BAB 20 - Hana and True Heart

11.6K 613 23
                                    

******************************

Bel terus berbunyi menggema di apartemennya. Tapi, tubuhnya masih terbaring lemah di lantai dengan mata yang terbuka dan tertutup mengikuti irama. Sudah berapa kali dia memuntahkan isi perutnya? Tiga kali? Empat kali? Tidak, apa dia pernah makan? Sudah berapa lama di pernah makan dan tidur dengan normal? Sekali lagi tidak. Apa ia pernah normal dari awal hidupnya?

Dia, dengan segala kekuatan yang tersisa berusaha meraih tablet yang jatuh di sebelahnya. Setelahnya, ia akhirnya berhasil mendapatinya dan segera menelannya setelah kemarin malam ia terjatuh. Setelah beberapa menit kemudian, ia akhirnya bisa bangkit walaupun badannya masih terasa sakit di sekujur tubuhnya.

Sudah berapa lama aku pingsan? Semalaman? Gumam Axel.

Bel masih tak hentinya berbunyi tapi ia tak peduli. Ia bergegas mandi dan setelahnya mengenakan pakaian formalnya seperti biasa dan ia menggunakan concealer tebal di sekitar kantong matanya yang kelewat hitam. Setelah ia merasa cukup, ia berhenti mengoleskannya. Dia lalu mengenakan jasnya dan menaruh kacamata hitamnya di kantong jas, jika sesuatu terjadi yang menyebabkan topengnya luntur.

Ia menarik napasnya dalam-dalam lalu membuka pintu apartemennya dan terlihat wajah panik seorang perempuan di depannya, wanita termanis yang pernah ia kenal.

"Ya ampun. Apa kamu tahu segimana khawatirnya aku! Kamu gak angkat telepon kamu dan hampir saja aku panggil ambulans." Ia lihat dadanya naik-turun tak beraturan.

Ia tersenyum kecil. Setidaknya dia masih memiliki sesorang yang masih peduli dengannya, tulus. Setelah apa yang pernah ia lakuan padanya.

Ujung bibirnya terangkat. "Kamu mengkhawatirkanku? Aku merasa terhormat." Ia lalu tutup pintu apartemennya.

"Semua orang bakalan khawatir kalau kamu begitu!"

"Aku ragukan itu." Ia langsung pergi masih dengan omelan mengarah padanya walaupun dalam hati ia tersenyum. Ia sangat merindukan seseorang di sebelahnya mengomelinya terus dan dia tahu hal ini tidak akan berlangsung lama. Cepat atau lama nantinya dia akan pergi dari hidupnya lagi, selamanya.

"Ada apa? Kamu kok kelihatan sakit? Udah aku bilang kan jangan datang ke apartemenku."

Emang aku terlihat sakit? Pikirnya.

Ia lalu memakai kacamata hitamnya dan menyengir. "Better? "

Hana menggeleng kepalanya. "Kamu memang beneran harus perbaikin kepalamu."

Axel tertawa lepas. Wanita ini sangat menarik dan menghibur. Dia bisa membuat dirinya yang seperti mayat berjalan menjadi tertawa seperti crazy monkey.

"Terus kenapa dengan penampilanmu? Bukannya sudah kubilang pakai baju lebih plain? " Ia lihat penampilan Hana dari atas ke bawah yang kembali menggunakan pakaian formal kantornya, yang ia tak suka, dalam arti tak suka orang lain melihatnya juga.

Hana menatapnya tajam. "Kamu tahu gak apa yang anak kecil bilang kepadaku saat di dalam bus? Dia memanggilku tante dan kamu tahu apa yang lebih parah? Satu nenek di jalanan pernah bilang aku harus hati-hati saat berjalan dan dia malah memberiku tongkatnya untuk aku berjalan... untuk apa? Dia pikir aku hamil!"

Ia kembali tertawa lagi, namun kali ini lebih kencang.

"Kamu pikir ini lucu? Btw, dari mana kamu temuin baju oversized itu? Kelihatannya udah tua banget."

Tawanya mereda. "Oh itu? Itu baju ibuku. Dia mengenakan itu untuk di rumah yang katanya lebih nyaman."

Wajah Hana melembut. "Oh maaf, untung tak aku apa-apakan."

[2] Dear Mr CEO | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang