******************************"Aku tak bisa terima ini," ucap Axel dengan nada monoton di kantornya, ia menyerahkan kembali surat yang diterima dari Hana.
"Ya, kau bisa. Kau yang melanggar kontrak, ingat apa yang kau lakukan pada saya selama ini? Saya rasa tak ada peraturan tertulis di sana untuk saya dijadikan budakmu dan saya bisa tuntut kau balik."
Axel meringis. "Apa yang kamu suka dari si brengsek itu coba? Tampan? Aku lebih tampan darinya. Kaya? Heck! Aku lebih kaya darinya. Baik? Fine, aku bisa mentoleransi dan ya, dia lebih brengsek mengenai perempuan."
Bagaimana Axel tahu ini ide Cole?
"Saya lebih kenal dia daripada kau dan cepat tanda tangan surat dari saya ini."
"No you don't my darling dan jawabannya tetap tidak, kalau surat cinta sih gak pa-pa." Axel mendengus di akhir.
"Ka- kamu ini!" Hana sungguh ingin mencaci maki Axel sekarang ini.
"Apa? Kamu mau panggil pengacara? Asal kamu tahu aku ini juga pengacara dan kamu tentu gak punya banyak bukti apa-apa untuk menuntutku." Ia tersenyum miring.
"Kalo gitu akan aku cari cara lain!"
Bukankah Axel ingat dia yang menyuruhnya bekerja sampai larut malam bersamanya yang harusnya semua karyawan diwajibkan harus pulang lebih awal itu?
Apa dia lupa ia yang harus membangunkannya untuk pergi tiap pagi ke kantor dan jangan lupa ia yang harus membuatkan makanan untuknya tiap pagi, dia apartemennya sendiri?
Apa dia lupa pekerjaan Hana sebenarnya sebagai editor bukan slave?
Jawabnnya semuanya adalah tidak ingat.
Axel mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu benci sekali bekerja denganku? Aku sudah coba berlaku profesional denganmu saat bekerja. Kamu yang selalu berpikir berlebihan, woman."
Hana tahu Axel tak akan mau mengalah. "Fine. Kalau begitu aku mau ganti posisi kerjaku!"
"Funny. Kamu harusnya merasa beruntung jadi PA alias Personal asistenku dan juga jaman sekarang sulit untuk mencari pekerjaan dan juga tak ada posisi kosong sekarang. Sekarang duduk dan lakukan pekerjaanmu, shoo! " Axel mengusir Hana dari ruangannya tak lupa merobek surat pengunduran diri dari Hana di depannya.
Hana langsung keluar ruangan Axel dengan membanting keras pintunya.
Hana mengepalkan tangannya di luar. Lagi-lagi Hana dibuat heran akan sifat memonopolinya ini. Really, kalau Axel membencinya kenapa ia ingin Hana tetap di sini?
Ia harus cari cara untuk keluar dari pekerjaan ini. Mungkin aku harus buat diriku sendiri sengaja dipecat!
* * * *
"Aku memperkejakanmu untuk mengurusi kebutuhanku dan sekarang aku telat, useless! " ujar Axel di dalam mobil dengan Hana di sebelahnya masih dengan laptop di pangkuannya.
"Maaf, saya kesiangan," balas Hana tenang. Biasanya, Hana yang membangunkan Axel dengan mengetuk dan menekan bel apartemennya.
"Great, kesiangan selama dua hari berturut seperti sebuah kesengajaan kan?"
Hana menganggapinya dengan santai diikuti dengan menaikkan bahu. "Gak juga. Oh, jangan lupa kau punya meeting dengan para klien baru siang ini." Hana menutup laptopnya dan mendahului keluar mobil saat sudah sampai di kantor.
"Oh, kamu akan menyesal," ucap Axel dengan menyeringai.
* * * *
Axel tiba-tiba keselek menyeruput kopinya saat tengah bertemu dengan kliennya di ruang meeting kantornya. Ia langsung menatap Hana tajam, sedangkan Hana dengan ekspresi tak bersalah berdiri di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Dear Mr CEO | ✔
General Fiction*Sequel to 'Dear Mr Nerd'* Apakah Hana akan berpendirian teguh pada hatinya yang lama atau sekarang? Ketika ia perlahan mulai membuka pintu hatinya, dia kembali membuka luka dalamnya. NO PLAGIARISM! COPY! ATAU SEJENISNYA. Highest rank: #9 General Fi...