat melihat ekspresi Fey yang priceless, tak menyangka Hana akan melakukan ini padanya.
Fey tak mau kalah dan melempari Hana telur pula, begitupun sebaliknya sampai mereka berdua kelelahan dan berbaring di lantai, mereka berdua tertawa antar satu sama lain.
Saat tawa Hana reda ia berkata, "Kamu salah Fey, gak ada apa-apa lagi diantara kami berdua bahkan gak ada tegangan apapun lagi di antara kami berdua. Dia memang membingungkan, tapi dia gak ngelakuin hal yang seperti yang kamu kira. Mungkin inilah."
Fey terdiam sejenak sampai ia tersenyum tulus pada Hana. "Mungkin kamu harus cari orang baru, Na."
Hana untuk pertama kalinya setuju dan mengangguk akan usulan Fey. "Mungkin."
"Apa yang terjadi di sini?!"
Terdengar suara jeritan dari arah pintu apartemen ini. Yang ternyata setelah diselidiki adalah Hani. Hani dan Rebel yang di sebelahnya melotot maksimal sedangkan Rebel tertawa kencang saat melihat Hana dan Fey tergeletak di bawah seperti anak kecil yang berlepotan sehabis bermain.
Hana dan Fey kembali tertawa antar satu sama lain.
* * * *
"Bukankah apartemen ini terlalu besar untuk ditinggali sendiri?" tanya Hani saat ia duduk di bangku tamu apartemen mewah ini di sebelah Hana diikuti Rebel di sebelahnya, yang bermaksud berkunjung. "Fey kok jahat sih." Hani sudah mendengar cerita dari Hana akan kepindahan Fey. Fey sekarang sedang sibuk membereskan barang-barangnya untuk kepindahannya di dalam kamarnya.
"Gak pa-pa. Jadi, aku gak perlu sumpel kuping aku lagi karena dia," jawab Hana simpel.
"Mungkin kamu mau aku tinggal di sini?" tawar Hani.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Dear Mr CEO | ✔
Художественная проза*Sequel to 'Dear Mr Nerd'* Apakah Hana akan berpendirian teguh pada hatinya yang lama atau sekarang? Ketika ia perlahan mulai membuka pintu hatinya, dia kembali membuka luka dalamnya. NO PLAGIARISM! COPY! ATAU SEJENISNYA. Highest rank: #9 General Fi...