BAB 38 - Hana and Dream

11.5K 770 40
                                    


******************************

TUUUUUT!

Suara mesin berdering dengan keras.

Hana yang tengah berjalan akan masuk ke ruang inap Axel menghentikkan langkahnya, saat ia lihat dokter serta beberapa perawat masuk ke dalam ruangan Axel. Hana ingin ikut masuk pula, tapinya dihalangi oleh perawat. Fey yang baru datang, juga berusaha menenangkan Hana demi kelancaran.

"Axel!"

Hana terperenyak di bangku tunggu, ia mengubur kepalanya di tangannya. Dalam hati, ia terus berdoa pada Tuhan. Begitupun Fey yang kini berada di sebelahnya, ia menenangkan Hana sedari mengelus punggung Hana dengan pelan.

Setelah beberapa menit menunggu dalam detik-detik ketegangan, akhirnya dokter yang memeriksa Axel keluar dari ruangan tersebut.

Hana segera bangkit berdiri diikuti oleh Fey.

"Gimana, dok?" tanya Hana segera.

Sang dokter menghela napas panjang lalu menatap wajah Hana dan Fey yang tak sabar menunggu jawaban darinya dengan hati-hati. "Dia baik-baik saja, hanya saja..." ucapannya terhenti.

"Hanya saja?" tanya Hana lagi.

"Dia pendarahan lagi cukup banyak, hmm ia harus segera di operasi lagi."

"Kalau begitu lakukan!" tandas Hana, Fey kembali menenangkannya.

"Tapi... ia butuh tranfusi darah cepat... darahnya cukup langkah AB-. Stok darah tersebut sudah habis. Apa ada kerabat keluarganya disini?" tanya sang dokter.

Hana dibuat bingung, matanya beralih kemanapun. Siapa keluarga Axel yang akan membantunya?! Hana bahkan tak pernah bertemu dengan satupun keluarga Axel, hanya seseorang....

"Saya bersedia, darah saya AB-," sahut suara pria familier dari arah belakang Hana.

Hana menoleh pada arah suara tersebut dan terkejut melihat Harry datang kemari dengan penampilan casual tak seperti biasanya. Hana tak menyangka akan melihatnya di sini, secara ia tak pernah membesuk Axel selama ini.

"Kalau begitu cepat ikut saya!" Dokter meminta Harry untuk mengikutinya ke ruangannya untuk mengambil sampel darahnya secepatnya. Sebelumnya, Harry sempat mengangguk kecil pada Hana.

Hana balas dengan anggukan dan senyum lega menghiasi wajahnya.

Setelah beberapa lama menunggu, Harry akhirnya keluar dengan kemeja digulung dan terlihat sebuah kapas di tangannya. Ia yang melihat Hana duduk sambil menunduk di bangku tunggu, ikut duduk pula di sebelahnya.

Menyadari kehadiran Harry di dekatnya, Hana merasa tidak nyaman dan bergidik saat membayangkan pekerjaan yang harus di hadapi olehnya tiap harinya. Teringat cerita Axel tentangnya yang membuat pandangannya pada Harry yang konyol menjadi 180 derajat. Apalagi mengingat perbuatan kejam ibunya terhadap keluarganya. Hana mendengar dia itu sudah hilang akal sejak lama, Hana tidak tahu harus membencinya atau tidak. Apa mereka berdua tak jauh berbeda? Buah tak jatuh jauh dari pohonnya.

Hana bergeleng cepat, membuang jauh rasa parnonya. Tapi ia ragukan akan pendapat jeleknya tentang anaknya sekarang.

"Waktu seperti ini sangat mengingatkanku tentang masa lalu," ujar Harry, membuka suara. Harry menghela napas berat. "Strong people always went through a lot and that's what make them stronger," tambahnya.

Hana hanya diam mendengarkan, dalam hati ia setuju.

"Makasih ya Harry... untuk semuanya," ucapnya tulus kepadanya.

"Gak perlu berterimakasih. Anggap saja ia berhutang besar padaku," ujarnya yang sebelumnya mendengus.

Hana hanya tersenyum. Ia memang rupanya sudah salah paham tentang Harry selama ini. Sosok Harry juga terus mengingatkannya akan Axel akan kemiripannya.

[2] Dear Mr CEO | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang